Tanggul Pembatas Laut Retak, Pesisir Utara Terancam Banjir

Rabu, 12 Desember 2018 - 19:03 WIB
Tanggul Pembatas Laut Retak, Pesisir Utara Terancam Banjir
Tanggul Pembatas Laut Retak, Pesisir Utara Terancam Banjir
A A A
JAKARTA - Kawasan pesisir Utara di RT20/17, Muara Baru, Penjaringan, Penjaringan, Jakarta Utara, terancam banjir. Hal ini disebabkan tanggul mulai retak.

Meskipun keretakan baru sepanjang dua sentimeter. Namun tanggul yang membatasi daratan itu terancam jebol. Banjir menghantui sejumlah warga yang mengandalkan tanggul itu bertahan dari air laut.

Tanggul sepanjang 100 meter itu diketahui dibangun pada tahun 2002. Lumut memenuhi tembok tanggul yang terlihat tua dan usang. Banyaknya retakan ditemukan, termasuk satu retakan yang terlihat keluar air laut.

Alhasil, timbul genangan di turunan masuk ke pemukiman RT20/17. Genangan itu memiliki kedalamannya semata kaki orang dewasa. Kejadian ini terus berlangsung sejak beberapa hari lalu.

Salah seorang warga, Yanti (37), mengatakan, khawatir dengan bocornya air dari tanggul tersebut. Meski saat ini retakan belum besar, namun Yanti takut retakan akan membesar dan membuat lingkungannya terendam.

"Ini saja sudah susah ditahan. Apalagi kalau jebol, bisa tenggalam kita," ucap Yanti di lokasi, Rabu (12/12/2018).

Dia kemudian mencontohkan seperti tahun 2007 silam. Kala itu, tanggul jebol dan membuat rumahnya terendam selama seminggu. Aktivitas saat itu berjalan lumpuh.

Senada, warga lainnya, Arifin (35), mengakui jebol tanggul di tahun 2007 silam tak jauh beda dengan kondisi saat ini. Kala itu, retakan-retakan terlihat kecil hingga disusul kocoran air laut.

"Setelah itu tanggul jebol. Sudah ada pompa, tapi tetap enggak bisa ngatasi genangan air," ucapnya.

Arifin mengungkapkan, dampak dari tanggul jebol pada tahun 2007 menimbulkan banjir di pemukiman dengan ketinggian bervariasi. Bahkan, di kawasan belakang pemukiman ketinggian banjir mencapai seleher orang dewasa. Beberapa warga kemudian mengungsi.

"Awalnya dari kikis kayak gitu ya. Mungkin karena bagian dalam sana udah terkikis juga, akhirnya jebol," kata Arifin.

Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) Pelaksanaan Pembangunan Terpadu Pesisir Ibukota Negara (PTPIN) Kementerian PUPR, Ferdinanto menjelaskan, penyebab rembesnya air adalah kondisi tanggul yang sudah cukup tua.

"Ini kan strukturnya sudah lama ya. Struktur yang lama itu kan pasti ada bocoran-bocoran dari laut. Air kan jangankan beton, plastik aja kalo bocor pasti akan rembes kan," kata Ferdinanto dikonfirmasi.

Ferdinanto menjelaskan, tanggul tersebut adalah tanggul lama yang sudah berdiri sejak tahun 2002. Ia kemudian mengakui di tahun 2007, tanggul jebol sehingga air laut masuk hingga ke pemukiman dan menyebabkan banjir bandang.

Ferdinanto mengatakan pemerintah pada tahun 2014 pernah melakukan penanganan. Kala itu, Kementerian PUPR membangun tanggul pengamanan tahap 1 yang lokasinya berada 80 meter di depan tanggul lama yang jebol.

Tanggul pengaman pantai yang baru itu kini dilanjutkan pembangunannya hingga tahun ini. Tanggul itu dibangun untuk mengantisipasi rob di Muara Baru sepanjang 1,9 kilometer.

"Itu di depan tanggul lama, jadi kita menggantikan tanggul yang lama," kata Ferdinanto.

Pada pergantian ini, lanjut Ferdinanto, pihaknya melakukan sistem grouting. Artinya penyuntikan semen berkualitas tinggi ke rongga rongga tanggul yang retak dan berpotensi jebol karena air laut.

"Ini sudah kita tembak, sudah kita grouting, air semen berkualitas tinggi kita suntik pakai mesin sehingga air semen itu menjadi lem. Yang retak-retak di dalam bisa terbungkus sendiri dengan air semen ini. Ini sudah kita semen tadinya bocor juga ini, nah sekarang pindah ke sini retakannya," jelasnya.

Meskipun sistem grouting dilakukan. Namun rembesan air masih saja timbul. Terkait itu, Ferdinanto beralasan air akan mengalir dan mencari celah lainnya sehingga kebocoran pun tak terhindarkan.

Maka dari itu, dalam waktu dekat pihaknya akan membangun semacam saluran supaya air rembesan bisa dialirkan ke penampungan seperti Waduk Pluit. Hal ini mencegah rembesan air dari tanggul mengalir ke pemukiman dan menimbulkan genangan. Dengan demikian, Ferdinanto berharap aliran secara tertutup dan tidak mengenang.

"Mungkin ini dia sudah tua, sudah ringkih. Kita tutup ini, dia pindah sini. Ini contohnya. Air pasti cari celah yang lemah lagi," tutupnya Ferdinanto.
(mhd)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.6008 seconds (0.1#10.140)