Pelajar Diminta Tolak Dijadikan Tameng Perusuh Berkedok Demo
A
A
A
JAKARTA - Para pelajar diimbau agar tidak terbawa arus unjuk rasa yang disertai pengerusakan fasilitas umum. Seyogianya, para pelajar itu menolak dijadikan tameng pihak-pihak yang menginginkan terjadinya kerusuhan di Jakarta.
"Melihat fenomena sekarang bahwa pelajar (SMA/Sederajat) bukan ranahnya mewakili aspirasi di lapangan dengan berdemo, apa lagi merusak fasilitas umum. Seharusnya pelajar itu menunjukan prestasi dan kapabilitinya untuk bangsa dan negara serta berani bersaing di dunia Internasional," kata Wakil Ketua Umum (Waketum) Pengurus Pusat Ikatan Pelajar Nadhlatul Ulama (IPNU) Muhamad Muhadzab di Jakarta, Selasa (1/10/2019).
Muhadzab menyoroti fakta banyaknya pendemo diamankan penegak hukum yang ternyata hanya menggunakan seragam pelajar. Hal itu, menurutnya, membuktikan bahwa ada pihak yang sengaja menginginkan atau memanfaatkan demo untuk menciptakan kericuhan dengan menjadikan pelajar sebagai perisai.
"Sejumlah video yang beredar membuktikan bahwa sebagian pendemo ketika diamankan pihak kepolisian ternyata hanya berpura-pura sebagai pelajar. Mereka mengenakan seragam pelajar, menyusup untuk membuat kericuhan dan pengrusakan fasilitas dengan bayaran. Pelajar jangan mau dijadikan kedok atau tameng pihak-pihak tertentu yang ingin membuat situasi di Indonesia semakin memanas," pesannya.
Dia meminta, agar pelajar lebih mengedepankan belajar ketimbang demo. Karena, kata dia, persaingan ke depan jauh lebih sulit.
"Kami mengingatkan para pelajar untuk lebih meningkatkan kualitas pendidikan daripada ikut berdemo ke DPR. Ke depan pelajar banyak tantangan dan juga banyak persaingan, jikalau tidak meningkatkan kualitas dan kapabilitasnya maka pelajar tidak termasuk bonus demografi di negara kita tercinta ini," sambung mantan Ketua IPNU DKI Jakarta ini.
Di sisi lain, Muhadzab berharap, sekolah mampu lebih serius dalam mengawasi siswanya baik dalam sekolah maupun ketika pulang sekolah.
"Sekolah harus intens mengawasi, berikan sanksi serius yang ikut-ikutan demo di lapangan. Dalam demo ini ternyata banyak dimanfaatkan oleh oknum yg berpakaian sekolah dan dibayar, hal ini telah jelas demo bukan karena kepentingan masyarakat tapi ada yang tidak suka Indonesia aman dan damai," katanya.
Terpisah, anggota DPR RI Ahmad Sahroni berpesan terhadap kaum muda, khususnya para pelajar untuk berpikir rasional dan tidak mudah terhasut isu yang beredar di media sosial.
"Ini bangsa harus kita cintai seutuhnya. Ke depan, bangsa semakin modern dan teknologi semakin luar biasa. Jangan termakan isu di media sosial, belajar berpikir tentang rasional. Jangan terbawa hasutan isu yang sedang diramaikan," pesan Ahmad Sahroni saat menjadi pembicara di Student Council Conference bertema “Berani Mulai Perubahan” yang diadakan Scorence di Conclave Simatupang, Jakarta, Minggu 29 September 2019.
"Media sosial ini dalam hitungan detik, kalian semua bisa tahu, tapi apakah informasi di media sosial itu benar adanya? Belum tentu. Belajar menyikapi yang ada secara rasional," imbuh pria yang di periode 2019-2024 ini tercatat sebagai anggota Komisi I DPR RI.
Terkait aksi demonstrasi dilakukan mahasiswa dan pelajar beberapa hari lalu di Gedung DPR, Sahroni mengakui banyak yang mempertanyakan proses rencana pengesahan undang-undang maupun isu krusial di dalamnya. Berbagai pertanyaan itu disampaikan melalui direct message (DM) di akun instagram miliknya. Meski banyak yang ‘menghajar’ para wakil rakyat pada saat itu, termasuk dirinya, namun Sahroni menerangkan proses dilakukan anggota Parlemen maupun kebenaran dari isu yang selama ini dijadikan viral.
"Saya dihajar melalui DM, dipertanyakan semua prosesnya. Saya jelaskan. Kita jangan hanya menerima informasi sesat saja," kata Sahroni.
"Melihat fenomena sekarang bahwa pelajar (SMA/Sederajat) bukan ranahnya mewakili aspirasi di lapangan dengan berdemo, apa lagi merusak fasilitas umum. Seharusnya pelajar itu menunjukan prestasi dan kapabilitinya untuk bangsa dan negara serta berani bersaing di dunia Internasional," kata Wakil Ketua Umum (Waketum) Pengurus Pusat Ikatan Pelajar Nadhlatul Ulama (IPNU) Muhamad Muhadzab di Jakarta, Selasa (1/10/2019).
Muhadzab menyoroti fakta banyaknya pendemo diamankan penegak hukum yang ternyata hanya menggunakan seragam pelajar. Hal itu, menurutnya, membuktikan bahwa ada pihak yang sengaja menginginkan atau memanfaatkan demo untuk menciptakan kericuhan dengan menjadikan pelajar sebagai perisai.
"Sejumlah video yang beredar membuktikan bahwa sebagian pendemo ketika diamankan pihak kepolisian ternyata hanya berpura-pura sebagai pelajar. Mereka mengenakan seragam pelajar, menyusup untuk membuat kericuhan dan pengrusakan fasilitas dengan bayaran. Pelajar jangan mau dijadikan kedok atau tameng pihak-pihak tertentu yang ingin membuat situasi di Indonesia semakin memanas," pesannya.
Dia meminta, agar pelajar lebih mengedepankan belajar ketimbang demo. Karena, kata dia, persaingan ke depan jauh lebih sulit.
"Kami mengingatkan para pelajar untuk lebih meningkatkan kualitas pendidikan daripada ikut berdemo ke DPR. Ke depan pelajar banyak tantangan dan juga banyak persaingan, jikalau tidak meningkatkan kualitas dan kapabilitasnya maka pelajar tidak termasuk bonus demografi di negara kita tercinta ini," sambung mantan Ketua IPNU DKI Jakarta ini.
Di sisi lain, Muhadzab berharap, sekolah mampu lebih serius dalam mengawasi siswanya baik dalam sekolah maupun ketika pulang sekolah.
"Sekolah harus intens mengawasi, berikan sanksi serius yang ikut-ikutan demo di lapangan. Dalam demo ini ternyata banyak dimanfaatkan oleh oknum yg berpakaian sekolah dan dibayar, hal ini telah jelas demo bukan karena kepentingan masyarakat tapi ada yang tidak suka Indonesia aman dan damai," katanya.
Terpisah, anggota DPR RI Ahmad Sahroni berpesan terhadap kaum muda, khususnya para pelajar untuk berpikir rasional dan tidak mudah terhasut isu yang beredar di media sosial.
"Ini bangsa harus kita cintai seutuhnya. Ke depan, bangsa semakin modern dan teknologi semakin luar biasa. Jangan termakan isu di media sosial, belajar berpikir tentang rasional. Jangan terbawa hasutan isu yang sedang diramaikan," pesan Ahmad Sahroni saat menjadi pembicara di Student Council Conference bertema “Berani Mulai Perubahan” yang diadakan Scorence di Conclave Simatupang, Jakarta, Minggu 29 September 2019.
"Media sosial ini dalam hitungan detik, kalian semua bisa tahu, tapi apakah informasi di media sosial itu benar adanya? Belum tentu. Belajar menyikapi yang ada secara rasional," imbuh pria yang di periode 2019-2024 ini tercatat sebagai anggota Komisi I DPR RI.
Terkait aksi demonstrasi dilakukan mahasiswa dan pelajar beberapa hari lalu di Gedung DPR, Sahroni mengakui banyak yang mempertanyakan proses rencana pengesahan undang-undang maupun isu krusial di dalamnya. Berbagai pertanyaan itu disampaikan melalui direct message (DM) di akun instagram miliknya. Meski banyak yang ‘menghajar’ para wakil rakyat pada saat itu, termasuk dirinya, namun Sahroni menerangkan proses dilakukan anggota Parlemen maupun kebenaran dari isu yang selama ini dijadikan viral.
"Saya dihajar melalui DM, dipertanyakan semua prosesnya. Saya jelaskan. Kita jangan hanya menerima informasi sesat saja," kata Sahroni.
(mhd)