Ini Ciri-ciri Orang yang Cenderung Akan Melakukan Bunuh Diri
A
A
A
JAKARTA - Kasus dugaan bunuh diri yang dilakukan oleh karyawan BUMN di Thamrin City, Jakarta Pusat mengejutkan kerabat dan keluarga. Menurut Psikolog Klinis dan Forensik, Kassandra, sebenarnya orang yang cenderung akan melakukan bunuh diri memiliki ciri-ciri perilaku yang khusus.
Biasanya, lanjut Kasandra, memang ada penyebab psikologis sehingga orang cenderung ingin melakukan bunuh diri. Penyebabnya, kata Kassandra ditengarai karena kondisi mental psikologis yang mengalami gangguan mood jenis depresi.
Penelitian terkini menyebutkan, depresi disebabkan berbagai faktor yang memengaruhi kondisi neuropsikologis (otak dan perilaku). "Faktor-faktor ini antara lain adalah bawaan dan lingkungan, pola asuh, tekanan, neurotransmitter jenis adrenalin, dopamine dan serotonin dan rendahnya kadar zinc dalam darah," ujar Kassandra ketika dihubungi, Senin (8/1/2018).
Ia memaparkan bagi orang yang mendeteksi mereka mereka yang mulai menunjukkan gejala melakukan tindakan bunuh diri. Salah satu karena adrenalin rendah. (Baca: Karyawati BUMN Ditemukan tewas di Selokan Thamrin City )
Kondisi demikian terlihat dari kehilangan motivasi untuk bergerak, menolak bangun pagi, beraktivitas dan bergaul, bahkan tidak memilki nafsu untuk makan.
Konsep ini diakui sebagai konsep tidak berharga atau tidak bahagia. Dengan dopamine rendah, seseorang kehilangan perasaan senang dan bahagia, nilai-nilai yang menyenangkan dalam hidupnya nyaris tak ditemukan.
"Jika hal ini dilakukan berlarut larut akan menampilkan sikap menutup diri, menolak makan, menolak keluar rumah dan beraktivitas, menolak bertemu orang lain yang semakin membuat persepsi diri menjadi tidak berharga dan tidak bernilai merasa hidup sia-sia dan tidak bermakna,” ujarnya.
Karena itu keluarga menjadi benteng pertama untuk mengidentifikasi munculnya niat bunuh diri. "Jangan biarkan mereka sendiri dan semakin tenggelam dalam kesedihannya. Orang yang sedang berpikir untuk bunuh diri diajak berkonsultasi dengan ahli yang kompeten demi mengatasi depresinya," ujar Kassandra.
Biasanya, lanjut Kasandra, memang ada penyebab psikologis sehingga orang cenderung ingin melakukan bunuh diri. Penyebabnya, kata Kassandra ditengarai karena kondisi mental psikologis yang mengalami gangguan mood jenis depresi.
Penelitian terkini menyebutkan, depresi disebabkan berbagai faktor yang memengaruhi kondisi neuropsikologis (otak dan perilaku). "Faktor-faktor ini antara lain adalah bawaan dan lingkungan, pola asuh, tekanan, neurotransmitter jenis adrenalin, dopamine dan serotonin dan rendahnya kadar zinc dalam darah," ujar Kassandra ketika dihubungi, Senin (8/1/2018).
Ia memaparkan bagi orang yang mendeteksi mereka mereka yang mulai menunjukkan gejala melakukan tindakan bunuh diri. Salah satu karena adrenalin rendah. (Baca: Karyawati BUMN Ditemukan tewas di Selokan Thamrin City )
Kondisi demikian terlihat dari kehilangan motivasi untuk bergerak, menolak bangun pagi, beraktivitas dan bergaul, bahkan tidak memilki nafsu untuk makan.
Konsep ini diakui sebagai konsep tidak berharga atau tidak bahagia. Dengan dopamine rendah, seseorang kehilangan perasaan senang dan bahagia, nilai-nilai yang menyenangkan dalam hidupnya nyaris tak ditemukan.
"Jika hal ini dilakukan berlarut larut akan menampilkan sikap menutup diri, menolak makan, menolak keluar rumah dan beraktivitas, menolak bertemu orang lain yang semakin membuat persepsi diri menjadi tidak berharga dan tidak bernilai merasa hidup sia-sia dan tidak bermakna,” ujarnya.
Karena itu keluarga menjadi benteng pertama untuk mengidentifikasi munculnya niat bunuh diri. "Jangan biarkan mereka sendiri dan semakin tenggelam dalam kesedihannya. Orang yang sedang berpikir untuk bunuh diri diajak berkonsultasi dengan ahli yang kompeten demi mengatasi depresinya," ujar Kassandra.
(ysw)