FDTJ Desak Pemerintah Buat Standar Layanan Angkutan Umum untuk Difabel
A
A
A
JAKARTA - Forum Diskusi Transportasi Jakarta (FDTJ) yang konsen dalam hal transportasi mendesak pemerintah agar segera menerbitkan standarisasi pemaduan jaringan prasarana dan pelayanan serta layanan transportasi antar moda.
Hal itu disampaikan Co Founder FDTJ, Yuza Permana dalam diskusi publik keselamatan jalan, memperingati hari korban kecelakaan lalu lintas sedunia, di Artotel Wahid Hasyim, Jalan Wahid Hasyim, Jakarta Pusat, Kamis (28/11/2019).
Yuza mengatakan, standarisasi tersebut sangat diperlukan untuk memberikan pelayanan terbaik bagi masyarakat dalam menggunakan transportasi umum. Sehingga kata dia, kejadian yang menimpa seorang penyandang disabilitas baru-baru ini di stasiun Cikini tidak terulang kembali.
"Karena memang kita tidak memiliki standarisasi pelayanan bagi orang difabel, orang hamil, anak-anak, orang tua, itu yang menjadi yang akan menjadi konsen kami untuk selanjutnya disampaikan ke pemerintah," kata Yuza dalam diskusi publik memperingati hari kecelakaan lalu lintas sedunia di Artotel Wahid Hasyim, Jakarta Pusat. (Baca Juga: Jatuh di Antara Peron dan Pintu KRL, Penyandang Disabilitas Nyaris Tewas)
Lebih lanjut menurut Yuza, minimnya perhatian kepada penyandang difabel itu hampir terjadi disemua wilayah yang ada di Indonesia. Kurangnya perhatian tersebut membuat adanya ketimpangan yang dialami oleh penyandang difabel di Indonesia.
"Itu masih sangat terasa, tidak hanya di perkotaan, hampir disemua wilayah dan itu berlaku diseluruh moda, antara moda satu ke moda yang lain. kita tidak pernah memperhatikan itu," ujarnya.
Menyikapi hal tersebut, FDTJ secara sadar, siap membatu pemerintah dalam menerbitkan suatu regulasi khusus untuk merubah paradigma masyarakat yang terkesan acuh terhadap penyandang difabel saat menggunakan transportasi umum.
"Dalam hal ini harus memerankan dirinya sebagai partner pemerintah. Karena apa pun usaha pemerintah kita akan bersedia untuk menjadi bagian dalam mencari solusi. Kami tidak boleh melakukan kritik tapi tidak ada solusi, lebih baik tidak mengkritik tapi ada solusi," pungkasnya.
Sebelumnya, Fazlur Rahman Ketua Pengkaderan Pimpinan Pusat Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah terperosok ke dalam rel saat hendak naik KRL Commuter Line di Stasiun Cikini, Jakarta Pusat. Fazlur yang merupakan penyandang disabilitas tuna netra, nyaris meregang nyawa akibat peristiwa yang terjadi pada Minggu, 17 November 2019 lalu.
Fazlur mengatakan, saat itu dirinya hendak menuju Stasiun Klender menggunakan KRL Commuter Line dari Stasiun Cikini. "Saya menggunakan tongkat menuju pintu KRL, tiba-tiba terperosok dicelah-celah peron dengan pintu kereta," katanya dalam keterangan pers yang diterima SINDOnews pada Senin 25 November 2019.
Hal itu disampaikan Co Founder FDTJ, Yuza Permana dalam diskusi publik keselamatan jalan, memperingati hari korban kecelakaan lalu lintas sedunia, di Artotel Wahid Hasyim, Jalan Wahid Hasyim, Jakarta Pusat, Kamis (28/11/2019).
Yuza mengatakan, standarisasi tersebut sangat diperlukan untuk memberikan pelayanan terbaik bagi masyarakat dalam menggunakan transportasi umum. Sehingga kata dia, kejadian yang menimpa seorang penyandang disabilitas baru-baru ini di stasiun Cikini tidak terulang kembali.
"Karena memang kita tidak memiliki standarisasi pelayanan bagi orang difabel, orang hamil, anak-anak, orang tua, itu yang menjadi yang akan menjadi konsen kami untuk selanjutnya disampaikan ke pemerintah," kata Yuza dalam diskusi publik memperingati hari kecelakaan lalu lintas sedunia di Artotel Wahid Hasyim, Jakarta Pusat. (Baca Juga: Jatuh di Antara Peron dan Pintu KRL, Penyandang Disabilitas Nyaris Tewas)
Lebih lanjut menurut Yuza, minimnya perhatian kepada penyandang difabel itu hampir terjadi disemua wilayah yang ada di Indonesia. Kurangnya perhatian tersebut membuat adanya ketimpangan yang dialami oleh penyandang difabel di Indonesia.
"Itu masih sangat terasa, tidak hanya di perkotaan, hampir disemua wilayah dan itu berlaku diseluruh moda, antara moda satu ke moda yang lain. kita tidak pernah memperhatikan itu," ujarnya.
Menyikapi hal tersebut, FDTJ secara sadar, siap membatu pemerintah dalam menerbitkan suatu regulasi khusus untuk merubah paradigma masyarakat yang terkesan acuh terhadap penyandang difabel saat menggunakan transportasi umum.
"Dalam hal ini harus memerankan dirinya sebagai partner pemerintah. Karena apa pun usaha pemerintah kita akan bersedia untuk menjadi bagian dalam mencari solusi. Kami tidak boleh melakukan kritik tapi tidak ada solusi, lebih baik tidak mengkritik tapi ada solusi," pungkasnya.
Sebelumnya, Fazlur Rahman Ketua Pengkaderan Pimpinan Pusat Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah terperosok ke dalam rel saat hendak naik KRL Commuter Line di Stasiun Cikini, Jakarta Pusat. Fazlur yang merupakan penyandang disabilitas tuna netra, nyaris meregang nyawa akibat peristiwa yang terjadi pada Minggu, 17 November 2019 lalu.
Fazlur mengatakan, saat itu dirinya hendak menuju Stasiun Klender menggunakan KRL Commuter Line dari Stasiun Cikini. "Saya menggunakan tongkat menuju pintu KRL, tiba-tiba terperosok dicelah-celah peron dengan pintu kereta," katanya dalam keterangan pers yang diterima SINDOnews pada Senin 25 November 2019.
(ysw)