Merampungkan Tol Lingkar Luar Barat Bogor
A
A
A
BOGOR - Pembangunan ruas jalan tol Bogor Outer Ring Road (BORR) selesai secara bertahap. Seksi IIIA Simpang Yasmin–Simpang Semplak sepanjang 2,85 kilometer diperkirakan rampung akhir tahun ini.
PT Marga Sarana Jabar meminta PT Pembangunan Perumahan (PP) selaku pelaksana proyek menyelesaikan proyek tol tepat waktu. Progres pembangunan yang dimulai sejak November 2018 kini telah di atas 20%. “Untuk detail progres pembangunan bisa tanya langsung PT PP," kata Direktur Utama PT Marga Sarana Jabar Hendro Atmojo kemarin.
Pembangunan tol layang ruas Simpang Yasmin–Simpang Semplak diperkirakan menelan investasi sebesar Rp3 triliun. "Rp1,5 triliun untuk konstruksi dan Rp1,5 triliun pembebasan lahan," ucapnya. Sebelumnya, PT Marga Sarana Jabar sukses menyelesaikan dan mengoperasikan tol BORR Seksi IIB Kedungbadak–Simpang Yasmin.
Manajer Proyek PT PP Yoan Sukma Ariezonna menuturkan, pengerjaan konstruksi tol BORR Seksi IIIA pada pekan ke-21 mengalami peningkatan dari target sekitar 21%. "Sesuai kalender kerja seharusnya pengerjaan di 21,585% secara realisasi sudah berada di 22,154% sehingga mengalami deviasi 0,568%," ungkapnya.
Untuk pengerjaan proyek selama Ramadan, pihaknya tak melakukan pembatasan waktu. Saat musim mudik, pengerjaan terhenti sementara selama 10 hari. Adapun tiang pancang sudah terpasang sekitar 2,8 kilometer. “Saat ini kami tengah mengerjakan beton vertikal (pear head) selama tiga bulan dilanjutkan pemasangan beton bentang (box girder). Sesuai kontrak pengerjaan selesai Desember 2019," ujar Yoan.
Tol BORR Seksi IIIA akan disiapkan dua kali tiga lajur. Berbeda dengan ruas Sentul Barat–Simpang Yasmin hanya dua kali dua lajur. Berdasarkan kajian traffic terbesar akan datang dari Yasmin dan sekitarnya menuju Jakarta sehingga diperintahkan mempersiapkan tiga lajur dan konstruksinya lebih lebar beda lima meter dari yang dulu 20,5 meter.
Dari rencana pekerjaan tol BORR Seksi IIIA terbagi empat zona pekerjaan dengan pelaksanaan 12 bulan sejak Desember 2018. “Ada 50 kolom dengan 2.184 box girder. Zona 1 di Kedung Jaya dengan jarak 750 meter ke zona 2 dan seterusnya, kemudian di Simpang Semplak dibuat jadi empat lajur," kata Yoan.
Ke depan, pengerjaan memfokuskan pada beton vertikal di P115 hingga 131. Untuk pengerjaan ini, terjadi penyempitan ruas jalan di sepanjang Yasmin menuju Simpang Semplak. "Karena terjadi penyempitan arus, kami telah berkoordinasi dengan Dinas Perhubungan maupun kepolisian untuk meminimalisasi dampak kemacetan yang terjadi," ucapnya.
Sekretaris Daerah Kota Bogor Ade Sarip Hidayat berharap percepatan pembangunan infrastruktur tol BORR segera terlaksana sesuai waktu yang ditentukan. "Percepatan pembangunan jalan di Kota Bogor sudah sangat mendesak. Jadi kami mendukung penuh tol BORR dilanjutkan," ujarnya.
Sekadar diketahui, PT Marga Sarana Jabar mendapatkan hak konsesi dari PT Jasa Marga sepanjang 11 kilometer untuk proyek tol BORR. Tol ini dibagi lima seksi, yaitu Seksi I Sentul Selatan–Kedung Halang sepanjang 3,85 km yang telah beroperasi sejak November 2009.
Kemudian Seksi IIA Kedung Halang–Kedung Badak sepanjang 1,95 km telah beroperasi sejak Mei 2014. Selanjutnya Seksi IIB Kedung Badak–Simpang Yasmin sepanjang 2,65 km. Tahap berikutnya Seksi IIIA Simpang Yasmin–Simpang Semplak sepanjang 2,85 km. Terakhir Seksi IIIB Semplak–Junction Salabenda sepanjang 1,50 km.
Pengamat transportasi Universitas Pakuan Bogor Budi Arief menilai pembangunan infrastruktur jalan semasif apa pun tidak dapat mengimbangi jumlah kendaraan yang semakin banyak. "Solusinya, pemerintah pusat maupun daerah perlu menerbitkan kebijakan terkait penggunaan kendaraan pribadi di masyarakat kemudian menyediakan transportasi publik yang mumpuni," ujarnya.
Kebijakan memang mudah saja dikeluarkan jika transportasi umum yang disediakan pemerintah terbilang sukses, namun Kota Bogor masih jauh dari penerapan transportasi publik yang layak. "Justru yang muncul angkutan daring. Jadi, pemerintah juga harus membatasi jumlah angkutan daring ini," ucapnya.
Menurut Budi, bukan infrastruktur sebagai solusi, justru efektivitas penyediaan transportasi umumlah kunci dari lalu lintas perkotaan yang bisa terhindar dari kemacetan. "Artinya, kondisi tersebut merupakan kompensasi jika pemerintah membatasi penjualan kendaraan bermotor ataupun menyetop masyarakat menggunakan kendaraan pribadi," ungkapnya.
Dia menuturkan, ada yang tak bisa dikesampingkan untuk menangani transportasi di Bogor yakni membenahi tata ruang Kota maupun Kabupaten Bogor. "Sehingga nanti bisa dikonsepi antara pusat perbelanjaan maupun permukiman yang saling terintegrasi. Ini membuat masyarakat cukup berjalan kaki untuk beraktivitas sehari-hari," katanya.
Sepengetahuan dia, jumlah produksi kendaraan dengan pembangunan jalan terlampau jomplang. Angkanya pun tak mencapai 1%. "Public transport harus diperkuat. Kami mendorong kendaraan pribadi lebih sedikit dan orang tertarik naik angkutan umum. Sistem itu harus segera dilakukan untuk jangka panjang," ujar Budi. (Haryudi)
PT Marga Sarana Jabar meminta PT Pembangunan Perumahan (PP) selaku pelaksana proyek menyelesaikan proyek tol tepat waktu. Progres pembangunan yang dimulai sejak November 2018 kini telah di atas 20%. “Untuk detail progres pembangunan bisa tanya langsung PT PP," kata Direktur Utama PT Marga Sarana Jabar Hendro Atmojo kemarin.
Pembangunan tol layang ruas Simpang Yasmin–Simpang Semplak diperkirakan menelan investasi sebesar Rp3 triliun. "Rp1,5 triliun untuk konstruksi dan Rp1,5 triliun pembebasan lahan," ucapnya. Sebelumnya, PT Marga Sarana Jabar sukses menyelesaikan dan mengoperasikan tol BORR Seksi IIB Kedungbadak–Simpang Yasmin.
Manajer Proyek PT PP Yoan Sukma Ariezonna menuturkan, pengerjaan konstruksi tol BORR Seksi IIIA pada pekan ke-21 mengalami peningkatan dari target sekitar 21%. "Sesuai kalender kerja seharusnya pengerjaan di 21,585% secara realisasi sudah berada di 22,154% sehingga mengalami deviasi 0,568%," ungkapnya.
Untuk pengerjaan proyek selama Ramadan, pihaknya tak melakukan pembatasan waktu. Saat musim mudik, pengerjaan terhenti sementara selama 10 hari. Adapun tiang pancang sudah terpasang sekitar 2,8 kilometer. “Saat ini kami tengah mengerjakan beton vertikal (pear head) selama tiga bulan dilanjutkan pemasangan beton bentang (box girder). Sesuai kontrak pengerjaan selesai Desember 2019," ujar Yoan.
Tol BORR Seksi IIIA akan disiapkan dua kali tiga lajur. Berbeda dengan ruas Sentul Barat–Simpang Yasmin hanya dua kali dua lajur. Berdasarkan kajian traffic terbesar akan datang dari Yasmin dan sekitarnya menuju Jakarta sehingga diperintahkan mempersiapkan tiga lajur dan konstruksinya lebih lebar beda lima meter dari yang dulu 20,5 meter.
Dari rencana pekerjaan tol BORR Seksi IIIA terbagi empat zona pekerjaan dengan pelaksanaan 12 bulan sejak Desember 2018. “Ada 50 kolom dengan 2.184 box girder. Zona 1 di Kedung Jaya dengan jarak 750 meter ke zona 2 dan seterusnya, kemudian di Simpang Semplak dibuat jadi empat lajur," kata Yoan.
Ke depan, pengerjaan memfokuskan pada beton vertikal di P115 hingga 131. Untuk pengerjaan ini, terjadi penyempitan ruas jalan di sepanjang Yasmin menuju Simpang Semplak. "Karena terjadi penyempitan arus, kami telah berkoordinasi dengan Dinas Perhubungan maupun kepolisian untuk meminimalisasi dampak kemacetan yang terjadi," ucapnya.
Sekretaris Daerah Kota Bogor Ade Sarip Hidayat berharap percepatan pembangunan infrastruktur tol BORR segera terlaksana sesuai waktu yang ditentukan. "Percepatan pembangunan jalan di Kota Bogor sudah sangat mendesak. Jadi kami mendukung penuh tol BORR dilanjutkan," ujarnya.
Sekadar diketahui, PT Marga Sarana Jabar mendapatkan hak konsesi dari PT Jasa Marga sepanjang 11 kilometer untuk proyek tol BORR. Tol ini dibagi lima seksi, yaitu Seksi I Sentul Selatan–Kedung Halang sepanjang 3,85 km yang telah beroperasi sejak November 2009.
Kemudian Seksi IIA Kedung Halang–Kedung Badak sepanjang 1,95 km telah beroperasi sejak Mei 2014. Selanjutnya Seksi IIB Kedung Badak–Simpang Yasmin sepanjang 2,65 km. Tahap berikutnya Seksi IIIA Simpang Yasmin–Simpang Semplak sepanjang 2,85 km. Terakhir Seksi IIIB Semplak–Junction Salabenda sepanjang 1,50 km.
Pengamat transportasi Universitas Pakuan Bogor Budi Arief menilai pembangunan infrastruktur jalan semasif apa pun tidak dapat mengimbangi jumlah kendaraan yang semakin banyak. "Solusinya, pemerintah pusat maupun daerah perlu menerbitkan kebijakan terkait penggunaan kendaraan pribadi di masyarakat kemudian menyediakan transportasi publik yang mumpuni," ujarnya.
Kebijakan memang mudah saja dikeluarkan jika transportasi umum yang disediakan pemerintah terbilang sukses, namun Kota Bogor masih jauh dari penerapan transportasi publik yang layak. "Justru yang muncul angkutan daring. Jadi, pemerintah juga harus membatasi jumlah angkutan daring ini," ucapnya.
Menurut Budi, bukan infrastruktur sebagai solusi, justru efektivitas penyediaan transportasi umumlah kunci dari lalu lintas perkotaan yang bisa terhindar dari kemacetan. "Artinya, kondisi tersebut merupakan kompensasi jika pemerintah membatasi penjualan kendaraan bermotor ataupun menyetop masyarakat menggunakan kendaraan pribadi," ungkapnya.
Dia menuturkan, ada yang tak bisa dikesampingkan untuk menangani transportasi di Bogor yakni membenahi tata ruang Kota maupun Kabupaten Bogor. "Sehingga nanti bisa dikonsepi antara pusat perbelanjaan maupun permukiman yang saling terintegrasi. Ini membuat masyarakat cukup berjalan kaki untuk beraktivitas sehari-hari," katanya.
Sepengetahuan dia, jumlah produksi kendaraan dengan pembangunan jalan terlampau jomplang. Angkanya pun tak mencapai 1%. "Public transport harus diperkuat. Kami mendorong kendaraan pribadi lebih sedikit dan orang tertarik naik angkutan umum. Sistem itu harus segera dilakukan untuk jangka panjang," ujar Budi. (Haryudi)
(nfl)