Banyak Busa di Kali Item, Anies Sebut Penyebabnya Limbah Rumah Tangga
A
A
A
JAKARTA - Pemprov DKI Jakarta menyayangkan penggunaan limbah deterjen rumah tangga yang menimbulkan busa di kali Sunter atau Kali Item, Jakarta Utara. Untuk mengatasi masalah tersebut, Pemprov DKI akan memperbaiki secara komprehensif penggunaan detergen di masyarakat.
Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan mengatakan, penggunaan limbah deterjen dari berbagai sumber khususnya rumah tangga itu sangat luar biasa tinggi intesitasnya. Sehingga, ketika air dari Danau Sunter itu di pompa dan dimasukkan ke kali Item, limbah sisa deterjen seperti diaduk dan keluar buih busa yang amat banyak.
"Saat ini mau tidak mau kita harus melakukan pemompaan dan saat itu muncul busanya. Busa itu muncul karena setiap pompa itu dinyalakan. Inilah kenyataan selama ini yang perlu diperbaiki," kata Anies saat mengunjungi rumah pompa danau sunter di kantor DPU DKI Jakarta, dan RT/RW 13/01, Sunter Jaya, Tanjung Priok, Jakarta Utara, Rabu (2/1/2019).
Kepala Dinas Lingkungan Hidup DKI Jakarta, Isnawa Adji menilai peristiwa banyaknya busa di kali Item itu memang akibat penggunaan limbah rumah tangga yang kebanyakan menggunakan tipe hard detergent dengan kadar yang keras, ditambah kepercayaan orang Indonesia yang harus ada busa bersifat keras saat melakukan aktifitas mencuci.
"Jadi kalau kita bandingkan dengan negara-negara maju mereka sudah menggunakan yang namanya Soft deterjen di mana tidak ada kandungan fosfat di kita masih menggunakan batasan pada tahap deterjen yang digunakan pasti akan menghasilkan busa," ungkapnya.
Isnawa hanya berharap ada deterjen dan busanya tidak menghasilkan zat aditif yang terdapat pada masalah lingkungan seperti di Australia dan Malaysia. Sehingga, bekerja lebih ramah lingkungan.
Sebab, apabila terus menggunakan deterjen bersifat keras secara terus-menerus, Isnawa menyebut akan berdampak pada kehidupan ikan-ikan misalnya terhadap tumbuh-tumbuhan yang ada di sungai atau di bantaran kali dan sungai.
Sementara itu, Pengamat Perkotaan Universitas Trisakti, Nirwono Joga menyebut ada tiga permasalahan mendasar dalam membersihkan kali. Pertama, Industri rumah tangga seperti pabrik tahu rumahan, cuci jeans harus memiliki ipal dan dilarang keras mbuang air limbah ke sungai. Menurutnya, harus ada sanksi tegas mulai dari penyegelan bahkan penutupan pabrik.
Kedua, Pemprov DKI sudah harus membuat saluran air limbah tersendiri dan ipal kota sehingga tidak ada lagi pembuangan limbah rumah tangga langsung ke saluran air kota atau sungai.
Terakhir, Penataan ulang bangunan dan fungsi peruntukan lahan apa yang boleh di spanjang sungai. "Tanpa ke 3 hal itu sebanyak apa pun kali dibersihkan tidak akan pernah berhasil," tegasnya.
Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan mengatakan, penggunaan limbah deterjen dari berbagai sumber khususnya rumah tangga itu sangat luar biasa tinggi intesitasnya. Sehingga, ketika air dari Danau Sunter itu di pompa dan dimasukkan ke kali Item, limbah sisa deterjen seperti diaduk dan keluar buih busa yang amat banyak.
"Saat ini mau tidak mau kita harus melakukan pemompaan dan saat itu muncul busanya. Busa itu muncul karena setiap pompa itu dinyalakan. Inilah kenyataan selama ini yang perlu diperbaiki," kata Anies saat mengunjungi rumah pompa danau sunter di kantor DPU DKI Jakarta, dan RT/RW 13/01, Sunter Jaya, Tanjung Priok, Jakarta Utara, Rabu (2/1/2019).
Kepala Dinas Lingkungan Hidup DKI Jakarta, Isnawa Adji menilai peristiwa banyaknya busa di kali Item itu memang akibat penggunaan limbah rumah tangga yang kebanyakan menggunakan tipe hard detergent dengan kadar yang keras, ditambah kepercayaan orang Indonesia yang harus ada busa bersifat keras saat melakukan aktifitas mencuci.
"Jadi kalau kita bandingkan dengan negara-negara maju mereka sudah menggunakan yang namanya Soft deterjen di mana tidak ada kandungan fosfat di kita masih menggunakan batasan pada tahap deterjen yang digunakan pasti akan menghasilkan busa," ungkapnya.
Isnawa hanya berharap ada deterjen dan busanya tidak menghasilkan zat aditif yang terdapat pada masalah lingkungan seperti di Australia dan Malaysia. Sehingga, bekerja lebih ramah lingkungan.
Sebab, apabila terus menggunakan deterjen bersifat keras secara terus-menerus, Isnawa menyebut akan berdampak pada kehidupan ikan-ikan misalnya terhadap tumbuh-tumbuhan yang ada di sungai atau di bantaran kali dan sungai.
Sementara itu, Pengamat Perkotaan Universitas Trisakti, Nirwono Joga menyebut ada tiga permasalahan mendasar dalam membersihkan kali. Pertama, Industri rumah tangga seperti pabrik tahu rumahan, cuci jeans harus memiliki ipal dan dilarang keras mbuang air limbah ke sungai. Menurutnya, harus ada sanksi tegas mulai dari penyegelan bahkan penutupan pabrik.
Kedua, Pemprov DKI sudah harus membuat saluran air limbah tersendiri dan ipal kota sehingga tidak ada lagi pembuangan limbah rumah tangga langsung ke saluran air kota atau sungai.
Terakhir, Penataan ulang bangunan dan fungsi peruntukan lahan apa yang boleh di spanjang sungai. "Tanpa ke 3 hal itu sebanyak apa pun kali dibersihkan tidak akan pernah berhasil," tegasnya.
(ysw)