Pembangunan Tak Rampung, Arief Akan Larang Bus TransJakarta Berputar di Puri Beta

Kamis, 27 April 2017 - 00:09 WIB
Pembangunan Tak Rampung,...
Pembangunan Tak Rampung, Arief Akan Larang Bus TransJakarta Berputar di Puri Beta
A A A
TANGERANG - Wali Kota Tangerang Arief Rachadiono Wismansyah tidak akan mengizinkan busway Koridor XIII Trans Jakarta rute Tendean-Ciledug memutar di Puri Beta dan CBD Ciledug, Kota Tangerang, Banten. Penegasan itu dilakukan wali kota selama Pemprov DKI Jakarta belum memastikan untuk meneruskan pembangunan hingga ke Ciledug.

Saat ini, pembangunan elevated busway Koridor XIII Trans Jakarta rute Tendean-Ciledug berhenti di depan Kampus Budi Luhur, Jakarta Selatan. Dengan tidak adanya izin memutar di Puri Beta, maka busway akan kesulitan menurunkan dan mengangkut penumpang. Alhasil, kemacetan di kawasan itu pun semakin parah.

"Kalau tidak dikasih mutar mau kemana dia? Kalau dari Blok M ke Budi Luhur yang arah ke Jakarta sudah siap semua. Cuma progres ke Ciledug-nya saja belum ada. Kami sudah sampai ke dokumen perencanaan Detail Engineering Design (DED). Karena kan kita enggak punya duit. Dulu kan hasil pembicaraan dengan Pemprov DKI, Pak Gubernur Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) mau ngasih hibah Rp1,5 T," kata Arief, saat berbincang santai dengan Koran SINDO, di rumahnya, Rabu (26/4/2017).

Setelah pembicaraan dana hibah itu, Pemerintah Kota (Pemkot) Tangerang langsung membuat DED. Namun setelah DED dibuat dan izin didapat, terjadi masalah pengeloaan aset, bahwa Jalan HOS Cokroaminoto yang masuk wilayah DKI Jakarta masuk ke Jakarta, dan yang masuk ke Tangerang masuk ke Pemprov Banten.

"Makanya dia enggak sanggup untuk ngebangun, karena memang tidak ada duitnya. Toh selama ini yang melakukan perbaikan jalan rusak kita. Makanya saya minta diserahin ke kita. Akhirnya kita buat rapat-rapat. Tetapi karena ini menyangkut dua provinsi, akhirnya ditarik ke pusat, termasuk pembiayaannya. Akhirnya semua diserahkan ke Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas). Kemudian kita datang ke Bapennas dan menyerahkan DED-nya," sambung Arief.

Namun, di Bappenas harapan Arief agar pembangunan jalan layang (elevated) busway Koridor XIII Trans Jakarta rute Tendean-Ciledug tahap pertama kandas di tengah jalan. Setelah dikorek-korek, ternyata anggaran pembangunan busway Koridor XIII TransJakarta rute Tendean-Ciledug tidak ada.

"Ini masih progres terus, masih proses. Makanya kemarin kita minta pernyataan dari dia (Pemprov DKI), karena dia butuh kita, dia butuh Puri Beta untuk memutar. Saya kasih izin mutar tapi harus ada pernyataan pembangunan dilanjutkan. Selama belum ada pernyataan, tidak akan ada izin. Makanya sekarang kuncinya di DKI, karena yang punya duitkan DKI, DKI banyak Silpa-nya. Kita maunya win-win solution," papar Arief.

Sementara itu, Kepala Dinas Perhubungan kota Tangerang Saeful Rohman mengatakan, jumlah kendaraan yang keluar masuk dari arah Tangerang ke Jakarta dan sebaliknya mencapai 400.000 kendaraan. Jumlah yang sangat besar dan cukup untuk membuat arus lalu lintas tidak bergerak, terutama di pagi dan sore hari.

"Kemacetan di daerah perbatasan Tengerang ke DKI Jakarta sangat tinggi. Kalau dari perbatasan arah Kabupaten Tangerang 900 kendaraan, Tangerang Selatan hampir 700 kendaraan, arah Ciledug-DKI sekitar 400.000 kendaraan. Memang Kota Tangerang dijadikan lalu lintas dari kabupten, Tangsel, dan Jakarta," terangnya.

Dengan diteruskannya pembangunan elevated ke CBD Ciledug, maka kemacetan yang terjadi di kawasan perbatasan akan terurai. Apalagi, banyak masyarakat di kawasan itu yang memang mata pencahariannya berada di Jakarta. Sebagai contoh, saat Pemilihan Gubernur (Pilgub) putaran kedua lalu, aktivitas lalu lintas di wilayah pinggiran Jakarta tampak lenggang. Ini membuktikan bahwa kemacetan yang terjadi di pinggiran Jakarta, karena banyaknya warga yang bekerja di Jakarta.

"Makanya kami berharap pembangunan elevated busway Koridor XIII Trans Jakarta rute Tendean-Ciledug tahap pertama bisa dilanjutkan oleh DKI Jakarta. Karena kalau hanya sampai wilayah perbatasan, bakal terjadi kemacetan yang luar biasa. Sebab dari atas, dia (bus) harus turun ke jalan protokol. Nah, jalan dari situnya yang bakal menimbulkan kemacetan yang panjang, terutama di daerah perbatasan. Kami berharap pembangunan bisa diteruskan," ungkapnya.

Terpisah, Sumarto, warga Peninggilan Utara berharap, pembangunan tahap pertama elevated busway Koridor XIII TransJakarta rute Tendean-Ciledug dapat segera dilanjutkan. Sehingga masyarakat perbatasan yang banyak bekerja di Jakarta dapat merasa terbantu, dan segera beralih dari kendaraan pribadi ke angkutan umum.

"Kemacetan di wilayah perbatasan sudah sangat akut. Apalagi dengan adanya pembangunan elevated busway Koridor XIII Trans Jakarta rute Tendean-Ciledug. Saya bekerja di kawasan Gatot Subroto, Jakarta Selatan. Semoga dengan adanya jalur ini, bisa lebih cepat sampai kantor kalau pas pagi. Biasanya aku kalau ke kantor dari rumah bisa sampai dua jam terjebak kemacetan panjang. Saya juga berharap elevated busway ini bisa terintegrasi dengan koridor lainnya," katanya.
(ysw)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.1108 seconds (0.1#10.140)