BPBD Kabupaten Bogor Terima Laporan 7 Wilayah Dilanda Kekeringan

Kamis, 04 Juli 2019 - 22:45 WIB
BPBD Kabupaten Bogor Terima Laporan 7 Wilayah Dilanda Kekeringan
BPBD Kabupaten Bogor Terima Laporan 7 Wilayah Dilanda Kekeringan
A A A
BOGOR - BPBD Kabupaten Bogor mendapatkan laporan sebanyak tujuh wilayah mengalami kekeringan. Wilayah paling parah dilanda kekeringan ialah Kecamatan Tenjo, Kabupaten Bogor.

Kepala Bidang Kedaruratan dan Logistik BPBD Kabupaten Bogor, Sumardi mengatakan, telah mendapatkan laporan sejumlah kecematan mengalami kekeringan di musim kemarau ini."Ada sekitar tujuh wilayah yang dilaporkan mengalami kekeringan," kata Sumardi kepada wartawan Kamis (4/7/2019).

Ketujuh wilayah tersebut di antaranya, Klapanunggal, Jonggol, Ciampea, Cibadak, Sukamakmur, sebagian besar wilayah Bogor Timur. Kecamatan yang terparah akibat kekeringan ada di Kecamatan Tenjo yang mencapai 22 kampung.

Menurutnya, warga di sana hanya bisa mengandalkan bantuan air bersih dari BPBD untuk dikonsumsi sehari-hari. Sedangkan, untuk kebutuhan mandi, warga memakai air sumur hingga selokan. "Paling parah baru tiga desa yang terdiri dari 22 kampung di Tenjo. Untuk mandi mereka masih bisa mengambil dari sumur dan selokan. Kami prediksi kondisi ini sampai akhir Agustus 2019,” ujarnya.

Salah satu desa paling parah yang mengalami kekeringan yakni terdapat beberapa hektare lahan persawahan di Desa Bojong, Klapanunggal, Kabupaten Bogor. Pasalnya para petani sudah banyak yang mengeluhkan gagal panen.

Kepala Desa Bojong, Adijaka menjelaskan, kekeringan saat musim kemarau selalu terjadi di wilayahnya. Bahkan saat ini, pihaknya hampir setiap hari mendapatkan keluhan warga yang tidak lagi mendapatkan aliran air."Untuk menangani persoalan tersebut, diperlukan pembangunan sumur bor di beberapa titik sawah yang terdampak. Nantinya sumur bor itu bisa mendistribusian air ke sawah yang mengalami kekeringan," kata Adijaka kepada wartawan Kamis (4/7/2019).

Meski demikian masih ada beberapa sawah yang masih mendapatkan aliran air dari pegunungan. Akan tetapi sawah yang mendapat aliran air dari gunung itu tetap harus menggunakam pompa."Petani harus mengeluarkan biaya kisaran Rp250-350.000 hari. Karena air yang dibutuhkan sangat banyak. Kalau diakumulasikan per minggu berapa kali penyiraman. Misalnya, satu minggu itu dua kali penyiraman, maka tinggal dihitung berapa petani harus mengeluarkan biaya," ujarnya.

Selain itu, para petani harus begantian menggunakan pompa air. Bahkan, para petani harus antre hingga larut malam untuk mendapatkan giliran menggunakannya. Bupati Bogor, Ade Yasin mengatakan, kekeringan di sejumlah kecamatan saat ini belum terlalu parah, sebab kekeringan yang terjadi masih sebatas kekurangan air.

"Terkait kekeringan akut atau parah hingga menimbulkan bencana sih belum ada laporan. Saya mendapatkan laporan kekeringannya masih sebatas kesulitan air bersih," kata Ade pada wartawan Kamis (4/7/2019).

Kalau soal adanya lahan sawah yang kekeringan, hingga menimbulkan gagal panen, Ade menuturkan, belum mendapatkan laporan dari Dinas Pertanian Kabupaten Bogor. "Saya berharap, kemarau kalau ini mudah-mudahan tidak terlalu berdampak parah pada sektor pertanian, karena itu cukup penting," katanya.

Meski demikian, Ade mengimbau kepada masyarakat yang mengalami kesulitan air bersih untuk melaporkan kepada Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Bogor. Pemkab Bogor melalui BPBD telah menyiagakan sejumlah kendaraan tangki air dan berbagai persiapan dalam menghadapi musim kemarau ini.

"Bagi kecamatan atau daerah yang kekeringan diharapkan bisa segera melapor ke BPBD terkait pasokan airnya. Laporan itu yang akan kita tindak lanjuti," ucapnya.
(whb)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.7812 seconds (0.1#10.140)