Selama Dua Minggu, Dua Pelajar Tewas Tawuran di Bogor
A
A
A
BOGOR - Aksi tawuran pelajar di Bogor dalam sebulan terakhir kian memprihatinkan. Pasalnya, sudah dua pelajar nyawanya melayang akibat akibat sabetan senjata tajam.
Korban pertama berinisal RIF (18), pelajar salah satu SMA di Kota Bogor meninggal dunia, setelah terlibat perkelahian antar pelajar di Jalan Ahmad Yani, Kota Bogor, Minggu, 15 Juli 2018 malam lalu.
Korban tewas kedua berinisial MIS (15), pelajar salah satu SMP di Kabupaten Bogor diduga terlibat tawuran, malam terjadi di belakang Terminal Bubulak, Bogor Barat, Kota Bogor, Selasa, 31 Juli 2018.
Kapolresta Bogor Kota, Kombes Pol Ulung Sampurna Jaya menginstruksikan seluruh jajaran Polsek untuk meningkatkan pengawasan di wilayahnya dan ke sekolah-sekolah.
"Kami memerintahkan para Kapolsek maupun perwira Binmas untuk melakukan razia-razia terhadap sekolah-sekolah yang rawan tawuran," kata Ulung, Kamis (2/8/2018). Tidak hanya itu, personel-personel anggota Polresta Bogor Kota juga ditempatkan di titik rawan tawuran.
Kasat Reskrim Polresta Bogor Kota, Kompol Agah Sonjaya menambahkan, sejak Rabu, 1 Agustustir malam hingga hari ini sejumlah orang yang diduga terlibat tawuran di belakang Termainal Bubulak telah diamankan. "Kami belum menentukan siapa di antara mereka yang jadi pelaku, atau saksi, karena kita masih gelar perkara. Memang benar ada korban, berstatus pelajar SMP," ujarnya.
Kepala Dinas Pendidikan Kota Bogor Fahrudin mengaku prihatin korban jiwa akibat tawuran kembali berjatuhan. Menurutnya, peristiwa ini disebabkan oleh sejumlah faktor mulai dari masalah di lingkungan keluarga hingga sekolah.
"Tawuran pelajar disebabkan beberapa faktor. Pertama, bisa jadi ini masalah di rumah yang dibawa ke sekolah. Kedua, bisa jadi juga masalah yang ada di sekolah karena tidak efektif dalam kegiatan belajar mengajar. terakhir, disebabkan faktor lingkungan," ungkap Fahrudin.
Sebetulnya, kata dia, Dinas Pendidikan Kota Bogor sudah memiliki sejumlah program untuk pencegahan tawuran. Seperti misalnya dengan mendirikan Satgas khusus pelajar. "Satgas tersebut bertugas mengawal dan mempelajari pergerakan anak-anak yang terindikasi ke arah terjadinya tawuran," ujarnya.
Dia menambahkan, pencegahan juga dilakukan dengan mengefektifkan kegiatan belajar mengajar (KBM). "Kalau anak-anak punya banyak waktu kosong yang tidak terarah mereka pasti mencari kegiatan lain. Sekolah harus efektif betul dalam urusan pendidikan ini agar anak-anak mendapatkan layanan pendidikan yang bermutu sehingga mereka akan tahu akan kemana menuju cita-citanya," jelasnya.
Peran pengawasan orang tua selepas siswa pulang sekolah juga tak kalah penting. "Karena yang bahaya itu ketika anak-anak pulang sekolah jam 1 siang tetapi sampai rumah jam 6 sore. Nah itu siapa yang mengawasi? Di sinilah penyakitnya. Sekolah harus mengomunikasikan dengan orang tua untuk mendampingi dan mengawal masing-masing anaknya selepas pulang sekolah," ucapnya.
Korban pertama berinisal RIF (18), pelajar salah satu SMA di Kota Bogor meninggal dunia, setelah terlibat perkelahian antar pelajar di Jalan Ahmad Yani, Kota Bogor, Minggu, 15 Juli 2018 malam lalu.
Korban tewas kedua berinisial MIS (15), pelajar salah satu SMP di Kabupaten Bogor diduga terlibat tawuran, malam terjadi di belakang Terminal Bubulak, Bogor Barat, Kota Bogor, Selasa, 31 Juli 2018.
Kapolresta Bogor Kota, Kombes Pol Ulung Sampurna Jaya menginstruksikan seluruh jajaran Polsek untuk meningkatkan pengawasan di wilayahnya dan ke sekolah-sekolah.
"Kami memerintahkan para Kapolsek maupun perwira Binmas untuk melakukan razia-razia terhadap sekolah-sekolah yang rawan tawuran," kata Ulung, Kamis (2/8/2018). Tidak hanya itu, personel-personel anggota Polresta Bogor Kota juga ditempatkan di titik rawan tawuran.
Kasat Reskrim Polresta Bogor Kota, Kompol Agah Sonjaya menambahkan, sejak Rabu, 1 Agustustir malam hingga hari ini sejumlah orang yang diduga terlibat tawuran di belakang Termainal Bubulak telah diamankan. "Kami belum menentukan siapa di antara mereka yang jadi pelaku, atau saksi, karena kita masih gelar perkara. Memang benar ada korban, berstatus pelajar SMP," ujarnya.
Kepala Dinas Pendidikan Kota Bogor Fahrudin mengaku prihatin korban jiwa akibat tawuran kembali berjatuhan. Menurutnya, peristiwa ini disebabkan oleh sejumlah faktor mulai dari masalah di lingkungan keluarga hingga sekolah.
"Tawuran pelajar disebabkan beberapa faktor. Pertama, bisa jadi ini masalah di rumah yang dibawa ke sekolah. Kedua, bisa jadi juga masalah yang ada di sekolah karena tidak efektif dalam kegiatan belajar mengajar. terakhir, disebabkan faktor lingkungan," ungkap Fahrudin.
Sebetulnya, kata dia, Dinas Pendidikan Kota Bogor sudah memiliki sejumlah program untuk pencegahan tawuran. Seperti misalnya dengan mendirikan Satgas khusus pelajar. "Satgas tersebut bertugas mengawal dan mempelajari pergerakan anak-anak yang terindikasi ke arah terjadinya tawuran," ujarnya.
Dia menambahkan, pencegahan juga dilakukan dengan mengefektifkan kegiatan belajar mengajar (KBM). "Kalau anak-anak punya banyak waktu kosong yang tidak terarah mereka pasti mencari kegiatan lain. Sekolah harus efektif betul dalam urusan pendidikan ini agar anak-anak mendapatkan layanan pendidikan yang bermutu sehingga mereka akan tahu akan kemana menuju cita-citanya," jelasnya.
Peran pengawasan orang tua selepas siswa pulang sekolah juga tak kalah penting. "Karena yang bahaya itu ketika anak-anak pulang sekolah jam 1 siang tetapi sampai rumah jam 6 sore. Nah itu siapa yang mengawasi? Di sinilah penyakitnya. Sekolah harus mengomunikasikan dengan orang tua untuk mendampingi dan mengawal masing-masing anaknya selepas pulang sekolah," ucapnya.
(whb)