Deklarasi Damai untuk Indonesia, Merajut Papua dari Batavia
A
A
A
JAKARTA - Forum Komunikasi Tingkat Kota Jakarta Barat menggelar Deklarasi Damai bertema Merajut Indonesia di kawasan Kota Tua, Jakarta Barat. Dalam deklarasi itu, sejumlah unsur pimpinan Muspida Jakarta Barat hadir.
Burung penguin itu memang indah,
tapi tak seindah burung cenderawasih
Air terjun Niagara indah,
tapi tak seindah Raja Ampat.
Tarian Samba itu katanya indah,
tapi tak seindah Tarian Sajojo,
burung kasuari, Raja Ampat dan ribuan keindahan lain yang ada di tanah Papua.
Itulah sepenggal puisi yang dibacakan Kapolres Metro Jakarta Barat, Kombes Pol Hengki Haryadi dalam acara Deklarasi Damai bertema Merajut Indonesia di kawasan Taman Fatahilla, Pinangsia, Taman Sari, Jakarta Barat, Sabtu (7/9/2019) malam.
Suasana Sabtu malam di kawasan kota tua memang tampak ramai saat itu. Kilauan lampu sorot menyorot dimana mana dan menjadi pusat perhatian semua orang. Deklarasi mengajak papua bergema tepat menjelang pukul 19.30 WIB, 6 September 2019 malam.
Beberapa jam sebelum acara berlangsung, sejumlah masyarakat dan pengunjung tampak memenuhi kawasan itu, ribuan orang dari penjuru Jabodetabek berkumpul di kawasan itu menikmati Jumat malam.
Mereka tampak asyik duduk mengemper untuk terlibat dalam acara solidaritas yang digagas Forum Komunikasi Tingkat Kota Jakarta Barat. Aksi damai ini memang dikemas layaknya malam keakraban dengan berbagai perhelatan budaya.
Tumpukan kayu bakar untuk api unggun juga sudah disiapkan di tengah Taman Fatahillah. Termasuk Komunitas Masyarakat Papua yang sejak sore berada di kawasan itu. Mereka tampak senang digelar acara ini, wajah manis mereka tak henti hentinya tersenyum.
Para anggota TNI dan Polri, termasuk Kapolres Metro Jakarta Barat, Kombes Hengki Hariyadi dan Dandim 0503 Jakarta Barat, Letkol Kav Valian Wicaksono dan Wali Kota Jakarta Barat juga ikut menggunakan ikat kepala khas Papua.
Acara solidaritas untuk Papua ini turut dihadiri Staf Khusus Presiden untuk Papua yang juga Ketua Masyarakat Adat Tanah Papua Lenis Kogoya, Mantan Wakil Gubernur Papua Barat, Irene Manibuy, serta artis asal Bumi Cendrawasih Edo Kondologit.
Demi membacakan puisi, Hengki mengakui dirinya menyiapkan beberapa jam sebelum pembacaan. Latihan latihan ringan dia lakukan dengan membaca ulang sebelum acara.
“Jujur saya tidak pernah berpuisi, jujur saya tidak pernah menulis puisi, tapi khusus malam ini saya akan membaca puisi yang saya tulis satu jam sebelum ini,” kata Hengki di lokasi.
Sebelumnya, Papua bergejolak usai kasus rasisme di Surabaya, Jawa Timur bergejolak. Suasana Bumi Cendrawasih marah lantaran sikap sedikit orang bertindak rasis. Kerusahaan sempat terjadi di sejumlah kota di Papua, sebelum akhirnya TNI dan POLRI datang menanganinya.
Dalam deklarasinya, Hengki mengajak masyarakat Indonesia untuk bersama sama menjaga damai Indonesia. Konflik dan kerusuhan yang sempat pecah agar tak lagi terjadi, persatuan kian erat demi menjaga keamanan dan kentrentaman di Indonesia, khususnya bumi cendrawasih.
"Acara ini untuk merekatkan kembali persatuan bangsa kita khususnya di Jakarta Barat. Mudah-mudahan dari sini, Indonesia akan semakin bersatu," katanya.
Ia mengharapkan acara ini bisa menjadi perenungan bagi masyarakat khususnya Jakarta Barat untuk terus menjaga persatuan dan tak gampang percaya dengan berita hoax.
Sementara Lenis Kogoya dalam sambutannya meminta agar masyarakat mengigatkan pentingnya persatuan dan kesatuan bangsa.
"Kita ingat Persatuan Indonesia. Kita beda beda disini tapi kita satu. Satu itu tidak ada perbedaan, darah kita sama merah, Bhinneka Tunggal Ika," kata Lenis yang kemudian dilanjutkan pembacaan Ikrar bersama masyarakat.
Acara sendiri diisi beberapa penampilan artis asli cendrawasih, seperti Edo Kondolongit yang mendeklarasikan dirinya sebagai putra asli Papua yang merupakan bagian dari bangsa dan negara Indonesia.
"Saya Papua, saya bagian dari bangsa Indonesia. Kita Papua," ujarnya.
Disela sela penampilannya, Edo prihatin dengan kerusuhan yang terjadi di Papua. Ia menyebut luka Papua juga merupakan luka bagi Indonesia.
Edo kemudian meminta semua pengunjung Kota Tua, tak terkecuali jajaran Pemerintah Kota, Polri, dan TNI yang berdinas di wilayah Jakarta Barat, menjadi bagian dari Papua.
"Saya minta kita semua jadi orang Papua. Artinya kita kulit hitam, kulit putih, rambut keriting, rambut lurus, mata sipit, mata menyala, kita semua Indonesia, betul to?" kata Edo.
Penampilan Edo menyita perhatian masyarakat. Saat membawakan lagu ‘Aku Papua’ sejumlah masyarakat ikut bernyanyi, suasana hangat kian terlihat di kawasan itu. Ia menjadi tersanjung dengan kegiatan, acara ini menandakan bahwa semua orang bersaudara.
“kita semua bersaudara, kita semua satu kesatuan Bhineka Tunggal Ika, kita dari suku, agama, dan kebudayaan yang berbeda, kita semua Indonesia," ujarnya.
Acara ditutup dengan beberapa tarian dan lagu khas papua, seperti lagu ‘sajojo’ yang lengkap menggenakan pakaian adat papua ‘koteka’.
Burung penguin itu memang indah,
tapi tak seindah burung cenderawasih
Air terjun Niagara indah,
tapi tak seindah Raja Ampat.
Tarian Samba itu katanya indah,
tapi tak seindah Tarian Sajojo,
burung kasuari, Raja Ampat dan ribuan keindahan lain yang ada di tanah Papua.
Itulah sepenggal puisi yang dibacakan Kapolres Metro Jakarta Barat, Kombes Pol Hengki Haryadi dalam acara Deklarasi Damai bertema Merajut Indonesia di kawasan Taman Fatahilla, Pinangsia, Taman Sari, Jakarta Barat, Sabtu (7/9/2019) malam.
Suasana Sabtu malam di kawasan kota tua memang tampak ramai saat itu. Kilauan lampu sorot menyorot dimana mana dan menjadi pusat perhatian semua orang. Deklarasi mengajak papua bergema tepat menjelang pukul 19.30 WIB, 6 September 2019 malam.
Beberapa jam sebelum acara berlangsung, sejumlah masyarakat dan pengunjung tampak memenuhi kawasan itu, ribuan orang dari penjuru Jabodetabek berkumpul di kawasan itu menikmati Jumat malam.
Mereka tampak asyik duduk mengemper untuk terlibat dalam acara solidaritas yang digagas Forum Komunikasi Tingkat Kota Jakarta Barat. Aksi damai ini memang dikemas layaknya malam keakraban dengan berbagai perhelatan budaya.
Tumpukan kayu bakar untuk api unggun juga sudah disiapkan di tengah Taman Fatahillah. Termasuk Komunitas Masyarakat Papua yang sejak sore berada di kawasan itu. Mereka tampak senang digelar acara ini, wajah manis mereka tak henti hentinya tersenyum.
Para anggota TNI dan Polri, termasuk Kapolres Metro Jakarta Barat, Kombes Hengki Hariyadi dan Dandim 0503 Jakarta Barat, Letkol Kav Valian Wicaksono dan Wali Kota Jakarta Barat juga ikut menggunakan ikat kepala khas Papua.
Acara solidaritas untuk Papua ini turut dihadiri Staf Khusus Presiden untuk Papua yang juga Ketua Masyarakat Adat Tanah Papua Lenis Kogoya, Mantan Wakil Gubernur Papua Barat, Irene Manibuy, serta artis asal Bumi Cendrawasih Edo Kondologit.
Demi membacakan puisi, Hengki mengakui dirinya menyiapkan beberapa jam sebelum pembacaan. Latihan latihan ringan dia lakukan dengan membaca ulang sebelum acara.
“Jujur saya tidak pernah berpuisi, jujur saya tidak pernah menulis puisi, tapi khusus malam ini saya akan membaca puisi yang saya tulis satu jam sebelum ini,” kata Hengki di lokasi.
Sebelumnya, Papua bergejolak usai kasus rasisme di Surabaya, Jawa Timur bergejolak. Suasana Bumi Cendrawasih marah lantaran sikap sedikit orang bertindak rasis. Kerusahaan sempat terjadi di sejumlah kota di Papua, sebelum akhirnya TNI dan POLRI datang menanganinya.
Dalam deklarasinya, Hengki mengajak masyarakat Indonesia untuk bersama sama menjaga damai Indonesia. Konflik dan kerusuhan yang sempat pecah agar tak lagi terjadi, persatuan kian erat demi menjaga keamanan dan kentrentaman di Indonesia, khususnya bumi cendrawasih.
"Acara ini untuk merekatkan kembali persatuan bangsa kita khususnya di Jakarta Barat. Mudah-mudahan dari sini, Indonesia akan semakin bersatu," katanya.
Ia mengharapkan acara ini bisa menjadi perenungan bagi masyarakat khususnya Jakarta Barat untuk terus menjaga persatuan dan tak gampang percaya dengan berita hoax.
Sementara Lenis Kogoya dalam sambutannya meminta agar masyarakat mengigatkan pentingnya persatuan dan kesatuan bangsa.
"Kita ingat Persatuan Indonesia. Kita beda beda disini tapi kita satu. Satu itu tidak ada perbedaan, darah kita sama merah, Bhinneka Tunggal Ika," kata Lenis yang kemudian dilanjutkan pembacaan Ikrar bersama masyarakat.
Acara sendiri diisi beberapa penampilan artis asli cendrawasih, seperti Edo Kondolongit yang mendeklarasikan dirinya sebagai putra asli Papua yang merupakan bagian dari bangsa dan negara Indonesia.
"Saya Papua, saya bagian dari bangsa Indonesia. Kita Papua," ujarnya.
Disela sela penampilannya, Edo prihatin dengan kerusuhan yang terjadi di Papua. Ia menyebut luka Papua juga merupakan luka bagi Indonesia.
Edo kemudian meminta semua pengunjung Kota Tua, tak terkecuali jajaran Pemerintah Kota, Polri, dan TNI yang berdinas di wilayah Jakarta Barat, menjadi bagian dari Papua.
"Saya minta kita semua jadi orang Papua. Artinya kita kulit hitam, kulit putih, rambut keriting, rambut lurus, mata sipit, mata menyala, kita semua Indonesia, betul to?" kata Edo.
Penampilan Edo menyita perhatian masyarakat. Saat membawakan lagu ‘Aku Papua’ sejumlah masyarakat ikut bernyanyi, suasana hangat kian terlihat di kawasan itu. Ia menjadi tersanjung dengan kegiatan, acara ini menandakan bahwa semua orang bersaudara.
“kita semua bersaudara, kita semua satu kesatuan Bhineka Tunggal Ika, kita dari suku, agama, dan kebudayaan yang berbeda, kita semua Indonesia," ujarnya.
Acara ditutup dengan beberapa tarian dan lagu khas papua, seperti lagu ‘sajojo’ yang lengkap menggenakan pakaian adat papua ‘koteka’.
(ysw)