Parkir Mobil di Permukiman Jakarta Dipatok Rp1 Juta
A
A
A
JAKARTA - Parkir liar di Jakarta sepertinya sudah menjadi hal biasa di Jakarta. Tak hanya di pinggir ruas jalan raya, jalan-jalan di permukiman pun tak luput dari parkir liar.
Berbagai alasan pun menjadi penyebab maraknya parkir liar di jalan permukiman. Beberapa di antaranya tidak adanya lahan parkir di rumah si empunya mobil. Selain itu, mahalnya sewa parkir mobil pun menjadi penyebab.
Para pemilik kendaraan memilih parkir di jalan lantaran biaya sewa lahan yang kian mahal. Untuk parkir mobil, pemilik lahan mematok harga Rp750.000 hingga Rp1 juta. Kondisi ini hampir di temukan di beberapa titik di Jakarta Barat, seperti Tambora, Kebon Jeruk, hingga Taman Sari.
“Di belakang kelurahan, parkir kendaraan dihargai Rp1 juta per bulan, soalnya di situ ada kanofi, sehingga mobil enggak kehujanan,” kata Haswin (27), pemilik kendaraan di kawasan Palmerah, Jakarta Barat, Minggu (18/3/2018).
Dibanding kawasan Palmerah lainnya, Haswin mengakui parkir di belakang Kelurahan Palmerah terbilang cukup lengkap fasilitasnya bila dibandingkan dengan tempat lainnya. Sebab, di tempat ini, gembok pagar di pegang dan tidak harus membayar upah lebih.
“Tapi kalau di pikir pikir, sewa parkir lebih mahal dibandingkan dengan sewa kamar saya,” terang Haswin yang mengaku sewa kosannya hanya Rp800.000 per bulan.
Lain halnya dengan Renald (26), dia memilih memarkirkan kendaraannya di Baperkam Kelurhan. Di sana sewa kendaraan dipatok Rp750.000 per bulan. Harga itu memang cukup murah di banding Haswin lantaran tidak berkanopi.
“Terus di sana juga ada yang jaga, dan kalau kita keluar, yah minimal Rp 5 ribu mah keluar untuk upah,” tutur Renald. Baik Renald maupun Haswin tak bisa berbuat banyak selain membayar mahal. Gencarnya tindakan pengempisan ban kendaraan yang dilakukan pihak Dishub dan Kelurahan membuat dirinya terpaksa membayar mahal.
Sebab, bila masih memarkirkan kendaraan di pinggir jalan, mobil akan dikempiskan bahkan dicabut pentilnya. “Kalau lagi sial banget bakal diderek Mas,” timpal Renald.
Kondisi di Palmerah, khususnya sekitaran Binus memang dipenuhi oleh parkir liar. Para pemilik kendaraan kerap kali memarkirkan kendaraannya secara sembarang. Akibatnya lalu lintas jalan tersendat dan menyebabkan macet.
Kondisi serupa terjadi di kawasan Tambora, Taman Sari, dan Kebon Jeruk. Parkir liar menjamur di jalan jalan lingkungan. Para pemilik kendaraan tak sadar memarkirkan kendaraan di bahu jalan.
Termasuk di Jembatan Besi dan Krendang, Tambora. Sulitnya lahan kosong untuk parkir kendaraan membuat sejumlah titik jalan di penuhi lapak parkir. Kondisi rumah yang berhempit hempitan membuat lahan tak tersedia.
Sekalipun terparkir di jalan, namun hal itu tak gratis. Pemilik kendaraan dipatok membayar Rp10-20.000 per malam atau Rp300-400.000 per bulan. Uang itu kompensasi sebagai jasa keamanan.
“Kuncinya ditaruh di petugas, jadi pas di razia. Mobil nanti di bawa dulu. Supaya nantinya engga dikempiskan,” kata Fahmi (42) warga Jembatan Besi.
Camat Tambora, Djaharuddin mengakui betul kondisi wilayahnya yang padat membuat lahan kosong sulit dicari. Pihaknya telah berkomunikasi kepada sejumlah warga mencari tanah kosong dijadikan lahan parkir.
“Ya kita upayakan. Komunikasi dengan warga, supaya lahannya dijadikan lahan parkir,” ucap Djahar. Sekalipun pada akhirnya sewa kendaraan nantinya cukup mahal. Namun Djaharuddin mengaku hal itu merupakan risiko dari pemilik kendaraan.
“Kalau enggak mau, enggak usah beli mobil. Punya mobil kan harus pikirin juga service dan lahan parkirnya,” kata Djaharuddin.
Hal sama juga diungkapkan oleh Camat Taman Sari, Firman. Dia mengaku lahan kosong sulit dicari di wilayahnya. Meski demikian, dirinya merelakan kantornya untuk di jadikan lahan parkir oleh warga untuk semalam.
“Asalkan kalau pagi sudah rapi, jangan sampai nantinya pegawai saya yang tidak bisa parkir, kalau ada kosong silakan saja parkir di kantor,” ucapnya.
Plt Kasudinhub Jakarta Barat, Leo Amstrong mengakui bahwa parkir liar kian menjamur di Jakarta. Meski demikian, dirinya melakukan penindakan menyisir jalanan jakarta barat merapihkan jalanan yang dipenuhi parkir. “Bukan cuman Tambora dan Palmerah. Semua kecamatan malah ada parkir liar,” ucapnya.
Terhadap kondisi parkir liar, Leo mengakui pihaknya berkomitmen memberantas parkir liar. Sebab keberadaan parkir kerap mengganggu lalu lintas jalan.
Berbagai alasan pun menjadi penyebab maraknya parkir liar di jalan permukiman. Beberapa di antaranya tidak adanya lahan parkir di rumah si empunya mobil. Selain itu, mahalnya sewa parkir mobil pun menjadi penyebab.
Para pemilik kendaraan memilih parkir di jalan lantaran biaya sewa lahan yang kian mahal. Untuk parkir mobil, pemilik lahan mematok harga Rp750.000 hingga Rp1 juta. Kondisi ini hampir di temukan di beberapa titik di Jakarta Barat, seperti Tambora, Kebon Jeruk, hingga Taman Sari.
“Di belakang kelurahan, parkir kendaraan dihargai Rp1 juta per bulan, soalnya di situ ada kanofi, sehingga mobil enggak kehujanan,” kata Haswin (27), pemilik kendaraan di kawasan Palmerah, Jakarta Barat, Minggu (18/3/2018).
Dibanding kawasan Palmerah lainnya, Haswin mengakui parkir di belakang Kelurahan Palmerah terbilang cukup lengkap fasilitasnya bila dibandingkan dengan tempat lainnya. Sebab, di tempat ini, gembok pagar di pegang dan tidak harus membayar upah lebih.
“Tapi kalau di pikir pikir, sewa parkir lebih mahal dibandingkan dengan sewa kamar saya,” terang Haswin yang mengaku sewa kosannya hanya Rp800.000 per bulan.
Lain halnya dengan Renald (26), dia memilih memarkirkan kendaraannya di Baperkam Kelurhan. Di sana sewa kendaraan dipatok Rp750.000 per bulan. Harga itu memang cukup murah di banding Haswin lantaran tidak berkanopi.
“Terus di sana juga ada yang jaga, dan kalau kita keluar, yah minimal Rp 5 ribu mah keluar untuk upah,” tutur Renald. Baik Renald maupun Haswin tak bisa berbuat banyak selain membayar mahal. Gencarnya tindakan pengempisan ban kendaraan yang dilakukan pihak Dishub dan Kelurahan membuat dirinya terpaksa membayar mahal.
Sebab, bila masih memarkirkan kendaraan di pinggir jalan, mobil akan dikempiskan bahkan dicabut pentilnya. “Kalau lagi sial banget bakal diderek Mas,” timpal Renald.
Kondisi di Palmerah, khususnya sekitaran Binus memang dipenuhi oleh parkir liar. Para pemilik kendaraan kerap kali memarkirkan kendaraannya secara sembarang. Akibatnya lalu lintas jalan tersendat dan menyebabkan macet.
Kondisi serupa terjadi di kawasan Tambora, Taman Sari, dan Kebon Jeruk. Parkir liar menjamur di jalan jalan lingkungan. Para pemilik kendaraan tak sadar memarkirkan kendaraan di bahu jalan.
Termasuk di Jembatan Besi dan Krendang, Tambora. Sulitnya lahan kosong untuk parkir kendaraan membuat sejumlah titik jalan di penuhi lapak parkir. Kondisi rumah yang berhempit hempitan membuat lahan tak tersedia.
Sekalipun terparkir di jalan, namun hal itu tak gratis. Pemilik kendaraan dipatok membayar Rp10-20.000 per malam atau Rp300-400.000 per bulan. Uang itu kompensasi sebagai jasa keamanan.
“Kuncinya ditaruh di petugas, jadi pas di razia. Mobil nanti di bawa dulu. Supaya nantinya engga dikempiskan,” kata Fahmi (42) warga Jembatan Besi.
Camat Tambora, Djaharuddin mengakui betul kondisi wilayahnya yang padat membuat lahan kosong sulit dicari. Pihaknya telah berkomunikasi kepada sejumlah warga mencari tanah kosong dijadikan lahan parkir.
“Ya kita upayakan. Komunikasi dengan warga, supaya lahannya dijadikan lahan parkir,” ucap Djahar. Sekalipun pada akhirnya sewa kendaraan nantinya cukup mahal. Namun Djaharuddin mengaku hal itu merupakan risiko dari pemilik kendaraan.
“Kalau enggak mau, enggak usah beli mobil. Punya mobil kan harus pikirin juga service dan lahan parkirnya,” kata Djaharuddin.
Hal sama juga diungkapkan oleh Camat Taman Sari, Firman. Dia mengaku lahan kosong sulit dicari di wilayahnya. Meski demikian, dirinya merelakan kantornya untuk di jadikan lahan parkir oleh warga untuk semalam.
“Asalkan kalau pagi sudah rapi, jangan sampai nantinya pegawai saya yang tidak bisa parkir, kalau ada kosong silakan saja parkir di kantor,” ucapnya.
Plt Kasudinhub Jakarta Barat, Leo Amstrong mengakui bahwa parkir liar kian menjamur di Jakarta. Meski demikian, dirinya melakukan penindakan menyisir jalanan jakarta barat merapihkan jalanan yang dipenuhi parkir. “Bukan cuman Tambora dan Palmerah. Semua kecamatan malah ada parkir liar,” ucapnya.
Terhadap kondisi parkir liar, Leo mengakui pihaknya berkomitmen memberantas parkir liar. Sebab keberadaan parkir kerap mengganggu lalu lintas jalan.
(whb)