Penataan Hulu, Jangka Pendek Atasi Banjir Kiriman di Ibu Kota
A
A
A
JAKARTA - Pemprov DKI Jakarta meyakini penataan hulu sebagai jangka pendek menghilangkan banjir kiriman. Pengendalian air dari hulu yang masuk ke daerah pesisir merupakan hal yang paling mendasar.
Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan mengatakan, beberapa hari lalu DKI mengalami kiriman air hujan dari daerah pegunungan, Akibatnya sejumlah kawasan bantaran sungai mengalami banjir. Namun, wilayah lain di luar pesisir atau bantaran tidak mengalami.
Beruntung, lanjut Anies, pada saat banjir kiriman itu, permukaan air laut surut sehingga pihaknya bisa mengelola air di Jakarta kebih baik. Sebab, apabila air dari hulu jumlahnya banyak, lalu air di laut pasang, Jakarta bisa terendam.
"Jadi sebenarnya begini, jangka pendek banjirnya ya tahun ini. Tahun ini ya waduknya dibereskan itu yang mendasar," kata Anies di Balai Kota DKI Jakarta pada Senin (29/4/2019).
Anies menjelaskan, banjir kemarin di wilayah pesisir karena menerima limpahan dari hulu dan pesisir tidak melihat administrasi. Bisa saja, kata dia, pihaknya memperhatikan lebih banyak penanganan di Jakarta, namun kenyataannya bukan hanya Jakarta yang mengalami banjir kiriman. Buktinya, Bekasi, Tangerang Selatan, Tangerang dan wilayah pesisir lainnya mengalami banjir.
Pengendaliannya ada pada wilayah hulu, sehingga ketika turun ke wilayah pesisir, debit air bisa lebih baik. Mantan Menteri Pendidikan itu pun menegaskan, masalah banjir kiriman bukan untuk mencari siapa yang salah dan tidak.
Menurutnya, hulu tidak salah tapi karena ini hujannya terjadi di hulu. Untuk itu, Pemprov DKI terus akan bekerja sama dengan pemerintah daerah setempat.
"Coba bayangkan pada 2015 ada 230.000 orang mengungsi karena banjir kiriman. Kemarin 1.600 orang mengungsi, kenapa terjadi ? Karena volume air dari hulu tidak dikendalikan. Jadi kalau dibandingkan sangat kecil dengan 2015. Tapi kenapa keduanya terjadi ? Karena air hujan di hulu tidak dikendalikan. Begitu hujan ya langsung mengalir. Kalau itu dibuatkan waduk, maka volume air yang turun akan terkendali. Itulah jangka pendek yang harus segera dituntaskan," ungkapnya.
Anies menuturkan, saat ini Dinas Sumber Daya Air (SDA) DKI Jakarta bersama Pemerintah Kota Bogor dan Kota Depok tengah dalam proses pencarian tempat tempat baru untuk pembangunan waduk ataupun kolam resistensi. Dia mengapresiasi Wali Kota Bogor yang programnya dijalankan bersama dengan baik.
Kepala Biro Tata Pemerintahan DKI Jakarta, Premi Lestari menuturkan, kerja sama dengan daerah mitra untuk mengendalikan banjir itu bentuknya bantuan keuangan sesuai apa yang diajukan kepada Pemprov DKI Jakarta.
Misalnya saja, yaitu bantuan keuangan kepada Kota Bogor untuk pembangunan dan penataan kolam retensi; kemudian untuk Kota Depok diberikan untuk penataan Situ Pedongkelan, revitalisasi Situ Universitas Indonesia, normalisasi Situ Pladen, Situ Rawa Besar dan sebagainya. Termasuk pengadaan jaring apung sampah di hulu Kali Ciliwung."Bentuknya bantuan keuangan yang besarannya sesuai proposal yang diajukan oleh pemerintah daerah," ucapnya.
Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan mengatakan, beberapa hari lalu DKI mengalami kiriman air hujan dari daerah pegunungan, Akibatnya sejumlah kawasan bantaran sungai mengalami banjir. Namun, wilayah lain di luar pesisir atau bantaran tidak mengalami.
Beruntung, lanjut Anies, pada saat banjir kiriman itu, permukaan air laut surut sehingga pihaknya bisa mengelola air di Jakarta kebih baik. Sebab, apabila air dari hulu jumlahnya banyak, lalu air di laut pasang, Jakarta bisa terendam.
"Jadi sebenarnya begini, jangka pendek banjirnya ya tahun ini. Tahun ini ya waduknya dibereskan itu yang mendasar," kata Anies di Balai Kota DKI Jakarta pada Senin (29/4/2019).
Anies menjelaskan, banjir kemarin di wilayah pesisir karena menerima limpahan dari hulu dan pesisir tidak melihat administrasi. Bisa saja, kata dia, pihaknya memperhatikan lebih banyak penanganan di Jakarta, namun kenyataannya bukan hanya Jakarta yang mengalami banjir kiriman. Buktinya, Bekasi, Tangerang Selatan, Tangerang dan wilayah pesisir lainnya mengalami banjir.
Pengendaliannya ada pada wilayah hulu, sehingga ketika turun ke wilayah pesisir, debit air bisa lebih baik. Mantan Menteri Pendidikan itu pun menegaskan, masalah banjir kiriman bukan untuk mencari siapa yang salah dan tidak.
Menurutnya, hulu tidak salah tapi karena ini hujannya terjadi di hulu. Untuk itu, Pemprov DKI terus akan bekerja sama dengan pemerintah daerah setempat.
"Coba bayangkan pada 2015 ada 230.000 orang mengungsi karena banjir kiriman. Kemarin 1.600 orang mengungsi, kenapa terjadi ? Karena volume air dari hulu tidak dikendalikan. Jadi kalau dibandingkan sangat kecil dengan 2015. Tapi kenapa keduanya terjadi ? Karena air hujan di hulu tidak dikendalikan. Begitu hujan ya langsung mengalir. Kalau itu dibuatkan waduk, maka volume air yang turun akan terkendali. Itulah jangka pendek yang harus segera dituntaskan," ungkapnya.
Anies menuturkan, saat ini Dinas Sumber Daya Air (SDA) DKI Jakarta bersama Pemerintah Kota Bogor dan Kota Depok tengah dalam proses pencarian tempat tempat baru untuk pembangunan waduk ataupun kolam resistensi. Dia mengapresiasi Wali Kota Bogor yang programnya dijalankan bersama dengan baik.
Kepala Biro Tata Pemerintahan DKI Jakarta, Premi Lestari menuturkan, kerja sama dengan daerah mitra untuk mengendalikan banjir itu bentuknya bantuan keuangan sesuai apa yang diajukan kepada Pemprov DKI Jakarta.
Misalnya saja, yaitu bantuan keuangan kepada Kota Bogor untuk pembangunan dan penataan kolam retensi; kemudian untuk Kota Depok diberikan untuk penataan Situ Pedongkelan, revitalisasi Situ Universitas Indonesia, normalisasi Situ Pladen, Situ Rawa Besar dan sebagainya. Termasuk pengadaan jaring apung sampah di hulu Kali Ciliwung."Bentuknya bantuan keuangan yang besarannya sesuai proposal yang diajukan oleh pemerintah daerah," ucapnya.
(whb)