Harga Tiket MRT di Jakarta Termurah Dikisaran Rp17.000
A
A
A
JAKARTA - PT MRT Jakarta memperkirakan tarif untuk penumpang Massa Rapid Transit (MRT) berada dikisaran Rp17-20.000 per penumpang. Tarif yang dibebankan ke penumpang bisa saja mencapai Rp10.000 jika ada subisidi dari pemerintah.
Direktur Keuangan dan Administrasi PT MRT Jakarta Tuhiyat mengatakan, dalam menentukan tarif pihaknya mempertimbangkan sejumlah faktor, salah satunya cost project (biaya proyek). "Sekarang belum selesai nih, tapi meskipun begitu kami memperkirakan cost project itu sekian. Kemudian yang kedua jumlah penumpang per hari itu berapa," kata Tuhiyat pada wartawan pada Rabu, 25 Oktober 2017 kemarin.
Tuhiyat menjelaskan, hasil kajian dari konsultan pada 2011 lalu, jumlah pengguna MRT Jakarta bisa mencapai 30-170.000 orang per hari. "Saya pakai yang paling konservatif dulu deh, misalkan 150-170.000 penumpang per hari. Karena kita baru akan meminta melakukan kajian lagi tentang tingkat ridership ini," jelasnya.
Ketiga, tingkat pendapatan diluar tarif atau non fearbox. Jika pendapatan tarifnya merugi maka pendapatan lainnya yakni non-fearbox nya harus tinggi. Itu beberapa faktor yang harus dilakukan PT MRT Jakarta dalam menetapkan tarif.
Meski demikian, berdasarkan asumsi proyek MRT Jakarta itu dapat selesai tahun depan, tarif yang bakal diberlakukan berada dikisaran Rp17-Rp20.000 per penumpang. "Itu baru cost, belum bicara dari tiket. Artinya apa, kalau tarif yang ditetapkan Pemprov DKI Jakarta, misalnya Rp10.000, berarti kalau Rp18.000 harus ada subsidi Rp8 ribu dari pemerintah. Kalau tarif Rp9.000, berarti subsidi Rp9.000, kalau Rp7.000 berarti subsidinya Rp11.000," ucapnya.
Sementara itu, Staf Ahli Bidang Teknologi, Lingkungan dan Energi Kementerian Perhubungan Prasetyo Boeditjahjono menjelaskan salah satu faktor keberhasilan MRT dapat menjadi solusi kemacetan di DKI Jakarta karena beralihnya penumpang kendaraan pribadi adalah murahnya penetapan tarif tiket.
"Dengan harga tiket yang murah atau terjangkau, selain menarik minat pengguna kendaraan pribadi ke MRT, juga dapat tercapainya target 200.000 penumpang per hari," kata Prasetyo dihadapan peserta Fellowship Program MRTJ di Kantor PT MRT Jakarta, Wisma Nusantara, Jakarta, Rabu (25/10/2017).
Dia mencontohkan suksesnya KRL Commuterline mengangkut penumpang 1,1 juta/hari, karena harga tiketnya murah."Sekarang dari Bogor ke Jakarta (menggunakan Commuterline) berapa sih, paling hanya Rp6.000-Rp7.000. Bayangkan kalau naik kendaraan pribadi dari Bogor ke Jakarta meski lewat tol, tetap tak bisa memberikan jaminan kepastian dari segi waktu," kata Prasetyo.
Mantan Dirjen Perkeretaapian Kementrian Perhubungan menambahkan, saat ini PT MRT Jakarta masih melakukan pengkajian untuk menghitung penetapan tarif kereta MRT fase I (Stasiun Lebak Bulus-Bundaran Hotel Indonesia).
"Kalau saya pribadi berpendapat, tarif MRT fase I itu harusnya di bawah Rp10.000. Prinsipnya masalah tarif itu harus terjangkau. Sehingga keberadaan MRT manfaatnya benar-benar bisa dirasakan masyarakat," jelasnya.
Prasetyo menyampaikan, sukses atau berhasil pengoperasian MRT, harus dibarengi dengan hadirnya pemerintah yang berani bersikap tegas dalam mengambil kebijakan. Maka dari itu lanjut dia, sukses tidaknya keberadaan MRT itu syaratnya adalah Pemprov DKI selaku pembuat kebijakan, harus menetapkan tarif MRT yang terjangkau, juga harus ada jaminan kemudahan aksesibilitas (dari stasiun ke stasiun) dan konektivitas.
Beroperasinya MRT Jakarta juga harus dilakukan bersamaan dengan pengembangan kawasan transportasi terpadu atau Transit Oriented Development (TOD) di 13 stasiun yang dilintasi. "Karena memang PT MRT Jakarta sebagai BUMD milik Pemprov DKI harus dapat untung. Tidak cukup bisnis moda transportasi umum itu hanya mengandalkan dari penjualan tiket murah (subsidi/public service obligation), tapi harus bisa juga berkreasi mengembangkan bisnisnya, diantaranya melalui pengembangan TOD di beberapa stasiun MRT," paparnya.
Direktur Keuangan dan Administrasi PT MRT Jakarta Tuhiyat mengatakan, dalam menentukan tarif pihaknya mempertimbangkan sejumlah faktor, salah satunya cost project (biaya proyek). "Sekarang belum selesai nih, tapi meskipun begitu kami memperkirakan cost project itu sekian. Kemudian yang kedua jumlah penumpang per hari itu berapa," kata Tuhiyat pada wartawan pada Rabu, 25 Oktober 2017 kemarin.
Tuhiyat menjelaskan, hasil kajian dari konsultan pada 2011 lalu, jumlah pengguna MRT Jakarta bisa mencapai 30-170.000 orang per hari. "Saya pakai yang paling konservatif dulu deh, misalkan 150-170.000 penumpang per hari. Karena kita baru akan meminta melakukan kajian lagi tentang tingkat ridership ini," jelasnya.
Ketiga, tingkat pendapatan diluar tarif atau non fearbox. Jika pendapatan tarifnya merugi maka pendapatan lainnya yakni non-fearbox nya harus tinggi. Itu beberapa faktor yang harus dilakukan PT MRT Jakarta dalam menetapkan tarif.
Meski demikian, berdasarkan asumsi proyek MRT Jakarta itu dapat selesai tahun depan, tarif yang bakal diberlakukan berada dikisaran Rp17-Rp20.000 per penumpang. "Itu baru cost, belum bicara dari tiket. Artinya apa, kalau tarif yang ditetapkan Pemprov DKI Jakarta, misalnya Rp10.000, berarti kalau Rp18.000 harus ada subsidi Rp8 ribu dari pemerintah. Kalau tarif Rp9.000, berarti subsidi Rp9.000, kalau Rp7.000 berarti subsidinya Rp11.000," ucapnya.
Sementara itu, Staf Ahli Bidang Teknologi, Lingkungan dan Energi Kementerian Perhubungan Prasetyo Boeditjahjono menjelaskan salah satu faktor keberhasilan MRT dapat menjadi solusi kemacetan di DKI Jakarta karena beralihnya penumpang kendaraan pribadi adalah murahnya penetapan tarif tiket.
"Dengan harga tiket yang murah atau terjangkau, selain menarik minat pengguna kendaraan pribadi ke MRT, juga dapat tercapainya target 200.000 penumpang per hari," kata Prasetyo dihadapan peserta Fellowship Program MRTJ di Kantor PT MRT Jakarta, Wisma Nusantara, Jakarta, Rabu (25/10/2017).
Dia mencontohkan suksesnya KRL Commuterline mengangkut penumpang 1,1 juta/hari, karena harga tiketnya murah."Sekarang dari Bogor ke Jakarta (menggunakan Commuterline) berapa sih, paling hanya Rp6.000-Rp7.000. Bayangkan kalau naik kendaraan pribadi dari Bogor ke Jakarta meski lewat tol, tetap tak bisa memberikan jaminan kepastian dari segi waktu," kata Prasetyo.
Mantan Dirjen Perkeretaapian Kementrian Perhubungan menambahkan, saat ini PT MRT Jakarta masih melakukan pengkajian untuk menghitung penetapan tarif kereta MRT fase I (Stasiun Lebak Bulus-Bundaran Hotel Indonesia).
"Kalau saya pribadi berpendapat, tarif MRT fase I itu harusnya di bawah Rp10.000. Prinsipnya masalah tarif itu harus terjangkau. Sehingga keberadaan MRT manfaatnya benar-benar bisa dirasakan masyarakat," jelasnya.
Prasetyo menyampaikan, sukses atau berhasil pengoperasian MRT, harus dibarengi dengan hadirnya pemerintah yang berani bersikap tegas dalam mengambil kebijakan. Maka dari itu lanjut dia, sukses tidaknya keberadaan MRT itu syaratnya adalah Pemprov DKI selaku pembuat kebijakan, harus menetapkan tarif MRT yang terjangkau, juga harus ada jaminan kemudahan aksesibilitas (dari stasiun ke stasiun) dan konektivitas.
Beroperasinya MRT Jakarta juga harus dilakukan bersamaan dengan pengembangan kawasan transportasi terpadu atau Transit Oriented Development (TOD) di 13 stasiun yang dilintasi. "Karena memang PT MRT Jakarta sebagai BUMD milik Pemprov DKI harus dapat untung. Tidak cukup bisnis moda transportasi umum itu hanya mengandalkan dari penjualan tiket murah (subsidi/public service obligation), tapi harus bisa juga berkreasi mengembangkan bisnisnya, diantaranya melalui pengembangan TOD di beberapa stasiun MRT," paparnya.
(whb)