Stok Obat untuk Pasien RSUD Bekasi Menipis
A
A
A
BEKASI - Stok persediaan obat di RSUD Kota Bekasi masih menipis. Buktinya, pasien harus merelakan mencari obat ke sejumlah apotik diu luar rumah sakit pelat merah tersebut.
Minimnya persediaan obat RSUD diduga imbas adanya utang piutang pihak rumah sakit ke distributor obat pada 2016 lalu sebesar Rp1 miliar. Akibatnya, pasokan obat dihentikan sebelum pihak rumah sakit membayar tunggakan tersebut.
”Obat tidak ada, saya bingung mau beli di mana. Apotik sendiri kan lokasinya jauh-jauh. Kalaupun ada yang dekat, tetap tidak punya stok obat,” kata Surani (45)salah satu keluarga pasien di RSUD Kota Bekasi kepada wartawan, Selasa, 30 Mei 2017 kemarin.
Padahal,obat yang diperlukan sangat penting untuk kesehatan anaknya yang menderita demam tinggi. Namun, selesai ditangani di Instalasi Gawat Darurat, dan dipersilakan menebus obat di apotek RSUD, malah tidak tersedia.
Pasien lainnya, Fajar (30) mengaku, harus kesulitan mencari obat untuk kesehatan istrinya. Namun, saat berobat ke RSUD, obat yang ingin ditebus malah tidak ada.”Saya malah beli obatnya di Apotek Buaran Jakarta Timur,” katanya dengan nada kesal.
Berdasarkan informasi yang dia dapat dari petugas, rumah sakit memang kerap kekurangan pasokan obat. Tidak jarang pasien atau keluarganya mencari obat dari apotek yang ada di luar rumah sakit. Padahal lokasi apotek cukup jauh dari rumah sakit milik Pemerintah Kota Bekasi itu.
Kepala Dinas Kesehatan Kota Bekasi Kusnanto Saidi menuturkan, belum mengetahui kasus minimnya pasokan obat di RSUD. "Belum ada laporan.Nanti akan saya koordinasikan dengan direktur RSUD,” katanya.
Wakil Direktur Umum dan Keuangan RSUD Kota Bekasi Tri Sulistyaningsih mengaku akan mengecek pasokan obat yang ada di rumah sakit. Dia mengklaim, pihaknya selalu melakukan pengecekan obat secara berkala. ”Kalau stok obatnya mau habis, akan kita adakan secepatnya," katanya.
Habisnya persediaan obat pernah terjadi di RSUD Kota Bekasi pada Oktober 2016 lalu. Saat itu, obat untuk penyakit dalam habis dalam waktu beberapa pekan, sehingga pasien terpaksa membelinya di luar rumah sakit. Kekosongan obat disebut-sebut karena rumah sakit terlilit utang hingga Rp1 miliar kepada distributor obat.
Namun pihak Inspektorat Kota Bekasi mengklaim, minimnya stok obat di sana bukan karena utang, tapi jumlah pasien yang membutuhkan obat tersebut membludak. Utang ini juga dipicu karena adanya kesalahan sistem pembayaran obat tiap tahun.
Minimnya persediaan obat RSUD diduga imbas adanya utang piutang pihak rumah sakit ke distributor obat pada 2016 lalu sebesar Rp1 miliar. Akibatnya, pasokan obat dihentikan sebelum pihak rumah sakit membayar tunggakan tersebut.
”Obat tidak ada, saya bingung mau beli di mana. Apotik sendiri kan lokasinya jauh-jauh. Kalaupun ada yang dekat, tetap tidak punya stok obat,” kata Surani (45)salah satu keluarga pasien di RSUD Kota Bekasi kepada wartawan, Selasa, 30 Mei 2017 kemarin.
Padahal,obat yang diperlukan sangat penting untuk kesehatan anaknya yang menderita demam tinggi. Namun, selesai ditangani di Instalasi Gawat Darurat, dan dipersilakan menebus obat di apotek RSUD, malah tidak tersedia.
Pasien lainnya, Fajar (30) mengaku, harus kesulitan mencari obat untuk kesehatan istrinya. Namun, saat berobat ke RSUD, obat yang ingin ditebus malah tidak ada.”Saya malah beli obatnya di Apotek Buaran Jakarta Timur,” katanya dengan nada kesal.
Berdasarkan informasi yang dia dapat dari petugas, rumah sakit memang kerap kekurangan pasokan obat. Tidak jarang pasien atau keluarganya mencari obat dari apotek yang ada di luar rumah sakit. Padahal lokasi apotek cukup jauh dari rumah sakit milik Pemerintah Kota Bekasi itu.
Kepala Dinas Kesehatan Kota Bekasi Kusnanto Saidi menuturkan, belum mengetahui kasus minimnya pasokan obat di RSUD. "Belum ada laporan.Nanti akan saya koordinasikan dengan direktur RSUD,” katanya.
Wakil Direktur Umum dan Keuangan RSUD Kota Bekasi Tri Sulistyaningsih mengaku akan mengecek pasokan obat yang ada di rumah sakit. Dia mengklaim, pihaknya selalu melakukan pengecekan obat secara berkala. ”Kalau stok obatnya mau habis, akan kita adakan secepatnya," katanya.
Habisnya persediaan obat pernah terjadi di RSUD Kota Bekasi pada Oktober 2016 lalu. Saat itu, obat untuk penyakit dalam habis dalam waktu beberapa pekan, sehingga pasien terpaksa membelinya di luar rumah sakit. Kekosongan obat disebut-sebut karena rumah sakit terlilit utang hingga Rp1 miliar kepada distributor obat.
Namun pihak Inspektorat Kota Bekasi mengklaim, minimnya stok obat di sana bukan karena utang, tapi jumlah pasien yang membutuhkan obat tersebut membludak. Utang ini juga dipicu karena adanya kesalahan sistem pembayaran obat tiap tahun.
(whb)