Angkot Gunakan AC, Omset Sehari Meningkat Signifikan hingga Rp600.000
A
A
A
BEKASI - Sejak angkutan perkotaan (angkot) trayek Bekasi-Pondok Gede atau K 02 menggunakan AC, omset hasil tarikannya meningkat signifikan. Dalam sehari, angkot ber-AC bisa mendapatkan omset sebesar Rp600 ribu.
Pemilik angkot ber-AC, K-02 jurusan Bekasi-Pondok Gede, Havi Rossi mengatakan, sejak dioperasikan angkot AC dua bulan lalu, banyak warga yang sengaja menunggu untuk naik angkotnya. Dampaknya, omset dalam sehari naik signifikan. "Angkot saya banyak diminati warga,” katanya.
Omset sebanyak itu, kata dia, didapat dari lima rit mulai dari terminal Bekasi sampai akhir tujuan Pondok Gede. Padahal, jika ‘ngoyo’, omset bisa bertambah banyak dari itu.”Omset tersebut belum dipotong uang bahan bakar maksimal Rp200 ribu. Narik santai aja,” imbuhnya.
Rossi mengaku, sebelum dipasang AC, omset paling banyak Rp350-400 ribu, nilai itu belum dipotong uang bahan bakar minyak Rp150-200 ribu, bahkan untuk mencapai omset sebanyak itu, sopir harus kerja keras. Artinya, setiap hari sebelum pakai AC pendapatan bersih tak lebih dari Rp200 ribu sehari.
Saat ini, pendapatan bersih bisa sampai Rp400 ribu. Menurutnya, penumpang sangat antusias dengan kehadiran angkot AC. Banyak penumpang yang mengharapkan angkot berpendingin lebih banyak lagi. Sehingga, waktu tunggu lebih singkat.”Penumpang suka angkot nyaman,” ungkapnya.
Berdasarkan pengalaman di lapangan, kata dia, sejak membawa angkot ber-AC, tarif jarak dekat Rp3.000, namun banyak penumpang yang justru membayar lebih mulai dari Rp1.000 hingga Rp3.000. "Penumpang melebihi tarif yang ditetapkan karena merasa nyaman naik angkota berpendingin," terangnya.
Pemilik angkot ber-AC, K-02 jurusan Bekasi-Pondok Gede, Havi Rossi mengatakan, sejak dioperasikan angkot AC dua bulan lalu, banyak warga yang sengaja menunggu untuk naik angkotnya. Dampaknya, omset dalam sehari naik signifikan. "Angkot saya banyak diminati warga,” katanya.
Omset sebanyak itu, kata dia, didapat dari lima rit mulai dari terminal Bekasi sampai akhir tujuan Pondok Gede. Padahal, jika ‘ngoyo’, omset bisa bertambah banyak dari itu.”Omset tersebut belum dipotong uang bahan bakar maksimal Rp200 ribu. Narik santai aja,” imbuhnya.
Rossi mengaku, sebelum dipasang AC, omset paling banyak Rp350-400 ribu, nilai itu belum dipotong uang bahan bakar minyak Rp150-200 ribu, bahkan untuk mencapai omset sebanyak itu, sopir harus kerja keras. Artinya, setiap hari sebelum pakai AC pendapatan bersih tak lebih dari Rp200 ribu sehari.
Saat ini, pendapatan bersih bisa sampai Rp400 ribu. Menurutnya, penumpang sangat antusias dengan kehadiran angkot AC. Banyak penumpang yang mengharapkan angkot berpendingin lebih banyak lagi. Sehingga, waktu tunggu lebih singkat.”Penumpang suka angkot nyaman,” ungkapnya.
Berdasarkan pengalaman di lapangan, kata dia, sejak membawa angkot ber-AC, tarif jarak dekat Rp3.000, namun banyak penumpang yang justru membayar lebih mulai dari Rp1.000 hingga Rp3.000. "Penumpang melebihi tarif yang ditetapkan karena merasa nyaman naik angkota berpendingin," terangnya.
(pur)