438 Warga Kota Tangsel Dipenjara karena Terjerat Narkotika
A
A
A
TANGERANG SELATAN - Badan Narkotika Nasional (BNN) mencatat sepanjang 2016 lalu sebanyak 438 warga Kota Tangerang Selatan, harus mendekam di tahanan akibat terjerat kasus penyalahgunaan narkoba. Mereka banyak berasal dari kalangan pelajar dan pekerja swasta.
Kepala BNN Kota Tangsel AKBP Heri Istu mengatakan, dari total 1,7 juta pengguna narkotika di Indonesia, Kota Tangsel menyumbang sebanyak 200 orang. Pemakai tertinggi, didominasi pelajar dan pekerja.
"Jumlah penyalahguna narkotika di Kota Tangsel, kalau di kita yang sudah direhab ada sebanyak 136 orang di tahun 2016. Rentang usianya mulai dari 13 tahun," kata Heri di Kampung Antinarkoba, Serua, pada Kamis, 15 Maret 2018 kemarin.
Dari 136 pecandu narkotika yang direhab itu, lanjut Heri, sebanyak 40% dari kalangan pekerja, 20% pelajar dan mahasiswa, 17% pengangguran, dan 18% dari wiraswasta."Pada 2017 lalu, ada sebanyak 88 pengguna narkoba yang direhabilitasi. Terdiri dari 59 pria dan 29 wanita. Didominasi oleh pekerja 45%, pelajar 20%, pengangguran 17%, dan wiraswasta 18%," sambung Heri.
Sedangkan, pada 2018 ini selam atiga bulan terakhir ada sebanyak 10 orang. Menurut heri, untuk usia pelajar, paling banyak memakai narkotika jenis ganja dan obat-obatan terlarang. Mereka juga menenggak miras. Sedang dari golongan pekerja, dan lainnya banyak yang menggunakan jenis sabu.
"Tahun 2017 dan 2016, rata-rata pemakai sabu, ganja dan obat. Untuk anak-anak yang usia 13 tahun, dia awalnya memakai ganja dan obat, lalu sabu," ujarnya. Barang-barang itu, banyak didatangkan dari Aceh dan luar Kota Tangsel. Sedang para pengedarnya, banyak yang berasal dari warga Kota Tangsel sendiri. Mereka menjadi pemasok barang-barang itu.
"Persebaran narkotika di Kota Tangsel, terjadi hampir ditiap kecamatan. Namun yang paling rawan berada di Kecamatan Ciputat, Pamulang, dan Pondok Aren. Tetapi semua kecamatan ada," paparnya.
Untuk memutus mata rantai peredaran narkotika disetiap daerah, BNN bersama Kesbangpol, dan Pemerintah Kota Tangsel, membuat kampung-kampung antinarkoba ditiap-tiap kecamatan rawan.
"Kampung antinarkoba di Kota Tangsel ada empat, di Wadasari, Kecamatan Pondok Aren, Marhajaya di Serpong Utara, di Cilenggang, Serpong, dan di sini, di RT 04/03, Serua, Ciputat," ucap Heri.
Wakil Bupati Agam Trinda Farhan Satria yang datang langsung ke Kampung Antinarkoba di RT04/03, Serua, Ciputat, mengaku tertarik dengan konsep Kampung Antinarkoba di Kota Tangsel."Kami ingin mengadopsi sistem Kampung Antinarkoba di sini, ke wilayah Agam. Karena di sana dan sini, memiliki karakter sama, yakni daerah lintasan," kata Trinda.
Meski populasi penduduk di Agam tidak sepadat di Tangsel, namun peredaran narkotika di wilayah Agam juga cukup tinggi, sama dengan di Tangsel. Para pelakunya juga sama, para pemuda."Karakter Agam sama dengan Tangsel, sama-sama daerah penyanggah. Lapas kami ada tiga, isinya 80% pengguna dan pemakai narkoba," sambung Trinda lagi.
Trinda menuturkan, narkotika masuk ke wilayah Agam dari jalur darat dan laut, dibawa oleh orang Agam sendiri yang merantau. Bandar-bandar kecil ini banyak tersebar di kampung-kampung dan dusun-dusun."Yang paling penting itu memunculkan kesadaran masyarakat dan imunitas dari dalam. Kami akan mengadopsi kampung antinarkoba diseluruh Agam," ucapnya.
Kepala BNN Kota Tangsel AKBP Heri Istu mengatakan, dari total 1,7 juta pengguna narkotika di Indonesia, Kota Tangsel menyumbang sebanyak 200 orang. Pemakai tertinggi, didominasi pelajar dan pekerja.
"Jumlah penyalahguna narkotika di Kota Tangsel, kalau di kita yang sudah direhab ada sebanyak 136 orang di tahun 2016. Rentang usianya mulai dari 13 tahun," kata Heri di Kampung Antinarkoba, Serua, pada Kamis, 15 Maret 2018 kemarin.
Dari 136 pecandu narkotika yang direhab itu, lanjut Heri, sebanyak 40% dari kalangan pekerja, 20% pelajar dan mahasiswa, 17% pengangguran, dan 18% dari wiraswasta."Pada 2017 lalu, ada sebanyak 88 pengguna narkoba yang direhabilitasi. Terdiri dari 59 pria dan 29 wanita. Didominasi oleh pekerja 45%, pelajar 20%, pengangguran 17%, dan wiraswasta 18%," sambung Heri.
Sedangkan, pada 2018 ini selam atiga bulan terakhir ada sebanyak 10 orang. Menurut heri, untuk usia pelajar, paling banyak memakai narkotika jenis ganja dan obat-obatan terlarang. Mereka juga menenggak miras. Sedang dari golongan pekerja, dan lainnya banyak yang menggunakan jenis sabu.
"Tahun 2017 dan 2016, rata-rata pemakai sabu, ganja dan obat. Untuk anak-anak yang usia 13 tahun, dia awalnya memakai ganja dan obat, lalu sabu," ujarnya. Barang-barang itu, banyak didatangkan dari Aceh dan luar Kota Tangsel. Sedang para pengedarnya, banyak yang berasal dari warga Kota Tangsel sendiri. Mereka menjadi pemasok barang-barang itu.
"Persebaran narkotika di Kota Tangsel, terjadi hampir ditiap kecamatan. Namun yang paling rawan berada di Kecamatan Ciputat, Pamulang, dan Pondok Aren. Tetapi semua kecamatan ada," paparnya.
Untuk memutus mata rantai peredaran narkotika disetiap daerah, BNN bersama Kesbangpol, dan Pemerintah Kota Tangsel, membuat kampung-kampung antinarkoba ditiap-tiap kecamatan rawan.
"Kampung antinarkoba di Kota Tangsel ada empat, di Wadasari, Kecamatan Pondok Aren, Marhajaya di Serpong Utara, di Cilenggang, Serpong, dan di sini, di RT 04/03, Serua, Ciputat," ucap Heri.
Wakil Bupati Agam Trinda Farhan Satria yang datang langsung ke Kampung Antinarkoba di RT04/03, Serua, Ciputat, mengaku tertarik dengan konsep Kampung Antinarkoba di Kota Tangsel."Kami ingin mengadopsi sistem Kampung Antinarkoba di sini, ke wilayah Agam. Karena di sana dan sini, memiliki karakter sama, yakni daerah lintasan," kata Trinda.
Meski populasi penduduk di Agam tidak sepadat di Tangsel, namun peredaran narkotika di wilayah Agam juga cukup tinggi, sama dengan di Tangsel. Para pelakunya juga sama, para pemuda."Karakter Agam sama dengan Tangsel, sama-sama daerah penyanggah. Lapas kami ada tiga, isinya 80% pengguna dan pemakai narkoba," sambung Trinda lagi.
Trinda menuturkan, narkotika masuk ke wilayah Agam dari jalur darat dan laut, dibawa oleh orang Agam sendiri yang merantau. Bandar-bandar kecil ini banyak tersebar di kampung-kampung dan dusun-dusun."Yang paling penting itu memunculkan kesadaran masyarakat dan imunitas dari dalam. Kami akan mengadopsi kampung antinarkoba diseluruh Agam," ucapnya.
(whb)