TOD Solusi Hunian Bebas Macet

Minggu, 24 Desember 2017 - 11:03 WIB
TOD Solusi Hunian Bebas Macet
TOD Solusi Hunian Bebas Macet
A A A
JAKARTA - Kawasan hunian berbasis transit oriented development (TOD) atau konsep pengembangan properti yang terintegrasi dengan jaringan transportasi publik semakin menjadi primadona di industri properti. Hal itu tak terlepas dari maraknya pembangunan infrastruktur dan sistem transportasi massal yang semakin memudahkan mobilisasi masyarakat.

Problem terbesar masyarakat kota besar dan makin menjadi-jadi saat ini adalah kemacetan, termasuk di Ibu Kota Jakarta. Terus bertambahnya pengguna kendaraan pribadi dengan panjang jalan yang tak bertambah menjadi salah satu penyumbang makin parahnya kemacetan. Rata-rata masyarakat Jakarta memerlukan waktu sekitar 5 jam di jalan raya setiap harinya dengan kerugian ekonomi mencapai Rp28,1 triliun per tahun.

Maka dari itu pemerintah mulai mengambil langkah strategis dengan membangun sistem transportasi massal, baik itu kereta rel listrik (KRL) commuter line, Bus Transjakarta maupun light rapid transit (LRT) dan mass rapid transit (MRT) yang diharapkan dapat menjadi solusi jangka panjang untuk mengatasi kemacetan yang sangat merugikan warga.

Pembangunan sistem terpadu ini diharapkan mampu mengubah kehidupan masyarakat, yang selama ini menggunakan kendaraan pribadi, beralih naik transportasi umum. Dampaknya belakangan banyak pengembang properti yang mulai membangun proyek hunian dengan konsep TOD yang terintegrasi dengan akses ketransportasi umum serta dilengkapi jaringan pejalan kaki atau sepeda.

Tidak hanya itu, kawasan TOD menggunakan pendekatan pengembangan kota yang mengadopsi tata ruang campuran dengan memperhatikan jarak dan waktu tempuh yang nyaman bagi masyarakat untuk melakukan aktivitas kerja dan lainnya. Diketahui, pengembangan TOD kini sangat maju dan telah menjadi tren di kota-kota besar dunia. Khususnya di kawasan kota besar seperti Tokyo di Jepang, Seoul di Korea, Hong Kong, Singapura, serta beberapa kota di Amerika Serikat dan Eropa yang memanfaatkan jaringan kereta api kota.

Salah satu developer yang membangun kawasan TOD adalah Grup Ciputra melalui proyek Citra Maja Raya dengan area pengembangan seluas 2.000 hektare di Maja, Lebak, Banten. Perumahan ini didedikasikan sebagai kota mandiri yang hanya berjarak 500 meter dari simpul transportasi massal commuter line Stasiun Maja. Yance Onggo, General Manager Marketing Citra Maja Raya, mengutarakan, Maja merupakan satu dari 10 rencana pengembangan kota baru publik yang diprioritaskan pengembangan infrastrukturnya oleh pemerintah sesuai dengan Program Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2015-2019.

"Maka dari itu, lahan yang kami punya dikembangkan berbasis TOD karena memang hanya selangkah dari jalur commuter line Stasiun Maja menuju Tanah Abang maupun Rangkas Bitung. Proyek kami merupakan satu-satunya kawasan TOD yang berbentuk perumahan landed karena yang lainnya hunian vertikal seperti apartemen," ujarnya ketika dihubungi KORAN SINDO, Rabu (20/12/2017).

Untuk semakin memudahkan akses penghuni, menurut Yance, Citra Maja Raya akan menyediakan shuttle bus yang berjalan dari depan kompleks hingga Stasiun Maja dan sebaliknya. Selain itu ke depannya juga akan dikembangkan pula basis transportasi darat lainnya berupa feeder busway dan city shuttle bus dengan berbagai rute menuju pusat kota Jakarta.

Perumahan yang menyasar kalangan bawah dan menengah ini telah memasuki tahap pembangunan dengan lebih dari 10.000 unit rumah dan 500 ritel outlet. Juga direncanakan pembangunan fasilitas kota lainnya seperti area komersial dan lifestyle, pasar modern, sport club, ecopark, fasilitas rekreasi water park-theme park, sekolah, ruang terbuka hijau, dan sarana publik lainnya.

"Sebanyak 1.000 unit rumah sudah terjual dalam satu hari launching pada 9 Desember 2017 lalu. Jadi total sudah sekitar 11.000 hunian yang terjual di Citra Maja Raya sejak dipasarkan pada 2014. Dengan harga terjangkau, mulai sekitar Rp159 jutaan, penghuni bisa mendapatkan rumah berbasis TOD dengan fasilitas memadai," katanya.

Menurut dia, prospek kawasan TOD ke depannya akan makin dicari karena mobilitas generasi milenial dengan segala rutinitasnya. Apalagi saat ini lahan di pusat kota makin terbatas dengan harga terus meroket sehingga hunian di daerah pinggiran menjadi pilihan utama, tentu dengan akses transportasi yang mudah.

"Area greater Jakarta kini semakin terhubung dengan banyaknya pembangunan transportasi publik yang nyaman. Jadi proyek hunian yang dekat dengan akses tersebut menjadi favorit masyarakat," sebut Yance.

Adapun PT Adhi Karya (Persero) Tbk, sebagai pengembang nasional, juga ikut mengembangkan hunian dengan konsep TOD untuk membantu kebutuhan masyarakat kaum suburban terhadap kawasan hunian masa depan. Dengan nama LRT City, hunian berbasis kota ini bersifat kompak, mengadopsi tata campuran (mixed use), maksimalisasi penggunaan angkutan massal LRT dengan dilengkapi jaringan prasarana pejalan kaki dan sepeda.

Amrozi Hamidi, General Manager Departemen TOD dan Hotel PT Adhi Karya (Persero) Tbk, melalui sambungan telepon mengemukakan, pengembangan hunian LRT City ini merupakan upaya pihaknya dalam memberikan kehidupan, pelayanan, dan peradaban baru bagi masyarakat kaum urban di Kota Jakarta dan kaum suburban di daerah penyangganya.

"Kami memiliki beberapa lahan seluas 5 hingga 15 hektare yang berlokasi di titik nol kilometer atau cukup dekat dengan stasiun LRT lintas layanan Cawang-Dukuh Atas, Cawang-Cibubur, dan Cawang-Bekasi Timur yang akan dikembangkan untuk menjadi kawasan hunian dan komersial. Ini merupakan solusi kaum suburban agar bisa mendapatkan hidup yang lebih berkualitas karena terbebas dari problem kemacetan yang semakin parah," tuturnya.

Melalui anak perusahaannya, PT Adhi Persada Properti (APP), terdapat empat proyek LRT City yang sedang dikembangkan PT Adhi Karya (Persero) Tbk, yaitu LRT City Sentul-Royal Sentul Park seluas 14,8 hektare dengan konsep green and smart living, LRT City Bekasi-Eastern Green sebanyak 2 tower seluas 16,9 hektare, LRT City Jaticempaka-Gateway Park seluas 5,2 hektare yang merangkum 6 tower, dan LRT City Ciracas-Urban Signature seluas 11,5 hektare.

"Tahun depan akan kami kembangkan lagi lima proyek LRT City di sejumlah lokasi. Dan karena LRT merupakan proyek yang dikerjakan negara, pembebasan lahan di area sekitarnya tidak pernah bermasalah," ujar Amrozi.

Sementara itu developer Pikko Group dan PT Pelaksana Jaya Mulia menggandeng Pulau Intan sebagai kontraktor utama untuk mengembangkan proyek pusat bisnis dan komersial kawasan terintegrasi Signature Park Grande (SPG) MT Haryono, Jakarta Selatan, yang berbasis TOD karena terhubung dengan jalur LRT. SPG MT Haryono terdiri atas dua menara hunian, yaitu The Light (19 lantai) dan Green Signature (20 lantai) yang akan terdiri atas sekitar 2.600 unit strata title, pusat bisnis dan komersial serta pusat lifestyle di lahan seluas 4,4 hektare.

"Konsep TOD bersinergi dengan visi dan misi Pikko Group yang ingin membangun keluarga di mana waktu sangat berarti untuk keluarga. Kami ingin menyediakan hunian yang nyaman dan di luar itu dapat memberikan banyak waktu untuk keluarga dengan solusi menghemat waktu perjalanan pergi-pulang ke tempat kerja yang tidak membutuhkan waktu berjam-jam," papar Marketing Manager Pikko Group Arief Wibowo melalui pesan elektronik.

Arief menuturkan, proyek ini amat strategis karena lokasinya menjadi titik pertemuan berbagai macam transportasi umum selama 24 jam seperti angkutan umum, stasiun kereta, Bus Transjakarta, stasiun LRT serta pedestrian dan JPO (jembatan penyeberangan orang) yang hijau dan cukup besar bagi pejalan kaki.

Tidak hanya itu, proyek ini juga menjadi junction Jakarta untuk arus perpindahan dari Jakarta, Bekasi, Cibubur, dan Bogor. Tak mau kalah, pengembang mancanegara asal Singapura, Keppel Land Limited (Keppel Land), tengah membangun Apartemen West Vista at Puri yang berlokasi di Jalan Lingkar Luar Barat, Puri, Jakarta Barat.

Proyek berbasis TOD ini merupakan apartemen dengan 48 lantai yang terletak di kawasan perumahan terkemuka di Jakarta Barat serta dekat dengan kawasan Puri Central Business District (CBD). Ini merupakan lokasi strategis karena dihubungkan oleh jalan lingkar luar Jakarta. Penghuni akan menikmati akses yang sangat baik ke pusat Kota Jakarta serta daerah-daerah penting lainnya di Jabodetabek.

"Nantinya terminal, hunian, perkantoran, area komersial, dan parkir akan terintegrasi dengan transportasi LRT. Fasilitas ini jelas akan menambah kenyamanan para penghuni West Vista at Puri, Jakarta Barat, yang saat ini tengah kami kembangkan," kata Goh York Lin, Presiden Keppel Land Indonesia.
(amm)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.8686 seconds (0.1#10.140)