Akibat Ganjil Genap, Pengguna Angkutan Umum Bertambah 34 Ribu
A
A
A
JAKARTA - Penumpang bus TransJakarta kembali mengalami peningkatan pasca enam hari diberlakukanya sanksi ganjil genap. Kenaikan jumlah penumpang didapat dari integrasi Bus Rapid Transit (BRT) dan Non BRT.
Direktur Utama PT Transportasi Jakarta (Transjakarta) Budi Kaliwono mengatakan, enam hari setelah implementasi perluasan pembatasan kendaraan ganjil-genap dengan penilangan maksimal berdampak pada kenaikan jumlah pelanggan bus Transjakarta.
"Jumlah pelanggan Transjakarta pada Senin (6 Agustus) mencapai 616.744, naik hampir 34 ribu dibandingkan Senin sebelumnya (30 Juli)," kata Budi melalui pesan singkatnya, kemarin.
Budi menjelaskan, kenaikan jumlah pelanggan dikontribusikan dari layanan BRT dan Non BRT, yang tergabung dalam program One Karcis One Trip (OK-OTrip). Menurutnya, pelanggan OK-OTrip sendiri sudah lebih dari 40 ribu orang dengan 14 rute yang telah beroperasi.
Saat ini jumlah angkutan OK-OTrip telah mencapai 354 unit. Jumlah ini akan terus bertambah untuk meningkatkan jangkauan layanan. Sayangnya dia tidak menyebutkan dan menjelaskan bagaimana upaya PT Transjakarta meningkatkan jangkauan layanan tersebut.
"Manajemen Transjakarta terus berusaha meningkatkan kinerja seluruh lini dalam melayani seluruh pelanggan sehingga moda transportasi umum di DKI Jakarta selalu menjadi andalan bagi seluruh masyarakat," ujarnya.
Adapun 14 trayek tersebut di antaranya yaitu yakni Kampung Melayu-Duren Sawit (OK-2), Lebak Bulus-Pondok Labu (OK-3), Grogol-Tubagus Angke (OK-4), Semper-Rorotan (OK-5), Kampung Rambutan-Pondok Gede (OK-6), Tanjung Priok-Bulak Turi (OK-15), PGC-Condet (OK-16), Pulogadung-Senen (OK-17), Setu-Pinang Ranti (OK-19), Lubang Buaya-Cawang UKI (OK-20), Pasar Rebo-Taman Wiladatika (OK-28), Meruya-Citraland (OK-30), Pondok Labu-Blok M (OK-31), Petukangan-Lebak Bulus (OK-32).
Atas pencapaian jumlah pelanggan Transjakarta tersebut, Budi menyampaikan terima kasih atas kepercayaan dari masyarakat baik itu pelanggan setia Transjakarta maupun penumpang baru Transjakarta yang menggunakan layanan moda transportasi milik Pemerintah Provinsi DKI Jakarta di dalam setiap aktivitasnya.
Wakil Gubernur DKI Jakarta, Sandiaga Uno mengapresiasi peningkatan jumlah penumpang tersebut. Dia berharap dalam waktu dekat tembus akan tembus 700.000. Sehingga, target satu juta penumpang bisa tercapai akhir tahun ini. Apalagi ada perluasan ganjil genap dan Ok otrip.
"Ok OTrip yang banyak dragukan juga sekarang sudah hampir 400 kendaraan dan 4 operator yang sudah bergabung dan sudah 40.000 pengguna dari Ok otrip ini," ungkapnya.
Selain itu, lanjut Sandi, Badan Pelayanan Barang dan Jasa Pemerintah (BPBJ) telah menyelesaikan kajian tarif rupiah perkilometer untuk Ok OTrip. Dimana, terdapat dua tarif yang akan dimasukan dalam Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang dan Jasa Pemerintah (LKPP).
Untuk tarif atas, Sandi menyebut sekitar Rp 3.900 untuk jarak yang kilometernya sedikit akibat kondisi macet dan sebagainya. Sedangkan untuk jarak kilometer jauh dan lancar mendapatkan harga rupiah perkilometer Rp3.400.
"Akan ada batas bawah dan batas atas dalam perhitungan komponen HPS (cek) tergantung dari tingkat kemacetan di masing-masing trayek angkutan umum yang akan terkontrak dengan Transjakarta. karena semakin macet semakin sedikit kilometernya," ungkapnya.
Sementara itu, Ketua Organda DKI Jakarta, Shafruhan menyambut baik adanya penyesuain tarif yang berbeda sesuai dengan jarak dan kondisi trayek. Namun, dia meminta agar Pemprov DKI segera mengevaluasi direksi PT Transjakarta yang sebelumnya angkuh terhadap tetapan tarif rupiah perkilometer hitungan sendiri.
Selain itu, lanjut Shafruhan, selain menghitung bersama komponen rupiah perkilometer dan jarak tempuh, SPM menjadi sangat penting dalam program Ok OTrip yang menyentuh hingga ke pemukiman. Hal itu pun diatur dalam Permenhub 29 Tahun 2015, angkutan umum harus memenuhi SPM fasilitas pelayanan.
"Nah kalau yang terjadi saat ini, apa bedanya dengan angkot yang ada? Cuma taping doang kan. Naik dan turun penumpang saja sembarangan," ungkapnya.
Direktur Utama PT Transportasi Jakarta (Transjakarta) Budi Kaliwono mengatakan, enam hari setelah implementasi perluasan pembatasan kendaraan ganjil-genap dengan penilangan maksimal berdampak pada kenaikan jumlah pelanggan bus Transjakarta.
"Jumlah pelanggan Transjakarta pada Senin (6 Agustus) mencapai 616.744, naik hampir 34 ribu dibandingkan Senin sebelumnya (30 Juli)," kata Budi melalui pesan singkatnya, kemarin.
Budi menjelaskan, kenaikan jumlah pelanggan dikontribusikan dari layanan BRT dan Non BRT, yang tergabung dalam program One Karcis One Trip (OK-OTrip). Menurutnya, pelanggan OK-OTrip sendiri sudah lebih dari 40 ribu orang dengan 14 rute yang telah beroperasi.
Saat ini jumlah angkutan OK-OTrip telah mencapai 354 unit. Jumlah ini akan terus bertambah untuk meningkatkan jangkauan layanan. Sayangnya dia tidak menyebutkan dan menjelaskan bagaimana upaya PT Transjakarta meningkatkan jangkauan layanan tersebut.
"Manajemen Transjakarta terus berusaha meningkatkan kinerja seluruh lini dalam melayani seluruh pelanggan sehingga moda transportasi umum di DKI Jakarta selalu menjadi andalan bagi seluruh masyarakat," ujarnya.
Adapun 14 trayek tersebut di antaranya yaitu yakni Kampung Melayu-Duren Sawit (OK-2), Lebak Bulus-Pondok Labu (OK-3), Grogol-Tubagus Angke (OK-4), Semper-Rorotan (OK-5), Kampung Rambutan-Pondok Gede (OK-6), Tanjung Priok-Bulak Turi (OK-15), PGC-Condet (OK-16), Pulogadung-Senen (OK-17), Setu-Pinang Ranti (OK-19), Lubang Buaya-Cawang UKI (OK-20), Pasar Rebo-Taman Wiladatika (OK-28), Meruya-Citraland (OK-30), Pondok Labu-Blok M (OK-31), Petukangan-Lebak Bulus (OK-32).
Atas pencapaian jumlah pelanggan Transjakarta tersebut, Budi menyampaikan terima kasih atas kepercayaan dari masyarakat baik itu pelanggan setia Transjakarta maupun penumpang baru Transjakarta yang menggunakan layanan moda transportasi milik Pemerintah Provinsi DKI Jakarta di dalam setiap aktivitasnya.
Wakil Gubernur DKI Jakarta, Sandiaga Uno mengapresiasi peningkatan jumlah penumpang tersebut. Dia berharap dalam waktu dekat tembus akan tembus 700.000. Sehingga, target satu juta penumpang bisa tercapai akhir tahun ini. Apalagi ada perluasan ganjil genap dan Ok otrip.
"Ok OTrip yang banyak dragukan juga sekarang sudah hampir 400 kendaraan dan 4 operator yang sudah bergabung dan sudah 40.000 pengguna dari Ok otrip ini," ungkapnya.
Selain itu, lanjut Sandi, Badan Pelayanan Barang dan Jasa Pemerintah (BPBJ) telah menyelesaikan kajian tarif rupiah perkilometer untuk Ok OTrip. Dimana, terdapat dua tarif yang akan dimasukan dalam Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang dan Jasa Pemerintah (LKPP).
Untuk tarif atas, Sandi menyebut sekitar Rp 3.900 untuk jarak yang kilometernya sedikit akibat kondisi macet dan sebagainya. Sedangkan untuk jarak kilometer jauh dan lancar mendapatkan harga rupiah perkilometer Rp3.400.
"Akan ada batas bawah dan batas atas dalam perhitungan komponen HPS (cek) tergantung dari tingkat kemacetan di masing-masing trayek angkutan umum yang akan terkontrak dengan Transjakarta. karena semakin macet semakin sedikit kilometernya," ungkapnya.
Sementara itu, Ketua Organda DKI Jakarta, Shafruhan menyambut baik adanya penyesuain tarif yang berbeda sesuai dengan jarak dan kondisi trayek. Namun, dia meminta agar Pemprov DKI segera mengevaluasi direksi PT Transjakarta yang sebelumnya angkuh terhadap tetapan tarif rupiah perkilometer hitungan sendiri.
Selain itu, lanjut Shafruhan, selain menghitung bersama komponen rupiah perkilometer dan jarak tempuh, SPM menjadi sangat penting dalam program Ok OTrip yang menyentuh hingga ke pemukiman. Hal itu pun diatur dalam Permenhub 29 Tahun 2015, angkutan umum harus memenuhi SPM fasilitas pelayanan.
"Nah kalau yang terjadi saat ini, apa bedanya dengan angkot yang ada? Cuma taping doang kan. Naik dan turun penumpang saja sembarangan," ungkapnya.
(mhd)