Wacana Bus Transjakarta Diganti Trem, Pengamat: Butuh Waktu Panjang Adaptasi
A
A
A
JAKARTA - Saran BPTJ kepada Pemprov DKI untuk beralih ke trem dalam hal transportasi publik patut diapresiasi. Namun perlu ada yang diperhatikan agar benar-benar moda angkutan umum tersebut bisa efektif mengurangi kemacetan lalu lintas.
"Trem itu kan dengan sistem rel ya tapi di jalan raya. Nah kita kan sudah ada busway itu Transjakarta. Kecepatannya juga sama. Soal safety amanlah trem. tapi yang harus diwaspadai perilaku pengendara kendaraan pribadi. Lintasan sebidang yang ada palang pintu diterabas, busway juga dilewatin aja tuh," urai Pengamat Transportasi dari FAKTA Azas Tigor Nainggolan saat dihubungi Sindonews, Kamis (9/5/2019).
Opsi trem, lanjut Tigor, bisa diterapkan ketika seluruh moda transportasi publik sudah terintegrasi. Karena menurutnya percuma jika belum ada keterpaduan sistem namun terus menambah moda.
"Makanya daripada beralih ke trem, mwndingin BPTJ ambil sikap tegas ambil alih integrasi. Jak Lingko tuh apaan? mana sampai sekarang belum terwujud," tambahnya.
Sebelumnya Badan Pengelola Transportasi Jakarta (BPTJ) menyarankan agar DKI memiliki moda transportasi massal baru berupa trem kota.
Rencana tersebut telah disampaikan kepada Pemerintah Provinsi Jakarta. Jika tidak ada aral melintang, BPTJ ingin model transportasi tersebut bisa mulai diterapkan tahun ini.
“Trem ini agar mendorong warga menggunakan transportasi publik, supaya lebih menarik. Dengan penggunaan trem kita yakin akan diminati masyarakat menggunakan,” kata Ketua BPTJ Bambang Prihartono.
Bambang mengatakan, dibandingkan dengan bus Transjakarta yang mampu mengangkut 40 orang, penggunaan trem akan lebih banyak karena sekali jalan trem bisa mengangkut 200 orang.
Menurut Bambang, jika terealisasi, trem kota akan menggunakan jalur Transjakarta yang sudah eksisting. Hal tersebut akan mempermudah sekaligus meng-upgrade transportasi Jakarta karena telah memiliki lajur sendiri.
"Trem itu kan dengan sistem rel ya tapi di jalan raya. Nah kita kan sudah ada busway itu Transjakarta. Kecepatannya juga sama. Soal safety amanlah trem. tapi yang harus diwaspadai perilaku pengendara kendaraan pribadi. Lintasan sebidang yang ada palang pintu diterabas, busway juga dilewatin aja tuh," urai Pengamat Transportasi dari FAKTA Azas Tigor Nainggolan saat dihubungi Sindonews, Kamis (9/5/2019).
Opsi trem, lanjut Tigor, bisa diterapkan ketika seluruh moda transportasi publik sudah terintegrasi. Karena menurutnya percuma jika belum ada keterpaduan sistem namun terus menambah moda.
"Makanya daripada beralih ke trem, mwndingin BPTJ ambil sikap tegas ambil alih integrasi. Jak Lingko tuh apaan? mana sampai sekarang belum terwujud," tambahnya.
Sebelumnya Badan Pengelola Transportasi Jakarta (BPTJ) menyarankan agar DKI memiliki moda transportasi massal baru berupa trem kota.
Rencana tersebut telah disampaikan kepada Pemerintah Provinsi Jakarta. Jika tidak ada aral melintang, BPTJ ingin model transportasi tersebut bisa mulai diterapkan tahun ini.
“Trem ini agar mendorong warga menggunakan transportasi publik, supaya lebih menarik. Dengan penggunaan trem kita yakin akan diminati masyarakat menggunakan,” kata Ketua BPTJ Bambang Prihartono.
Bambang mengatakan, dibandingkan dengan bus Transjakarta yang mampu mengangkut 40 orang, penggunaan trem akan lebih banyak karena sekali jalan trem bisa mengangkut 200 orang.
Menurut Bambang, jika terealisasi, trem kota akan menggunakan jalur Transjakarta yang sudah eksisting. Hal tersebut akan mempermudah sekaligus meng-upgrade transportasi Jakarta karena telah memiliki lajur sendiri.
(ysw)