Pemkot Bekasi Proyeksikan Tren Berkurban Warganya Terus Meningkat
A
A
A
BEKASI - Dinas Pertanian dan Perikanan Kota Bekasi memproyeksikan pertumbuhan atau tren berkurban pada kesempatan Idul Adha yang akan jatuh pada Minggu 11 Agustus 2019 mendatang, akan meningkat tajam. Sayangnya peningkatan warga yang berkurban itu tidak berbanding lurus dengan peminat tenaga medis dokter hewan.
Pada tahun 2014 lalu, jumlah hewan kurban yang dipotong mencapai 21.065 ekor, kemudian naik di tahun 2015 menjadi 21.804 ekor, lalu di tahun 2016, melejit menjadi 25.618 ekor. Tahun 2017 lalu naik menjadi 26.432 ekor hewan kurban yang dipotong. Angka warga yang berkurban juga bertambah drastis pada tahun 2018 dimana ada 35.000 hewan kurban yang telah disembelih.
"Tren hewan yang dipotong setiap tahun memang selalu bertambah. Ini menunjukkan, tingkat perekonomian masyarakat membaik dan kesadaran mereka untuk merayakan Iduladha juga meningkat," ujar Kepala Dinas Pertanian dan Perikanan (Distanikan) Kota Bekasi, Momon Sulaeman di Plaza Wali Kota Bekasi, Selasa (6/8/2019).
Namun sayangnya, kata dia, peminat tenaga medis dokter hewan di Kota Bekasi minim. Buktinya, dari tahun ke tahun kini baru ada lima dokter hewan yang ada di Kota Bekasi.
Saat ini pihaknya masih berupaya semaksimal mungkin untuk memenuhi standar kesehatan hewan kurban melalui tenaga medis. Soalnya, angka hewan yang dipotong telah mencapai ribuan.
"Ini yang kami sedang upayakan untuk meningkatkan SDM dokter hewan di Kota Bekasi," katanya. Saat ini, pemerintah telah melakukan empat upaya untuk mengantisipasi kekurangan dokter hewan tersebut. Keempat upaya itu di antaranya usulan tenaga dokter hewan ke Wali Kota Bekasi, melatih tenaga kelurahan menjadi tenaga kesehatan hewan.
Selanjutnya, bekerjasama dengan Perhimpunan Dokter Hewan Indonesia (PDHI) dalam melakukan pelayanan kesehatan dan merekrut tenaga dokter hewan mandiri. "Empat upaya itu kita sudah laksanakan, dan tahun ini kan jadi ada lima dokter hewan artinya bertambah dan terus akan kita upayakan meningkat minimal 15 tenaga medis dokter hewan," katanya.
Momon mengakui, pemerintah telah menerjunkan petugas untuk melakukan pengecekan terhadap hewan kurban tersebut. Sebab hewan kurban yang hendak dijual patut diperiksa kesehatannya. Bila tidak diperiksa, dikhawatirkan bakal menimbulkan penyakit bagi masyarakat yang mengonsumsinya. "Hewan kurban wajib diperiksa sebelum disembelih," ungkapnya.
Sebenarnya, kata dia, ada empat jenis penyakit yang kerap menyerang hewan kurban, yakni semi katarak atau pink eye, kudis atau scabies pada kambing, cacing hati pada sapi atau fasciolosis serta pilek atau rhinitis akibat terserang virus. "Keempat penyakit itu paling sering menyerang hewan kurban. Dan peyebabnya sangat bervariasi," jelasnya.
Meski ada beberapa penyebab, namun yang paling dominan adalah lingkungan yang jorok. Menurutnya, pemilik harus rutin membersihkan kandang hewannya setiap hari dan selalu berupaya menjauhkan makanan ternak dengan feses (kotoran hewan). "Jangan sampai rumput yang hendak dimakan, tercemar oleh fesesnya sendiri," imbuhnya.
Pada tahun 2014 lalu, jumlah hewan kurban yang dipotong mencapai 21.065 ekor, kemudian naik di tahun 2015 menjadi 21.804 ekor, lalu di tahun 2016, melejit menjadi 25.618 ekor. Tahun 2017 lalu naik menjadi 26.432 ekor hewan kurban yang dipotong. Angka warga yang berkurban juga bertambah drastis pada tahun 2018 dimana ada 35.000 hewan kurban yang telah disembelih.
"Tren hewan yang dipotong setiap tahun memang selalu bertambah. Ini menunjukkan, tingkat perekonomian masyarakat membaik dan kesadaran mereka untuk merayakan Iduladha juga meningkat," ujar Kepala Dinas Pertanian dan Perikanan (Distanikan) Kota Bekasi, Momon Sulaeman di Plaza Wali Kota Bekasi, Selasa (6/8/2019).
Namun sayangnya, kata dia, peminat tenaga medis dokter hewan di Kota Bekasi minim. Buktinya, dari tahun ke tahun kini baru ada lima dokter hewan yang ada di Kota Bekasi.
Saat ini pihaknya masih berupaya semaksimal mungkin untuk memenuhi standar kesehatan hewan kurban melalui tenaga medis. Soalnya, angka hewan yang dipotong telah mencapai ribuan.
"Ini yang kami sedang upayakan untuk meningkatkan SDM dokter hewan di Kota Bekasi," katanya. Saat ini, pemerintah telah melakukan empat upaya untuk mengantisipasi kekurangan dokter hewan tersebut. Keempat upaya itu di antaranya usulan tenaga dokter hewan ke Wali Kota Bekasi, melatih tenaga kelurahan menjadi tenaga kesehatan hewan.
Selanjutnya, bekerjasama dengan Perhimpunan Dokter Hewan Indonesia (PDHI) dalam melakukan pelayanan kesehatan dan merekrut tenaga dokter hewan mandiri. "Empat upaya itu kita sudah laksanakan, dan tahun ini kan jadi ada lima dokter hewan artinya bertambah dan terus akan kita upayakan meningkat minimal 15 tenaga medis dokter hewan," katanya.
Momon mengakui, pemerintah telah menerjunkan petugas untuk melakukan pengecekan terhadap hewan kurban tersebut. Sebab hewan kurban yang hendak dijual patut diperiksa kesehatannya. Bila tidak diperiksa, dikhawatirkan bakal menimbulkan penyakit bagi masyarakat yang mengonsumsinya. "Hewan kurban wajib diperiksa sebelum disembelih," ungkapnya.
Sebenarnya, kata dia, ada empat jenis penyakit yang kerap menyerang hewan kurban, yakni semi katarak atau pink eye, kudis atau scabies pada kambing, cacing hati pada sapi atau fasciolosis serta pilek atau rhinitis akibat terserang virus. "Keempat penyakit itu paling sering menyerang hewan kurban. Dan peyebabnya sangat bervariasi," jelasnya.
Meski ada beberapa penyebab, namun yang paling dominan adalah lingkungan yang jorok. Menurutnya, pemilik harus rutin membersihkan kandang hewannya setiap hari dan selalu berupaya menjauhkan makanan ternak dengan feses (kotoran hewan). "Jangan sampai rumput yang hendak dimakan, tercemar oleh fesesnya sendiri," imbuhnya.
(ysw)