Anies Penuhi Janji, Fasilitas Pengolahan Sampah Sunter Mulai Dibangun
A
A
A
JAKARTA - Jakarta segera memiliki solusi bagi persoalan sampah rumah tangga. Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan menunaikan salah satu janjinya bagi warga Ibu Kota, yakni membangun Intermediate Treatment Facility (ITF) atau Fasilitas Pengolahan Sampah di dalam kota.
Pagi tadi Anies melakukan peletakan batu pertama (ground breaking) pembangunan ITF yang berlokasi di Jalan Sunter Agung, Sunter Jaya, Jakarta Utara. Anies sekaligus melakukan penandatanganan Perjanjian Kerja Sama (PKS) tentang Pemanfaatan Barang Milik Daerah berupa tanah yang terletak di Jalan Sunter Permai Raya, Sunter Agung, itu kepada PT Jakarta Propertindo.
Anies menjelaskan, pembangunan ITF ini adalah peristiwa bersejarah karena menjadi fasilitas terbesar dan pertama di Indonesia. “Selama ini, kita berpikir dengan cara yang lama. Dulu kita juga begitu, rumah kita kamar mandinya selalu berada di ujung yang jauh, seakan-akan kamar mandi itu bukan bagian dari kita, tidak terlihat. Sekarang berubah, kini kamar mandi di dalam rumah kita, rapi, bersih, terkelola, bukan sesuatu yang disembunyikan. Begitu juga dengan kota ini, dulu kita kirimkan sampah itu jauh-jauh, sekarang kita letakkan di dalam kota dan kita pastikan semua terkelola dengan rapi dan bersih,” jelas Anies di lokasi, , Kamis (20/12/2018.
Menurut Anies, pembangunan teknologi yang ada di ITF Sunter ini dapat mengubah cara berpikir bahwa sisa kegiatan warga Jakarta, dalam hal ini sampah, adalah tanggung jawab bersama. Artinya, sampah bukan diberikan ke tempat lain, tetapi dikelola sendiri hingga tuntas.
“Kita menyadari persis, Jakarta ini amat produktif dalam menghasilkan sampah. Kita memproduksi sampah 7.000 bahkan 8.000 ton per hari. Bukan menjadi rahasia, sudah diketahui oleh umum, tetapi kita belum menyelesaikannya dengan baik. Skarang ini apa yang kita lakukan dengan sampah yang kita kirim ke TPST Bantar Gebang konsekuensinya panjang. Selain menimbulkan masalah lingkungan di tempat lain, kita juga merasakan truk-truk mengganggu lalu lintas, karena membawa sampah ke wilayah tentangga kita,” papar Anies.
Untuk menyelesaikan persoalan menahun dari sampah ini, kata Anies, dibutuhkan pendekatan sistemik. Jika dibiarkan pengelolaan sampah Jakarta seperti saat ini, TPST Bantar Gebang diperkirakan hanya bisa menampung hingga 2021. Oleh karena itu, membangun ITF adalah langkah yang tepat untuk memastikan sampah dapat dikelola di wilayah Jakarta hingga tuntas. (Baca juga: TPST Bantargebang Hanya Sanggup Menampung Sampah DKI Empat Tahun Lagi)
“Alhamdulillah, melalui pembangunan ITF bisa mencapai 2.200 ton per hari, kira-kira seperempat dari sampah di Jakarta akan dikelola di sini hingga tuntas. Ini adalah sebuah langkah yang sangat strategis, dan bagi kami pribadi, dua tahun lalu kami berjanji akan membangun ITF, dan alhamdulillah janji itu hari ini dilunasi,” tegasnya.
Pembangunan ITF Sunter oleh PT Jakarta Propertindo ini menggunakan standar yang tinggi, yaitu bekerja sama dengan Fortum Finlandia sebagai mitra strategis yang siap membangun Fasilitas Pengelolaan Sampah ITF Sunter. Dengan menggunakan teknologi ramah lingkungan yang telah terverifikasi, baik, serta banyak digunakan di negara-negara Eropa dan Asia.
Teknologi pengolahan sampah yang diaplikasikan di ITF Sunter ini memenuhi standar emisi Eropa (European Union Directive). Selain itu, sistem pengolahan gas sisa di ITF Sunter telah dirancang sesuai ketentuan Uni Eropa yang mengacu baku mutu dari European Parliament and The Council Directive Nomor 2010/75/EU Annex VI.
Diketahui, ketentuan Uni Eropa menerapkan baku mutu emisi yang lebih ketat dibandingkan aturan di Indonesia. “Karena itu, jangan sampai kita membangun sesuatu di 2018 dengan standar yang tertinggal dari tempat lain. Pada soal lingkungan hidup, kita harus meninggikan standar kita. Karena kita bicara tentang anak cucu kita, jangan sampai kita mengelola lingkungan kita dengan standar yang menurut kita nyaman, tapi anak cucu kita menengok dengan yang rendah,” tegasnya.
Selain memiliki teknologi yang tinggi dalam pengolahan sampah, kapasitas ITF Sunter ini mencapai 2.200 ton per hari atau 726.000 ton per tahun dengan teknologi termal, sehingga residunya berupa abu hanya sekitar 20 persen dari total sampah yang diolah dan mereduksi volume sampah 80 persen hingga 90 persen. ITF Sunter ini juga dilengkapi dengan turbin yang mampu mengkonversi energi termal menjadi energi listrik sebesar 35 megawatt per jam. Teknologi ini mampu menghasilkan listrik dan telah teruji di banyak kota besar di Eropa dan Asia.
“Tentu jumlahnya tidak mungkin bisa meng-cover seluruh kebutuhan listrik Jakarta. Kapasitas produksinya dalam catatan adalah 35 megawatt per jam. Ini dari sisi jumlah tidak besar, tapi yang pasti tidak ada energi yang tersisa, semua terkonversi dengan baik. Meskipun demikian, tujuan utama ITF memang bukan untuk menjadi generator listrik, tapi ini utamanya adalah mengelola sampah secara habis,” tegas Anies.
Anies berharap pembangunan ITF Jakarta yang dilakukan oleh PT Jakarta Propertindo dan PT Fortum Finlandia, bisa selesai sesuai jadwal, yaitu selama tiga tahun.
Pagi tadi Anies melakukan peletakan batu pertama (ground breaking) pembangunan ITF yang berlokasi di Jalan Sunter Agung, Sunter Jaya, Jakarta Utara. Anies sekaligus melakukan penandatanganan Perjanjian Kerja Sama (PKS) tentang Pemanfaatan Barang Milik Daerah berupa tanah yang terletak di Jalan Sunter Permai Raya, Sunter Agung, itu kepada PT Jakarta Propertindo.
Anies menjelaskan, pembangunan ITF ini adalah peristiwa bersejarah karena menjadi fasilitas terbesar dan pertama di Indonesia. “Selama ini, kita berpikir dengan cara yang lama. Dulu kita juga begitu, rumah kita kamar mandinya selalu berada di ujung yang jauh, seakan-akan kamar mandi itu bukan bagian dari kita, tidak terlihat. Sekarang berubah, kini kamar mandi di dalam rumah kita, rapi, bersih, terkelola, bukan sesuatu yang disembunyikan. Begitu juga dengan kota ini, dulu kita kirimkan sampah itu jauh-jauh, sekarang kita letakkan di dalam kota dan kita pastikan semua terkelola dengan rapi dan bersih,” jelas Anies di lokasi, , Kamis (20/12/2018.
Menurut Anies, pembangunan teknologi yang ada di ITF Sunter ini dapat mengubah cara berpikir bahwa sisa kegiatan warga Jakarta, dalam hal ini sampah, adalah tanggung jawab bersama. Artinya, sampah bukan diberikan ke tempat lain, tetapi dikelola sendiri hingga tuntas.
“Kita menyadari persis, Jakarta ini amat produktif dalam menghasilkan sampah. Kita memproduksi sampah 7.000 bahkan 8.000 ton per hari. Bukan menjadi rahasia, sudah diketahui oleh umum, tetapi kita belum menyelesaikannya dengan baik. Skarang ini apa yang kita lakukan dengan sampah yang kita kirim ke TPST Bantar Gebang konsekuensinya panjang. Selain menimbulkan masalah lingkungan di tempat lain, kita juga merasakan truk-truk mengganggu lalu lintas, karena membawa sampah ke wilayah tentangga kita,” papar Anies.
Untuk menyelesaikan persoalan menahun dari sampah ini, kata Anies, dibutuhkan pendekatan sistemik. Jika dibiarkan pengelolaan sampah Jakarta seperti saat ini, TPST Bantar Gebang diperkirakan hanya bisa menampung hingga 2021. Oleh karena itu, membangun ITF adalah langkah yang tepat untuk memastikan sampah dapat dikelola di wilayah Jakarta hingga tuntas. (Baca juga: TPST Bantargebang Hanya Sanggup Menampung Sampah DKI Empat Tahun Lagi)
“Alhamdulillah, melalui pembangunan ITF bisa mencapai 2.200 ton per hari, kira-kira seperempat dari sampah di Jakarta akan dikelola di sini hingga tuntas. Ini adalah sebuah langkah yang sangat strategis, dan bagi kami pribadi, dua tahun lalu kami berjanji akan membangun ITF, dan alhamdulillah janji itu hari ini dilunasi,” tegasnya.
Pembangunan ITF Sunter oleh PT Jakarta Propertindo ini menggunakan standar yang tinggi, yaitu bekerja sama dengan Fortum Finlandia sebagai mitra strategis yang siap membangun Fasilitas Pengelolaan Sampah ITF Sunter. Dengan menggunakan teknologi ramah lingkungan yang telah terverifikasi, baik, serta banyak digunakan di negara-negara Eropa dan Asia.
Teknologi pengolahan sampah yang diaplikasikan di ITF Sunter ini memenuhi standar emisi Eropa (European Union Directive). Selain itu, sistem pengolahan gas sisa di ITF Sunter telah dirancang sesuai ketentuan Uni Eropa yang mengacu baku mutu dari European Parliament and The Council Directive Nomor 2010/75/EU Annex VI.
Diketahui, ketentuan Uni Eropa menerapkan baku mutu emisi yang lebih ketat dibandingkan aturan di Indonesia. “Karena itu, jangan sampai kita membangun sesuatu di 2018 dengan standar yang tertinggal dari tempat lain. Pada soal lingkungan hidup, kita harus meninggikan standar kita. Karena kita bicara tentang anak cucu kita, jangan sampai kita mengelola lingkungan kita dengan standar yang menurut kita nyaman, tapi anak cucu kita menengok dengan yang rendah,” tegasnya.
Selain memiliki teknologi yang tinggi dalam pengolahan sampah, kapasitas ITF Sunter ini mencapai 2.200 ton per hari atau 726.000 ton per tahun dengan teknologi termal, sehingga residunya berupa abu hanya sekitar 20 persen dari total sampah yang diolah dan mereduksi volume sampah 80 persen hingga 90 persen. ITF Sunter ini juga dilengkapi dengan turbin yang mampu mengkonversi energi termal menjadi energi listrik sebesar 35 megawatt per jam. Teknologi ini mampu menghasilkan listrik dan telah teruji di banyak kota besar di Eropa dan Asia.
“Tentu jumlahnya tidak mungkin bisa meng-cover seluruh kebutuhan listrik Jakarta. Kapasitas produksinya dalam catatan adalah 35 megawatt per jam. Ini dari sisi jumlah tidak besar, tapi yang pasti tidak ada energi yang tersisa, semua terkonversi dengan baik. Meskipun demikian, tujuan utama ITF memang bukan untuk menjadi generator listrik, tapi ini utamanya adalah mengelola sampah secara habis,” tegas Anies.
Anies berharap pembangunan ITF Jakarta yang dilakukan oleh PT Jakarta Propertindo dan PT Fortum Finlandia, bisa selesai sesuai jadwal, yaitu selama tiga tahun.
(thm)