Konstruksi MRT Diklaim Sudah 80%, Pemasangan Rel Dikebut
A
A
A
JAKARTA - Pembangunan fisik Mass Rapid Transit (MRT) Jakarta fase 1 hingga akhir September 2017 telah mencapai 80%. Rinciannya, pembangunan elevated (layang) 70,16%, dan underground (bawah tanah) 90,22%. Saat ini pembangunan sedang tahap pemasangan rel.
Direktur Kontruksi PT MRT Jakarta, Silvia Halim, mengatakan, untuk fase 1 membutuhkan rel sekitar 3.585 batang dengan panjang per batang 20-25 meter. “Secara keseluruhan terhitung sejak 25 September 2017 baru 3,84% dari total panjang rel 35.365 meter, dengan jumlah rel terpasang sepanjang 1.360 meter," ujar Silvia di hadapan wartawan peserta Fellowship Programme, di Kantor MRT, Wisma Nusantara, Jakarta, Rabu (11/10/2017).
Menurut Silvia, saat ini pihaknya sedang menyelesaikan pembangunan MRT Jakarta fase 1 yang melintasi 13 stasiun sepanjang 16 kilometer, yakni Lebak Bulus-Fatmawati-Cipete Raya-Haji Nawi-Blok A-Blok M-Sisingamangaraja-Bundaran Senayan-Istora-Benhil-Setiabudi-Dukuh Atas-Bundaran Hotel Indonesia.
Meski pembangunan fisik MRT fase 1 relatif berjalan lancar, namun ada beberapa kendala pada saat membuka entrance (pintu masuk) kiri dan kanan stasiun underground, yakni banyaknya utilitas (kabel bawah tanah). "Saat kami membuat entrance kiri dan kanan, pas kita buka ada banyak utilitas yang harus diatasi. Caranya bisa cukup dengan digeser saja, tapi kalau memang dampak (risikonya) sangat besar, berarti kita harus relokasi atau pindah lajur, baru kita bisa lakukan kontruksi," jelasnya.
Karena itu, kata dia, pembangunan konstruksi fase 1 relatif lama akibat adanya prosedur yang harus ditempuh untuk memindahkan utilitas. Proses pemindahan sejumlah utilitas butuh waktu antara 3-6 bulan sehingga dapat menghambat kelancaran pembangunan. "Itu koordinasinya saja bisa 3 bulanan. Ditambah kerja bisa sampai 6 bulan,” tuturnya.
Untuk fase 2 rute Bundaran HI-Kampung Bandan, pihaknya belum mengetahui sejauhmana tingkat kesulitan atau kendala proses pembangunan. "Kami belum lihat BED (Basic Engineering Design), jadi untuk data detail seperti itu belum jelas atau belum ada karena untuk fase 2 ini baru akan dimulai dikerjakan BED-nya oleh Jakarta Konsultindo selama 30 bulan per 27 November 2017," jelasnya.
Namun demikian, berdasarkan feasibility study (uji kelayakan), fase 2 sepanjang 8,3 kilometer yang meliputi delapan stasiun (Bundaran HI, Sarinah, Monas, Harmoni, Sawah Besar, Mangga Besar, Mangga Besar, Glodok, Kota, Kampung Bandan) tingkat kesulitannya lebih tinggi dibanding fase 1.
"Fase 2 meski jaraknya pendek tapi karena dibangun underground, hasil kajian kami tantangannya lebih banyak yaitu sungai/kali, bangunan tua (heritage), cagar budaya, traffic padat, intersection dengan koridor Timur dan Barat, serta kondisi tanah dan utilitas" paparnya.
Meski demikian, pihaknya mengaku optimistis dapat mengerjakan proyek fase 2 MRT Jakarta Selatan-Utara ini sesuai harapan. Direktur Utama PT MRT Jakarta William Sabandar mengatakan, MRT fase 2 akan dibangun jalur bawah tanah dari Bundaran HI hingga Kampung Bandan.
"Kami juga sedang menyiapkan aspek operasional seperti rekrutmen karyawan untuk berbagai posisi seperti masinis, staf stasiun dan depo hingga benchmarking ke berbagai operator kelas dunia," ujarnya.
Kehadiran MRT tak sekadar instrumen untuk membantu mengurai kemacetan Ibu Kota, tapi juga membawa perubahan transportasi yang mengintegrasikan gaya hidup dan mobilitas sekitar 10 juta jiwa penduduk dan satu juta komuter setiap harinya.
"Dengan mandat beroperasi sesuai standar internasional yang memberikan kenyamanan, keamanan, dan dapat diandalkan, MRT berupaya agar masyarakat mau beralih dari kendaraan pribadi ke transportasi publik," katanya.
Jarak kedatangan antarkereta MRT nantinya sekitar lima menit, sehingga warga pengguna MRT tak perlu repot menunggu lama. "Yang sekarang terus kami kampanyekan adalah perubahan budaya bertransportasi masyarakat. Dari hal kecil seperti antre naik turun tangga atau eskalator atau mendahulukan penumpang turun. Perubahan hal-hal tersebut tidak secepat konstruksi infrastruktur," pungkas William.
Direktur Kontruksi PT MRT Jakarta, Silvia Halim, mengatakan, untuk fase 1 membutuhkan rel sekitar 3.585 batang dengan panjang per batang 20-25 meter. “Secara keseluruhan terhitung sejak 25 September 2017 baru 3,84% dari total panjang rel 35.365 meter, dengan jumlah rel terpasang sepanjang 1.360 meter," ujar Silvia di hadapan wartawan peserta Fellowship Programme, di Kantor MRT, Wisma Nusantara, Jakarta, Rabu (11/10/2017).
Menurut Silvia, saat ini pihaknya sedang menyelesaikan pembangunan MRT Jakarta fase 1 yang melintasi 13 stasiun sepanjang 16 kilometer, yakni Lebak Bulus-Fatmawati-Cipete Raya-Haji Nawi-Blok A-Blok M-Sisingamangaraja-Bundaran Senayan-Istora-Benhil-Setiabudi-Dukuh Atas-Bundaran Hotel Indonesia.
Meski pembangunan fisik MRT fase 1 relatif berjalan lancar, namun ada beberapa kendala pada saat membuka entrance (pintu masuk) kiri dan kanan stasiun underground, yakni banyaknya utilitas (kabel bawah tanah). "Saat kami membuat entrance kiri dan kanan, pas kita buka ada banyak utilitas yang harus diatasi. Caranya bisa cukup dengan digeser saja, tapi kalau memang dampak (risikonya) sangat besar, berarti kita harus relokasi atau pindah lajur, baru kita bisa lakukan kontruksi," jelasnya.
Karena itu, kata dia, pembangunan konstruksi fase 1 relatif lama akibat adanya prosedur yang harus ditempuh untuk memindahkan utilitas. Proses pemindahan sejumlah utilitas butuh waktu antara 3-6 bulan sehingga dapat menghambat kelancaran pembangunan. "Itu koordinasinya saja bisa 3 bulanan. Ditambah kerja bisa sampai 6 bulan,” tuturnya.
Untuk fase 2 rute Bundaran HI-Kampung Bandan, pihaknya belum mengetahui sejauhmana tingkat kesulitan atau kendala proses pembangunan. "Kami belum lihat BED (Basic Engineering Design), jadi untuk data detail seperti itu belum jelas atau belum ada karena untuk fase 2 ini baru akan dimulai dikerjakan BED-nya oleh Jakarta Konsultindo selama 30 bulan per 27 November 2017," jelasnya.
Namun demikian, berdasarkan feasibility study (uji kelayakan), fase 2 sepanjang 8,3 kilometer yang meliputi delapan stasiun (Bundaran HI, Sarinah, Monas, Harmoni, Sawah Besar, Mangga Besar, Mangga Besar, Glodok, Kota, Kampung Bandan) tingkat kesulitannya lebih tinggi dibanding fase 1.
"Fase 2 meski jaraknya pendek tapi karena dibangun underground, hasil kajian kami tantangannya lebih banyak yaitu sungai/kali, bangunan tua (heritage), cagar budaya, traffic padat, intersection dengan koridor Timur dan Barat, serta kondisi tanah dan utilitas" paparnya.
Meski demikian, pihaknya mengaku optimistis dapat mengerjakan proyek fase 2 MRT Jakarta Selatan-Utara ini sesuai harapan. Direktur Utama PT MRT Jakarta William Sabandar mengatakan, MRT fase 2 akan dibangun jalur bawah tanah dari Bundaran HI hingga Kampung Bandan.
"Kami juga sedang menyiapkan aspek operasional seperti rekrutmen karyawan untuk berbagai posisi seperti masinis, staf stasiun dan depo hingga benchmarking ke berbagai operator kelas dunia," ujarnya.
Kehadiran MRT tak sekadar instrumen untuk membantu mengurai kemacetan Ibu Kota, tapi juga membawa perubahan transportasi yang mengintegrasikan gaya hidup dan mobilitas sekitar 10 juta jiwa penduduk dan satu juta komuter setiap harinya.
"Dengan mandat beroperasi sesuai standar internasional yang memberikan kenyamanan, keamanan, dan dapat diandalkan, MRT berupaya agar masyarakat mau beralih dari kendaraan pribadi ke transportasi publik," katanya.
Jarak kedatangan antarkereta MRT nantinya sekitar lima menit, sehingga warga pengguna MRT tak perlu repot menunggu lama. "Yang sekarang terus kami kampanyekan adalah perubahan budaya bertransportasi masyarakat. Dari hal kecil seperti antre naik turun tangga atau eskalator atau mendahulukan penumpang turun. Perubahan hal-hal tersebut tidak secepat konstruksi infrastruktur," pungkas William.
(thm)