Cuaca di Jakarta Lebih Panas, BMKG: Ini Belum Kondisi Ekstrem
A
A
A
JAKARTA - Dalam beberapa hari belakangan ini, suhu udara di Jakarta cukup menyengat. Kendati dirasa cukup panas, cuaca ini dianggap Badan Metereologi Klimatologi dan Geofisika bukan kondisi yang ekstrem.
Kepala Bidang Diseminasi, Informasi, Iklim dan Kualitas Udara BMKG Hary Tirto Djatmiko mengatakan, ada beberapa faktor penyebab Jabodetabek lebih panas.
Menurutnya, di akhir bulan September sampai Oktober gerak semu matahari tepat di atas garis khatulistiwa.suhu di Jakarta yang belakangan ini. (Baca Juga: BMKG Beberkan Cuaca Jakarta Terasa Lebih Panas)
"Kalau di Oktober gerak semu matahari berada di atas wilayah Jawa. Sehingga sinar matahari yang dipancarkan ke bumi cukup optimal," katanya ketika dihubungi SINDOnews, Sabtu (5/10/2019).
Dengan sinar matahari yang cukup optimal tersebut, kata Hary, masyarakat merasakan bahwa suhu di Jakarta ini sangat panas. "Masyarakat merasakan matahari seolah-olah lebih terik atau panas daripada yang sebelumnya, ini karena memang kondisinya sedang optimal," kata Hary.
Di tengah kondisi sinar matahari yang optimal tersebut, kelembaban udara juga relatif lebih rendah. Penyebabnya penguapan dan tidak ada awan. "Kalau ada awan, uap air di atas maka kelembabanya cukup tinggi," katanya. (Baca Juga: Gerak Semu Matahari Sebabkan Hawa Panas di Ibu Kota dan Sebagian Indonesia)
"Kalau kelembaban tinggi maka ada potensi hujan. Kalau kelembaban rendah yang rasakan ya terik tadi. Kalau ada awan kelembaban tinggi maka yang dirasa gerah," tambahnya.
Meskipun begitu, Hary menegaskan kondisi tersebut masih dalam batas normal. Tercatat suhu di Jakarta saat ini dikisaran 34 derajat celcius. "Kondisi ini bukan kondisi ekstrim tapi siklus yang biasa terjadi di bulan-bulan itu. Setiap tahunnya seperti itu," tutupnya.
Kepala Bidang Diseminasi, Informasi, Iklim dan Kualitas Udara BMKG Hary Tirto Djatmiko mengatakan, ada beberapa faktor penyebab Jabodetabek lebih panas.
Menurutnya, di akhir bulan September sampai Oktober gerak semu matahari tepat di atas garis khatulistiwa.suhu di Jakarta yang belakangan ini. (Baca Juga: BMKG Beberkan Cuaca Jakarta Terasa Lebih Panas)
"Kalau di Oktober gerak semu matahari berada di atas wilayah Jawa. Sehingga sinar matahari yang dipancarkan ke bumi cukup optimal," katanya ketika dihubungi SINDOnews, Sabtu (5/10/2019).
Dengan sinar matahari yang cukup optimal tersebut, kata Hary, masyarakat merasakan bahwa suhu di Jakarta ini sangat panas. "Masyarakat merasakan matahari seolah-olah lebih terik atau panas daripada yang sebelumnya, ini karena memang kondisinya sedang optimal," kata Hary.
Di tengah kondisi sinar matahari yang optimal tersebut, kelembaban udara juga relatif lebih rendah. Penyebabnya penguapan dan tidak ada awan. "Kalau ada awan, uap air di atas maka kelembabanya cukup tinggi," katanya. (Baca Juga: Gerak Semu Matahari Sebabkan Hawa Panas di Ibu Kota dan Sebagian Indonesia)
"Kalau kelembaban tinggi maka ada potensi hujan. Kalau kelembaban rendah yang rasakan ya terik tadi. Kalau ada awan kelembaban tinggi maka yang dirasa gerah," tambahnya.
Meskipun begitu, Hary menegaskan kondisi tersebut masih dalam batas normal. Tercatat suhu di Jakarta saat ini dikisaran 34 derajat celcius. "Kondisi ini bukan kondisi ekstrim tapi siklus yang biasa terjadi di bulan-bulan itu. Setiap tahunnya seperti itu," tutupnya.
(ysw)