Anies Baswedan 'Diserang' Buzzer, Pengamat: Ada yang Mengarahkan
A
A
A
JAKARTA - Analis Politik Sekaligus Direktur Eksekutif Voxpol Center Research and Consulting Pangi Syarwi Chaniago menjelaskan bahaya buzzer politik yang dapat merugikan seseorang.Ia menyontohkan, tim Jokowi meminta kubu oposisi membubarkan buzzer. Karena pihak 01 mengaku telah menghentikan para buzzer.
"Karena itu tadi buzzer dianggap merongrong, merusak citra dan menyerang dan membuhuh karakter personal seseorang secara membabi buta, menyebarkan fitnah dan sebagainya," urai Pangi ketika dihubungi SINDOnews, Rabu (24/7/2019).
Pangi melanjutkan, dalam bekerja buzzer ada yang mengarahkan, tergantung permintaan 'sang tuan'. Cara kerjanya kan terstruktur, kolektif, dan bahkan mesin buzzer yang ampuh pakai tokoh icon berpengaruh untuk menyerang dan downgrade figur yang bakal dirusak citranya.
Tak hanya dianggap mampu mendowngrade citra seseorang, buzzer pun dapat 'menyulap' seorang yang biasa-biasa saja menjadi luar biasa. ( Baca: Semakin Berprestasi, Ada 'Operasi Serangan' di Medsos ke Anies Baswedan )
"Atau sebaliknya bekerja dengan agenda membangun pencitraan sehingga dianggap pemimpin pekerja keras, berhasil dan sukses memimpin. Padahal bisa jadi enggak bisa apa-apa dan gak punya prestasi apa-apa," tuturnya.
Sebelumnya diberitakan, Anggota DPD asal DKI Jakarta Fahira Idris mengatakan, serangan terbuka terhadap Anies Baswedan di medsos lantaran rentetan penghargaan dan prestasi yang ditorehkan orang nomor satu di Jakarta itu. Bahkan, cacian dan fitnahan juga kerap menyerang Anies.
Menurut Fahira, intensitas serangan terhadap Anies biasanya meningkat di saat-saat Gubernur DKI Jakarta ini membuat terobosan baru atau saat Pemprov mendapat prestasi atau capaian.
"Amatan saya, semakin sering Pemprov DKI membuat terobosan atau mendapat apresiasi, serangan akan semakin intensif," tukas Fahira di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, kemarin.
"Karena itu tadi buzzer dianggap merongrong, merusak citra dan menyerang dan membuhuh karakter personal seseorang secara membabi buta, menyebarkan fitnah dan sebagainya," urai Pangi ketika dihubungi SINDOnews, Rabu (24/7/2019).
Pangi melanjutkan, dalam bekerja buzzer ada yang mengarahkan, tergantung permintaan 'sang tuan'. Cara kerjanya kan terstruktur, kolektif, dan bahkan mesin buzzer yang ampuh pakai tokoh icon berpengaruh untuk menyerang dan downgrade figur yang bakal dirusak citranya.
Tak hanya dianggap mampu mendowngrade citra seseorang, buzzer pun dapat 'menyulap' seorang yang biasa-biasa saja menjadi luar biasa. ( Baca: Semakin Berprestasi, Ada 'Operasi Serangan' di Medsos ke Anies Baswedan )
"Atau sebaliknya bekerja dengan agenda membangun pencitraan sehingga dianggap pemimpin pekerja keras, berhasil dan sukses memimpin. Padahal bisa jadi enggak bisa apa-apa dan gak punya prestasi apa-apa," tuturnya.
Sebelumnya diberitakan, Anggota DPD asal DKI Jakarta Fahira Idris mengatakan, serangan terbuka terhadap Anies Baswedan di medsos lantaran rentetan penghargaan dan prestasi yang ditorehkan orang nomor satu di Jakarta itu. Bahkan, cacian dan fitnahan juga kerap menyerang Anies.
Menurut Fahira, intensitas serangan terhadap Anies biasanya meningkat di saat-saat Gubernur DKI Jakarta ini membuat terobosan baru atau saat Pemprov mendapat prestasi atau capaian.
"Amatan saya, semakin sering Pemprov DKI membuat terobosan atau mendapat apresiasi, serangan akan semakin intensif," tukas Fahira di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, kemarin.
(ysw)