Jelang Cuti Lebaran, Kesemrawutan Tampak di Jakarta Barat
A
A
A
JAKARTA - Menjelang cuti bersama Lebaran, kawasan Jakarta Barat tampak semrawut. Parkir liar, terminal bayangan, proyek tak terurus, manusia gerobak hingga para PKL kian menjamur di sejumlah titik.
Di sisi lain, pemandangan itu tak kontras dengan keinginan Gubernur DKI Anies Baswedan yang mengiginkan Jakarta rapih sebelum cuti. Aktivitas penertiban maupun menata kawasan tak terlihat di sejumlah titik, akibatnya pemandangan tak sedap masih terjadi.
Pantauan KORAN SINDO kondisi demikian terlihat dibeberapa titik, di antaranya kelompok manusia gerobak atau PMKS yang memenuhi sejumlah titik seperti Flyover Grogol, Flyover Rawa Buaya hingga Jalanan Puri Kembangan.
Di tempat itu, sejumlah masyarakat yang tinggal di gerobak tampak terlihat, mereka tidur di bibir jalan mengandalkan belas kasih sejumlah pengendara yang lewat.
"Sudah ada seminggu di sini," ucap Kasman (47), salah satu PMKS saat ditemui di kawasan Puri Kembangan, tak jauh dari kantor Wali Kota Jakarta Barat, kemarin.
Menghindari razia yang dilakukan petugas P3S Sudinsos Jakarta Barat. Warga asal Tangerang, Banten ini selalu berpindah tempat bersama istri dan tiga anaknya. Dengan menarik dan mendorong gerobak, mereka kemudian mendatangi lokasi, seperti Flyover Grogol, Daan mogot, hingga ke Jalan Panjang.
Sementara terhadap parkir liar. Menjelang cuti Lebaran, parkir liar di Jakarta Barat kian tak kendali, parkir tersebut hampir ditemukan di sejumlah tempat perbelanjaan, seperti Season City, Neo Soho dan Lippo Mall Puri. Di tempat itu parkir ini memenuhi sejumlah lokasi.
"Kalau parkir di mal mahal mas. Nah kalo di sini itungannya kan flat, jadi bisa lebih murah," ujar Kalvin (28), pengendara ditemui kawasan Neo Soho, Grogol Petamburan, Jakarta Barat.
Tak hanya itu, dibeberapa lokasi lainnya yang terhubung Tempat Parkir Elektrik (TPE). Banyak juru parkir yang tidak menggunakan alat. Mereka berdalih sejak beberapa bulan lalu alat itu tak gunakan.
"Banyak warga yang belum paham penggunaan alat ini," ucap Tatang (34), salah satu jukir di kawasan Pinangsia, Tamansari, Jakarta Barat.
Sedikit, alat parkir meter ini, tercatat di beberapa lokasi, seperti kawasan Glodok Blustru, Hayam Wuruk - Gajah Mada, Asemka, dan Jalan Pinangsia.
Sementara itu, kondisi kesemerawutan jalanan terjadi di beberapa titik. Lemahnya penanganan dan lambatnya pengerjaan proyek yang dilakukan membuat beberapa ruas jalan macet.
Di Jalan Latumeten dan Jalan Daan Mogot misalnya, keberadaan terminal bayangan cukup merasahkan pengguna jalan. Antrean bus terjadi di beberapa ruas itu, mulai dari siang hingga sore hari. Kondisi ini memperburuk lalu lintas di sana.
Setiap harinya, empat hingga lima bus berhenti di kawasan Daan Mogot. "Abis kalau ke terminal kita harus desak-desakan, dan belum tentu mendapatkan penumpang," ucap Tito (32), penumpang PO Harapan.
Lain halnya dengan di Latumenten, kondisi jauh lebih buruk berada di sana. Sejumlah PO tampak berkumpul menggunakan meja seadanya di depan apartement Latumeten dan taman bawah Tol Wiyoto Wiyono.
Di sana pula masyarakat menggunakan koper-koper besar duduk sembarang di taman di jalan jalan. Kemacetan kerap terjadi lantaran sejumlah bus berhenti dan memakan dua ruas jalan.
"Kami hanya membantu penumpang aja, sebagian dari mereka meminta kami untuk buka disini dari pada di terminal," ucap Rudi (44), salah seorang pengurus PO.
Sedangkan di Jalan Tubagus Angke, pecahan aspal bekas pengerukan jalan terlihat. Di sana jalanan akan digantikan dengan beton baru di setiap sisinya.
Namun menjelang minggu tadi, satu ruas jalan di Tubagus Angke dibiarkan berantakan. Sejumlah pekerja mulai mengentikan pekerjaannya, aspal yang telah dibongkar kemudian hanya di pasang garis kuning melingkar. Sementara para pekerja mulai meninggalkan pekerjaanya.
Di sisi lain, pemandangan itu tak kontras dengan keinginan Gubernur DKI Anies Baswedan yang mengiginkan Jakarta rapih sebelum cuti. Aktivitas penertiban maupun menata kawasan tak terlihat di sejumlah titik, akibatnya pemandangan tak sedap masih terjadi.
Pantauan KORAN SINDO kondisi demikian terlihat dibeberapa titik, di antaranya kelompok manusia gerobak atau PMKS yang memenuhi sejumlah titik seperti Flyover Grogol, Flyover Rawa Buaya hingga Jalanan Puri Kembangan.
Di tempat itu, sejumlah masyarakat yang tinggal di gerobak tampak terlihat, mereka tidur di bibir jalan mengandalkan belas kasih sejumlah pengendara yang lewat.
"Sudah ada seminggu di sini," ucap Kasman (47), salah satu PMKS saat ditemui di kawasan Puri Kembangan, tak jauh dari kantor Wali Kota Jakarta Barat, kemarin.
Menghindari razia yang dilakukan petugas P3S Sudinsos Jakarta Barat. Warga asal Tangerang, Banten ini selalu berpindah tempat bersama istri dan tiga anaknya. Dengan menarik dan mendorong gerobak, mereka kemudian mendatangi lokasi, seperti Flyover Grogol, Daan mogot, hingga ke Jalan Panjang.
Sementara terhadap parkir liar. Menjelang cuti Lebaran, parkir liar di Jakarta Barat kian tak kendali, parkir tersebut hampir ditemukan di sejumlah tempat perbelanjaan, seperti Season City, Neo Soho dan Lippo Mall Puri. Di tempat itu parkir ini memenuhi sejumlah lokasi.
"Kalau parkir di mal mahal mas. Nah kalo di sini itungannya kan flat, jadi bisa lebih murah," ujar Kalvin (28), pengendara ditemui kawasan Neo Soho, Grogol Petamburan, Jakarta Barat.
Tak hanya itu, dibeberapa lokasi lainnya yang terhubung Tempat Parkir Elektrik (TPE). Banyak juru parkir yang tidak menggunakan alat. Mereka berdalih sejak beberapa bulan lalu alat itu tak gunakan.
"Banyak warga yang belum paham penggunaan alat ini," ucap Tatang (34), salah satu jukir di kawasan Pinangsia, Tamansari, Jakarta Barat.
Sedikit, alat parkir meter ini, tercatat di beberapa lokasi, seperti kawasan Glodok Blustru, Hayam Wuruk - Gajah Mada, Asemka, dan Jalan Pinangsia.
Sementara itu, kondisi kesemerawutan jalanan terjadi di beberapa titik. Lemahnya penanganan dan lambatnya pengerjaan proyek yang dilakukan membuat beberapa ruas jalan macet.
Di Jalan Latumeten dan Jalan Daan Mogot misalnya, keberadaan terminal bayangan cukup merasahkan pengguna jalan. Antrean bus terjadi di beberapa ruas itu, mulai dari siang hingga sore hari. Kondisi ini memperburuk lalu lintas di sana.
Setiap harinya, empat hingga lima bus berhenti di kawasan Daan Mogot. "Abis kalau ke terminal kita harus desak-desakan, dan belum tentu mendapatkan penumpang," ucap Tito (32), penumpang PO Harapan.
Lain halnya dengan di Latumenten, kondisi jauh lebih buruk berada di sana. Sejumlah PO tampak berkumpul menggunakan meja seadanya di depan apartement Latumeten dan taman bawah Tol Wiyoto Wiyono.
Di sana pula masyarakat menggunakan koper-koper besar duduk sembarang di taman di jalan jalan. Kemacetan kerap terjadi lantaran sejumlah bus berhenti dan memakan dua ruas jalan.
"Kami hanya membantu penumpang aja, sebagian dari mereka meminta kami untuk buka disini dari pada di terminal," ucap Rudi (44), salah seorang pengurus PO.
Sedangkan di Jalan Tubagus Angke, pecahan aspal bekas pengerukan jalan terlihat. Di sana jalanan akan digantikan dengan beton baru di setiap sisinya.
Namun menjelang minggu tadi, satu ruas jalan di Tubagus Angke dibiarkan berantakan. Sejumlah pekerja mulai mengentikan pekerjaannya, aspal yang telah dibongkar kemudian hanya di pasang garis kuning melingkar. Sementara para pekerja mulai meninggalkan pekerjaanya.
(mhd)