Koneksi TransJakarta dengan MRT Mulai Dilakukan
A
A
A
JAKARTA - PT Transportasi Jakarta (TransJakarta) lakukan perubahan interkoneksi fisik di koridor I (Blok M-Kota). Perubahan interkoneksi tersebut dilakukan agar terintegrasi dengan Mass Rapid Transit (MRT) yang beroperasi Maret mendatang.
Direktur Utama PT TransJakarta, Agung Wicaksono mengatakan saat ini pihaknya terus melakukan perubahan fisik interkoneksi dengan Moda Raya Terpadu (MRT) yang akan beroperasi Maret mendatang. Hal itu bisa terlihat di Halte Bundaran HI yang sedang dibangun. Kemudian di Halte Tosari serta halte CSW dengan Stasiun Singsingamangaraja.
Untuk Halte CSW, kata Agung, akan dibangun skybridge dari Stasiun Sisingamangaraja ke arah Halte CSW sekitar 100 meter. Sedangkan untuk mengatasi Halte CSW koridor 13 yang tingginya mencapai sekitar 20 meter, pihaknya akan membangun sarana prasarana seperti lift atau eskalator.
"Kalau pakai lift kapasitasnya terbatas jadi lebih lambat bawa orang. Tapi kalau pakai eskalator akan lebih banyak dan lebih cepat. Kendalanya kaum difabel belum bisa naik eskalator. Ini kendalanya spacenya enggak cukup. Ini makanya lagi dikaji," ujar Agung wicaksono di Balai Kota DKI Jakarta, kemarin.
Selain itu, lanjut Agung, pihaknya juga telah mempelajari integrasi di Hong Kong dan Malaysia. Dimana, desain rute dilakukan untuk mengoptimalisasikan manfaat sistem metro berbasis jalur. Termasuk dengan kemudahan pelanggan dalam berganti-ganti moda transportasi.
"Dari Hong Kong itu MRT dari Malaysia itu CEO dari Rapid Bus. Mereka itu satu induk pengelolaan," pungkasnya.
Direktur operasional PT TransJakarta, Daud Joseph menuturkan selain merubah beberapa fisik halte di koridor I, pihaknya juga membuat integrasi di Depo MRT Lebak Bulus mengingat Pemprov DKI sudah mengakuisisi dua lahan di area sekitar, yakni di sisi Halte MRT Lebak Bulus dan di seberang Selapa Polri.
Kedua titik lahan tersebut, kata Daud akan menjadi titik balik. Untuk titik pertama akan difokuskan berputar di bidang tanah yang ada disisi Halte MRT.
Sementara sisi yang diseberang selapa polri akan menjadi endapan bus TransJakarta, baik itu koridor 8 (Lebak Bulus-Harmoni), Ciptutat-Tosari, Ciputat-Kampung Rambutan, Kampung Rambutan-Lebak Bulus, ataupin kendaraan-kendaraan Jak Lingko baik seperti 03 dan 32.
"Itu semua akan lebih rapi karena ada titik endapannya. Fungsi pengendapan itu kedua, tapi pertamanya sebagai titik feeder dari Lebak Bulus," ujarnya.
Sementara itu, Ketua Badan Pengelola Transportasi Jabodetabek (BPTJ), Bambang Prihartono menegaskan integrasi moda transportasi TransJakarta dengan MRT dan angkutan umum lainnya dalam satu program Jak lingko tidak mempengaruhi rencana induk integrasi transportasi Jabodetabek.
Menurut Bambang, BPTJ akan mengitegrsikan Jak Lingko moda Transportasi milik DKI dengan Moda Transportasi milik pemerintah pusat, seperti Kereta API atau Light Rail Transit (LRT) Jabodetabek.
Sehingga, lanjut Bambang, pada 2029 tercipta moda share angkutan umum maksimal 80% meski targetnya 60%. Apalagi, saat ini pihaknya sudah menyelesaikan satu sistem tiket pembayaran antar moda.
“Ya kami sudah menyelesaikan sistem satu tiket pembayaran. Jadi kartu Komuter bisa digunakan untuk MRT, LRT dan Transjakarta begitu juga sebaliknya. Tidak masalah Transjakarta Keluar kan kartu sendiri asal bisa digunakan untuk lainnya. tahun ini kami akan implementsikan,” tegasnya.
Direktur Utama PT TransJakarta, Agung Wicaksono mengatakan saat ini pihaknya terus melakukan perubahan fisik interkoneksi dengan Moda Raya Terpadu (MRT) yang akan beroperasi Maret mendatang. Hal itu bisa terlihat di Halte Bundaran HI yang sedang dibangun. Kemudian di Halte Tosari serta halte CSW dengan Stasiun Singsingamangaraja.
Untuk Halte CSW, kata Agung, akan dibangun skybridge dari Stasiun Sisingamangaraja ke arah Halte CSW sekitar 100 meter. Sedangkan untuk mengatasi Halte CSW koridor 13 yang tingginya mencapai sekitar 20 meter, pihaknya akan membangun sarana prasarana seperti lift atau eskalator.
"Kalau pakai lift kapasitasnya terbatas jadi lebih lambat bawa orang. Tapi kalau pakai eskalator akan lebih banyak dan lebih cepat. Kendalanya kaum difabel belum bisa naik eskalator. Ini kendalanya spacenya enggak cukup. Ini makanya lagi dikaji," ujar Agung wicaksono di Balai Kota DKI Jakarta, kemarin.
Selain itu, lanjut Agung, pihaknya juga telah mempelajari integrasi di Hong Kong dan Malaysia. Dimana, desain rute dilakukan untuk mengoptimalisasikan manfaat sistem metro berbasis jalur. Termasuk dengan kemudahan pelanggan dalam berganti-ganti moda transportasi.
"Dari Hong Kong itu MRT dari Malaysia itu CEO dari Rapid Bus. Mereka itu satu induk pengelolaan," pungkasnya.
Direktur operasional PT TransJakarta, Daud Joseph menuturkan selain merubah beberapa fisik halte di koridor I, pihaknya juga membuat integrasi di Depo MRT Lebak Bulus mengingat Pemprov DKI sudah mengakuisisi dua lahan di area sekitar, yakni di sisi Halte MRT Lebak Bulus dan di seberang Selapa Polri.
Kedua titik lahan tersebut, kata Daud akan menjadi titik balik. Untuk titik pertama akan difokuskan berputar di bidang tanah yang ada disisi Halte MRT.
Sementara sisi yang diseberang selapa polri akan menjadi endapan bus TransJakarta, baik itu koridor 8 (Lebak Bulus-Harmoni), Ciptutat-Tosari, Ciputat-Kampung Rambutan, Kampung Rambutan-Lebak Bulus, ataupin kendaraan-kendaraan Jak Lingko baik seperti 03 dan 32.
"Itu semua akan lebih rapi karena ada titik endapannya. Fungsi pengendapan itu kedua, tapi pertamanya sebagai titik feeder dari Lebak Bulus," ujarnya.
Sementara itu, Ketua Badan Pengelola Transportasi Jabodetabek (BPTJ), Bambang Prihartono menegaskan integrasi moda transportasi TransJakarta dengan MRT dan angkutan umum lainnya dalam satu program Jak lingko tidak mempengaruhi rencana induk integrasi transportasi Jabodetabek.
Menurut Bambang, BPTJ akan mengitegrsikan Jak Lingko moda Transportasi milik DKI dengan Moda Transportasi milik pemerintah pusat, seperti Kereta API atau Light Rail Transit (LRT) Jabodetabek.
Sehingga, lanjut Bambang, pada 2029 tercipta moda share angkutan umum maksimal 80% meski targetnya 60%. Apalagi, saat ini pihaknya sudah menyelesaikan satu sistem tiket pembayaran antar moda.
“Ya kami sudah menyelesaikan sistem satu tiket pembayaran. Jadi kartu Komuter bisa digunakan untuk MRT, LRT dan Transjakarta begitu juga sebaliknya. Tidak masalah Transjakarta Keluar kan kartu sendiri asal bisa digunakan untuk lainnya. tahun ini kami akan implementsikan,” tegasnya.
(kri)