Meski Miliki Fasilitas Mewah, Peminat Bus Premium Masih Rendah
A
A
A
JAKARTA - Minat masyarakat terhadap bus Transjabodetabek kelas premium rute Mega Bekasi Hypermall-Plaza Senayan, relatif rendah. Beragam fasilitas yang disediakan ternyata masih kurang menarik minat masyarakat Bekasi.
Kepala Badan Pengelola Transportasi Jabodetabek (BPTJ) Bambang Prihartono mengatakan, bus Transjabodetabel kelas premium rute Bekasi-Senayan Jakarta sudah dilakukan uji coba sejak Kamis, 7 September 2017 lalu. Jumlah armada yang diturunkan sebanyak tiga bus, beroperasi pada pagi dan sore hari.
Namun, sejauh ini antusias penumpang terhadap bus premium itu masih di bawah 20% dan umumnya penumpangnya pada sore hari. Padahal bus tersebut dilengkapi dengan kursi yang nyaman, AC, Wi-Fi, dan memilki jalur khusus serta boleh menggunakan bahu jalan.
Saat ini, ungkapnya, Kementerian Perhubungan (Kemenhub) sedang menyiapkan payung hukum serta marka jalan khusus untuk bus premium tersebut. Bila nanti animo masyarakat meningkat, khususnya saat uji coba itu, BPTJ akan menambah bus tambahan.
"Kalau semua (pengendara pribadi) bergeser, kita tambah 60 bus yang sudah kita siapkan. Kami ingin ada kebijakan untuk menggeser pengendara pribadi ke transportasi umum," imbuhnya. (Baca:Tarif Bus Transjabodetabek Bekasi Barat-Plaza Senayan Mahal)
Menurut dia, pembatasan kendaraan itu perlu diterapkan agar masyarakat Jabodetabek mau menggunakan kendaraan umum, khususnya pengendara pribadi. Memang, terkait pembatasan kendaraan pribadi, pihaknya sejatinya ingin membuat aturan secara bersamaan. Artinya kebijakan itu juga sekaligus bisa mendorong dan mengubah pola pergerakan orang serta barang.
"Jadi, soal angkutan publik selalu dibuat seperti telur dan ayam. Pengendara pribadi tak mau berubah ke umum, dibilang mana kendaraan umumnya? Lalu (pengusaha) angkutan umum, kalau dia investasi besar-besaran mana penumpangnya?" tandasnya.
Dia menyebutkan, tidak lama lagi MRT akan selesai dan LRT tahap pertama juga akan beroperasi. Maka itu, kebijakan tentang pembatasan kendaraan pribadi sejatinya harus dilakukan agar masyarakat beralih ke moda transportasi massal.
"Kalau ini kita selesaikan semua angkutan umum ini ((MRT, LRT, dan bus premium), tak ada alasan penumpang angkutan umumnya tidak ada. Maka itu, maindset penumpang itu harus diubah, harus bergeser. Jika tidak akan makin rendah load-nya, makin rendah. Sekarang saja kan load-nya di bawah 40%," pungkasnya.
Kepala Badan Pengelola Transportasi Jabodetabek (BPTJ) Bambang Prihartono mengatakan, bus Transjabodetabel kelas premium rute Bekasi-Senayan Jakarta sudah dilakukan uji coba sejak Kamis, 7 September 2017 lalu. Jumlah armada yang diturunkan sebanyak tiga bus, beroperasi pada pagi dan sore hari.
Namun, sejauh ini antusias penumpang terhadap bus premium itu masih di bawah 20% dan umumnya penumpangnya pada sore hari. Padahal bus tersebut dilengkapi dengan kursi yang nyaman, AC, Wi-Fi, dan memilki jalur khusus serta boleh menggunakan bahu jalan.
Saat ini, ungkapnya, Kementerian Perhubungan (Kemenhub) sedang menyiapkan payung hukum serta marka jalan khusus untuk bus premium tersebut. Bila nanti animo masyarakat meningkat, khususnya saat uji coba itu, BPTJ akan menambah bus tambahan.
"Kalau semua (pengendara pribadi) bergeser, kita tambah 60 bus yang sudah kita siapkan. Kami ingin ada kebijakan untuk menggeser pengendara pribadi ke transportasi umum," imbuhnya. (Baca:Tarif Bus Transjabodetabek Bekasi Barat-Plaza Senayan Mahal)
Menurut dia, pembatasan kendaraan itu perlu diterapkan agar masyarakat Jabodetabek mau menggunakan kendaraan umum, khususnya pengendara pribadi. Memang, terkait pembatasan kendaraan pribadi, pihaknya sejatinya ingin membuat aturan secara bersamaan. Artinya kebijakan itu juga sekaligus bisa mendorong dan mengubah pola pergerakan orang serta barang.
"Jadi, soal angkutan publik selalu dibuat seperti telur dan ayam. Pengendara pribadi tak mau berubah ke umum, dibilang mana kendaraan umumnya? Lalu (pengusaha) angkutan umum, kalau dia investasi besar-besaran mana penumpangnya?" tandasnya.
Dia menyebutkan, tidak lama lagi MRT akan selesai dan LRT tahap pertama juga akan beroperasi. Maka itu, kebijakan tentang pembatasan kendaraan pribadi sejatinya harus dilakukan agar masyarakat beralih ke moda transportasi massal.
"Kalau ini kita selesaikan semua angkutan umum ini ((MRT, LRT, dan bus premium), tak ada alasan penumpang angkutan umumnya tidak ada. Maka itu, maindset penumpang itu harus diubah, harus bergeser. Jika tidak akan makin rendah load-nya, makin rendah. Sekarang saja kan load-nya di bawah 40%," pungkasnya.
(thm)