PKL Semakin Semrawut, Asemka Segera Ditata Ulang
A
A
A
JAKARTA - Penataan kawasan Asemka sedang dievaluasi Pemkot Jakarta Barat. Kawasan yang dipenuhi pedagang itu rencananya ditata ulang agar tidak semrawut.
Kasudin Koperasi dan Usaha Mikro Kecil Menengah serta Perdagangan (UMKMP) Jakarta Barat, Nuraini Silviana, mengaku ada beberapa catatan terhadap kondisi asemka.
“Di sana ada yang resmi dan liar. Yang resmi dan membayar retribusi kok,” ujar Silvi ketika dihubungi, SINDONEWS, Minggu (5/7/2019).
Silvi menyebutkan, kontribusi retribusi dari pedagang Asemka sangat terlihat pada 2018 lalu. Saat itu pencapaian retribusi yang terkumpul pencapai Rp3 miliar dari pedagang Asemka yang resmi.
Melihat kondisi demikian, pihaknya akan menata ulang para pedagang resmi yang berada di sekitar Kelurahan Pinangsia, Taman Sari. Renovasi akan dilakukan secepatnya terhadap ratusan pedagang di sana. “Pengajuannya sudah di tangan pak Wali Kota, tinggal menunggu waktunya saja,” sebut Silvi.
Sementara itu, untuk penataan terhadap PKL liar, pihaknya tak bisa berbuat banyak. Kewenangan yang berbeda membuat dirinya tak bisa menata PKL.
Pantauan SINDONEWS, PKL di Asemka saat ini penuh sesak hingga memenuhi jalanan sepanjang 200 meter itu. Mereka berdagang semrawut dan menempati badan jalan dan trotoar.
Imbasnya, lalu lintas di kawasan itu penuh sesak. Kemacetan tak terhindarkan lantaran PKL memakan badan jalan, sehingga membuat kendaraan sulit bergerak cepat. Kondisi ini diperparah dengan truk yang melakukan bongkar muat seenaknya.
Bunyi klakson kemacetan terdengar menggema di kawasan itu. Beberapa pengendara yang kesal mulai memaki truk yang bongkar muat dan PKL yang memenuhi badan jalan.
“Ini kacau, tiap hari makin macet. PKL sudah ke jalan, itu (truk) malah bongkar muat,” keluh Taslim (36), pengendara motor.
Saat SINDONEWS menjajal kawasan itu, perjalanan dari mulai dekat pintu air hingga ke jalan perniagaan, memakan waktu 45 menit untuk jarak 200 meter.
Tak hanya di sisi Selatan Barat, kondisi Asemka yang semrawut juga terlihat di kawasan dekat museum Bank Mandiri. Di kawasan itu, pedagang memenuhi sejumlah trotoar.
Camat Tambora, Bambang Sutarna mengakui PKL Asemka kerap memicu kemacetan. Bahkan di saat weekend pedagang di kawasan itu kian banyak.
Sependapat dengan Silvi, Bambang berencana akan menata ulang kawasan itu, khususnya PKL liar. “Kami akan menata kawasan itu. Kalau merelokasi, kami enggak tepat,” ucapnya.
Bambang berencana mendatangi pengelola untuk merapikan PKL liar. “Selama di teras toko silakan saja. Itu bagaimana dia deal dengan pemilik toko. Yang penting jangan ke trotoar dan mengganggu pejalan kaki,” tutupnya.
Kasudin Koperasi dan Usaha Mikro Kecil Menengah serta Perdagangan (UMKMP) Jakarta Barat, Nuraini Silviana, mengaku ada beberapa catatan terhadap kondisi asemka.
“Di sana ada yang resmi dan liar. Yang resmi dan membayar retribusi kok,” ujar Silvi ketika dihubungi, SINDONEWS, Minggu (5/7/2019).
Silvi menyebutkan, kontribusi retribusi dari pedagang Asemka sangat terlihat pada 2018 lalu. Saat itu pencapaian retribusi yang terkumpul pencapai Rp3 miliar dari pedagang Asemka yang resmi.
Melihat kondisi demikian, pihaknya akan menata ulang para pedagang resmi yang berada di sekitar Kelurahan Pinangsia, Taman Sari. Renovasi akan dilakukan secepatnya terhadap ratusan pedagang di sana. “Pengajuannya sudah di tangan pak Wali Kota, tinggal menunggu waktunya saja,” sebut Silvi.
Sementara itu, untuk penataan terhadap PKL liar, pihaknya tak bisa berbuat banyak. Kewenangan yang berbeda membuat dirinya tak bisa menata PKL.
Pantauan SINDONEWS, PKL di Asemka saat ini penuh sesak hingga memenuhi jalanan sepanjang 200 meter itu. Mereka berdagang semrawut dan menempati badan jalan dan trotoar.
Imbasnya, lalu lintas di kawasan itu penuh sesak. Kemacetan tak terhindarkan lantaran PKL memakan badan jalan, sehingga membuat kendaraan sulit bergerak cepat. Kondisi ini diperparah dengan truk yang melakukan bongkar muat seenaknya.
Bunyi klakson kemacetan terdengar menggema di kawasan itu. Beberapa pengendara yang kesal mulai memaki truk yang bongkar muat dan PKL yang memenuhi badan jalan.
“Ini kacau, tiap hari makin macet. PKL sudah ke jalan, itu (truk) malah bongkar muat,” keluh Taslim (36), pengendara motor.
Saat SINDONEWS menjajal kawasan itu, perjalanan dari mulai dekat pintu air hingga ke jalan perniagaan, memakan waktu 45 menit untuk jarak 200 meter.
Tak hanya di sisi Selatan Barat, kondisi Asemka yang semrawut juga terlihat di kawasan dekat museum Bank Mandiri. Di kawasan itu, pedagang memenuhi sejumlah trotoar.
Camat Tambora, Bambang Sutarna mengakui PKL Asemka kerap memicu kemacetan. Bahkan di saat weekend pedagang di kawasan itu kian banyak.
Sependapat dengan Silvi, Bambang berencana akan menata ulang kawasan itu, khususnya PKL liar. “Kami akan menata kawasan itu. Kalau merelokasi, kami enggak tepat,” ucapnya.
Bambang berencana mendatangi pengelola untuk merapikan PKL liar. “Selama di teras toko silakan saja. Itu bagaimana dia deal dengan pemilik toko. Yang penting jangan ke trotoar dan mengganggu pejalan kaki,” tutupnya.
(thm)