Layanan Transportasi di Jakarta Masih Memprihatinkan

Senin, 24 September 2018 - 06:26 WIB
Layanan Transportasi...
Layanan Transportasi di Jakarta Masih Memprihatinkan
A A A
JAKARTA - Peningkatan layanan transportasi Pemprov DKI Jakarta memprihatinkan. Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) PT Transportasi Jakarta (Transjakarta) yang dipercaya menjalankan program melalui One Karcis One Trip (Ok Otrip) tersebut harus segera dievaluasi.

Hal itu dikatakan Ketua Organda DKI Jakarta, Shafruhan Sinungan. Sebagai pimpinan yang membawahi angkutan umum existing di Jakarta, dirinya melihat Manajemen Transjakarta tidak mampu mengelola sarana transportasi yang melayani warga. Perusahaan plat merah tersebut justru memberikan kesan Profit Oriented. Padahal sebagai BUMD transportasi dengan anggaran subsidi sebesar Rp 3 triliun yang diambil dari uang warga, prioritas utamanya adalah Kwalitas layanan transportasi yang Prima, baru kemudian Profit dan sebagainya.

"Program Ok Otrip melibatkan angota organda, khususnya Bus kecil belum memenuhi harapan masyarakat dari faktor nyaman, aman dan ataupun menyentuh langsung kebutuhan. PT Transjakarta hanya menonjolkan faktor gratisnya," kata Shafruhan saat dihubungi, Minggu 23 September 2018.

Shafruhan menjelaskan, seharusnya PT Transjakarta menjadikan Standar Playanan Minimum (SPM) sebagai faktor utama dalam mengoperasikan program OK Otrip. Baik itu Sumber Daya Manusia (SDM) ataupun armadanya. Dia pun menyayangkan terjadinya kecelakaan tunggal Minitrans beberapa hari lalu. Menurutnya, itu salah satu contoh dari tidak dijadikannya SPM sebagai faktor utama layanan transportasi.

Apalagi, kata Shafruhan, pemerintah saat ini tengah gencar melakukan pengendalian kendaraan melalui sistem ganjil-genap serta tilang Elektornik yang akan diujicobakan pada Oktober mendatang. "Kalau layanan angkutan umumnya baik, pembatasan kendaraan akan efektif," ungkapnya.

Selain itu, lanjut Shafruhan, dalam hal rerouting trayek yang telah dikeuarkan Dinas Perhubungan baru berjalan dua pekan, tiba-tiba PT TransJakarta mengembalikan lagi armadanya ke rute yang lama dengan alasan sepi penumpang dan merugi. Operator existing di rute tersebut pun resah.

"Ini menunjukkan Bahwa Direksi TJ tidak mengerti bagaimana mengelola suatu pembukaan trayek baru, dimana dibutuhkan waktu kurang lebih 6 bulan untuk bisa eksis dari trayek tersebut," tegasnya.

Shafruhan berharap Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan segera menyikapi manajemen PT TransJakarta. Dirinya khawatir subsidi yang diberikan dari sumber uang warga terbuang percuma. Dia juga berharap direksi PT Transportasi Jakarta ke depan dipimpin oleh orang yang profesional, inovatif, kapabel dalam mengelola perusahaan. Sehingga, apa yang diharapkan pemimpin terdahulu di Jakarta agar TransJakarta menjadi tulang punggung dalam melayani mobilitas masyarakat terwujud.

"Sebagai tulang punggung transportasi, TransJakar harus memenuhi kebutuhan masyarakat akan transportasi yang manusiawi, aman, nyaman, tepat waktu dan terjangkau karena adanya subsidi," pungkasnya.

PT Transjakarta mengklaim jumlah penumpang mencapai 676.493 per hari selama perhelatan Asian Games dengan pemberlakuan sistem ganjil-genap 15 jam yang diperpanjang hingga Asian Para Games 6-13 Oktober.

Direktur PT Transjakarta, Budi Kaliwono menyebut bahwa penaikan jumlah pelanggan tersebut merupakan motivasi dari peningkatan layanan dan penambahan jumlah bus yang beroperasi, perluasan rute, dan implementasi program OK Otrip. "Kami terus berkomitmen untuk meningkatkan layanan," ungkapnya.

Sementara itu, Direktur Institut Studi Transportasi (Instrans), Dharmaningtyas meminta PT TransJakarta jangan cepat bangga dengan pencapaian pelanggan yang baru sekitar 600.000. Menurutnya, pencapaian itu belum apa-apa bila dibandingkan dengan jumlah bus, jalur dan subsidi pada 2011.

Tyas menjelaskan, pada 2011, jumlah bus hanya sekitar 700 unit dengan koridor hanya 10 dan subsidnya cuma Rp600 miliar. Tapi penumpangnya mencapai 350 pelanggan. Artinya, dengan kondisi sekarang yang mencapai 80 koridor Bus Rapid Transit (BRT) dan Non BRT, jumlah bus mencapai 1.750 dan subsidinya mencapai Rp3 Triliun, penumpang harusnya sudah mencapai target 1 juta penumpang.

"Jadi cara menghitungnya seperti itu. Bukan bangga dengan peningkatan jumlah penumpang tapi ga menghitung perbandinganya. Itu pasti ada yang salah," ungkapnya.

Sebagai Badan Usaha Milik Daerah (BUMD), kata Tyas, PT Transjakarta seharusnya mampu membina operator existing untuk meningkatkan layanan angkutan umum. Bukan malah membiasakan. Sehingga, target penumpang 1 Juta dapat tercapai.

"Design awal PT Transjakarta itu kan bukan mengadakan bus, tapi membina operator untuk mengadakan bus. Rangkul operator existing, ini malah membinasakanya setelah memiliki jalur existing," tegasnya.
(mhd)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.1109 seconds (0.1#10.140)