Belum Ditindak, Ojek Online Masih Penuhi Bahu Jalan
A
A
A
JAKARTA - Belum ditindaknya ojek online di bahu jalan membuat beberapa titik kian semarawut. Sejumlah lokasi jalan dipenuhi ojek online membuat kemacetan terjadi.
Di sisi lain sejumlah petugas, baik Dinas Perhubungan Transportasi DKI Jakarta dan Direktorat Lalu Lintas Polda Metro Jaya belum menindak. Membuat ojek online tetap mengangkut penumpang di bahu jalan, jalanan tersendat, membuat kemacetan terjadi di sejumlah ruas jalan.
Kondisi ini hampir terjadi di beberapa titik, mulai dari Stasiun Jakarta Kota, Stasiun Palmerah, dan Stasiun Tanah Abang. Di lokasi itu, kendaraan milik pengojek dibiarkan terparkir di bahu jalan. Sementara pengemudinya duduk di trotoar.
Kemacetan tak terhindarkan lantaran dua ruas jalan terpakai. Klakson klakson kendaraan terdengar memingingkan telinga.
Meskipun di tiga lokasi terdapat larangan berhenti maupun parkir. Namun ojek online itu tetap mengabaikan, mereka tetap mangkal lantaran menunggu penumpangnya.
"Soalnya kalau jauh mereka sering cancel. Lagi pula kita juga kalo nunggu di tempat lain muternya jauh," ucap Mulyono (35), salah seorang driver online di kawasan Stasiun Jakarta Kota, Taman Sari, Jakarta Barat, Senin (30/7/2018).
Sebelumnya Gubernur DKI Anies Baswedan menegaskan akan menindak sejumlah ojek online yang masih manggkal di bahu jalan. Sebab menurutnya, adanya ojek online membuat jalanan semerawut dan macet. Karena solusinya Anies meminta agar kantor pemerintahan dibuatkan drop off angkutan.
Di stasiun Jakarta Kota, driver online memenuhi tiga lokasi, yakni di pintu utara dekat jalan Bank. Sisi barat, sebrang halte Transjakarta dan sisi timur dekat pintu keluar masuk stasiun di Jalan Mangga Dua Raya.
Tak hanya ojek online yang membuat semerawut jalan. Sejumlah sopir angkot juga membuat kondisi kian parah. Naik turun serta keluar masuk penumpang terganggu lantaran akses masuk stasiun.
"Kalo kita sebenarnya ngga bikin macet. Angkot angkot tuh yang bikin macet," ucap Sugih (28), driver online di sisi timur Stasiun Jakarta Kota.
Tak jauh berbeda dengan stasiun, mangkal dan naik turun penumpang terlihat di sejumlah titik jalan, mulai dari jalan Hayam Wuruk, Jalan Gajah Mada, beberapa kantor kementerian di Jalan Merdeka Barat, Jalan Budi Kemulian dan Jalan Abdul Muis.
Di lokasi itu, pengojek secara bebas memarkirkan kendaraan di bahu dan trotoar jalan. Sembari menunggu penumpang, mereka sesakali mengobrol sesama driver online. "Lagi pula sebentar, tidak terlalu lama kok," ucap Wijaya (31), driver online di Jalan Abdul Muis.
Sementara itu, Tata (26), salah penumpang driver online mengakui diri enggan naik ojek online bila harus berjalan sejauh beberapa meter. "Kalau misalnya harus jalan. Namanya bukan ojek online dong. Itu ojek pangkalan," ucap Tata.
Tata belum mengetahui naik turunya penumpang di bahu jalan merupakan pelanggaran. Ia mengaku tidak setuju dengan aturan itu. "Kan sebenarnya ojek online itu mempermudah, bukan malah ribetin," katanya.
Senior Manager Coorporate Communication Daop 1 PT KAI, Edi Kuswoyo mengatakan, pembuatan drop off ojek online di Stasiun belum dilakukan pihaknya. Ia mengatakan pihaknya belum mendapatkan obrol dari Pemprov.
"Lah kita aja belum ngobrol. Sampai saat ini belum ada perintah dari Gubernur DKI. Kami juga belum rapat," ucap Edi.
Mengenai kesiapannya. Edi menegaskan PT KAI maupun Daop 1 berkomitmen untuk menertibkan kesemerawutan di lingkungan stasiun. Karena itu penindakan terus dilakukan mulai dari PKL, angkot, maupun ojek pangkalan.
Termasuk lalu lintas pejalan kaki. Edi mengatakan pihaknya memagari sejumlah stasiun untuk mengatur pejalan kaki. Dengan demikian, pejalan kaki menjadi terarah. "Jadi kalau mau bikin drop off duduk bareng dulu dong," ketus Edi.
Di sisi lain sejumlah petugas, baik Dinas Perhubungan Transportasi DKI Jakarta dan Direktorat Lalu Lintas Polda Metro Jaya belum menindak. Membuat ojek online tetap mengangkut penumpang di bahu jalan, jalanan tersendat, membuat kemacetan terjadi di sejumlah ruas jalan.
Kondisi ini hampir terjadi di beberapa titik, mulai dari Stasiun Jakarta Kota, Stasiun Palmerah, dan Stasiun Tanah Abang. Di lokasi itu, kendaraan milik pengojek dibiarkan terparkir di bahu jalan. Sementara pengemudinya duduk di trotoar.
Kemacetan tak terhindarkan lantaran dua ruas jalan terpakai. Klakson klakson kendaraan terdengar memingingkan telinga.
Meskipun di tiga lokasi terdapat larangan berhenti maupun parkir. Namun ojek online itu tetap mengabaikan, mereka tetap mangkal lantaran menunggu penumpangnya.
"Soalnya kalau jauh mereka sering cancel. Lagi pula kita juga kalo nunggu di tempat lain muternya jauh," ucap Mulyono (35), salah seorang driver online di kawasan Stasiun Jakarta Kota, Taman Sari, Jakarta Barat, Senin (30/7/2018).
Sebelumnya Gubernur DKI Anies Baswedan menegaskan akan menindak sejumlah ojek online yang masih manggkal di bahu jalan. Sebab menurutnya, adanya ojek online membuat jalanan semerawut dan macet. Karena solusinya Anies meminta agar kantor pemerintahan dibuatkan drop off angkutan.
Di stasiun Jakarta Kota, driver online memenuhi tiga lokasi, yakni di pintu utara dekat jalan Bank. Sisi barat, sebrang halte Transjakarta dan sisi timur dekat pintu keluar masuk stasiun di Jalan Mangga Dua Raya.
Tak hanya ojek online yang membuat semerawut jalan. Sejumlah sopir angkot juga membuat kondisi kian parah. Naik turun serta keluar masuk penumpang terganggu lantaran akses masuk stasiun.
"Kalo kita sebenarnya ngga bikin macet. Angkot angkot tuh yang bikin macet," ucap Sugih (28), driver online di sisi timur Stasiun Jakarta Kota.
Tak jauh berbeda dengan stasiun, mangkal dan naik turun penumpang terlihat di sejumlah titik jalan, mulai dari jalan Hayam Wuruk, Jalan Gajah Mada, beberapa kantor kementerian di Jalan Merdeka Barat, Jalan Budi Kemulian dan Jalan Abdul Muis.
Di lokasi itu, pengojek secara bebas memarkirkan kendaraan di bahu dan trotoar jalan. Sembari menunggu penumpang, mereka sesakali mengobrol sesama driver online. "Lagi pula sebentar, tidak terlalu lama kok," ucap Wijaya (31), driver online di Jalan Abdul Muis.
Sementara itu, Tata (26), salah penumpang driver online mengakui diri enggan naik ojek online bila harus berjalan sejauh beberapa meter. "Kalau misalnya harus jalan. Namanya bukan ojek online dong. Itu ojek pangkalan," ucap Tata.
Tata belum mengetahui naik turunya penumpang di bahu jalan merupakan pelanggaran. Ia mengaku tidak setuju dengan aturan itu. "Kan sebenarnya ojek online itu mempermudah, bukan malah ribetin," katanya.
Senior Manager Coorporate Communication Daop 1 PT KAI, Edi Kuswoyo mengatakan, pembuatan drop off ojek online di Stasiun belum dilakukan pihaknya. Ia mengatakan pihaknya belum mendapatkan obrol dari Pemprov.
"Lah kita aja belum ngobrol. Sampai saat ini belum ada perintah dari Gubernur DKI. Kami juga belum rapat," ucap Edi.
Mengenai kesiapannya. Edi menegaskan PT KAI maupun Daop 1 berkomitmen untuk menertibkan kesemerawutan di lingkungan stasiun. Karena itu penindakan terus dilakukan mulai dari PKL, angkot, maupun ojek pangkalan.
Termasuk lalu lintas pejalan kaki. Edi mengatakan pihaknya memagari sejumlah stasiun untuk mengatur pejalan kaki. Dengan demikian, pejalan kaki menjadi terarah. "Jadi kalau mau bikin drop off duduk bareng dulu dong," ketus Edi.
(mhd)