Jakarta Banjir, DPRD DKI: Jangan Cepat Menyalahkan
A
A
A
JAKARTA - Wakil Ketua DPRD DKI Jakarta, Triwisaksana mengatakan, penanganan banjir DKI di bawah kepemimpinan Gubernur Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) tidak memiliki masterplan yang jelas dan terukur. Termasuk masterplan saluran air mikro.
"Evaluasi ulang dahulu, kenapa prediksi tidak banjir jadi banjir. Jangan cepat menduga-duga atau menyalahkan. Besaranya bukan hanya mengalirkan air saja lewat kali dan saluran, tapi harus banyak menyerap air ke bawah tanah, sehingga tidak semua dialirkan ke laut," tegasnya di Jakarta, Kamis (2/3/2017).
Sementara itu, pengamat perkotaan dari Universitas Trisakti, Nirwono Joga menjelaskan, penanganan banjir saat ini belum secara menyeluruh sehingga banjir akan muncul dititik yang tak terduga. Seharusnya, kata dia, penanganan dilakukan secara bertahap hingga semuanya saling terhubung.
Berdasarkan data yang dimilikinya, kata Nirwono, untuk saluran mikro saja baru 33% yang diperbaiki. Sedangkan sisanya belum tersentuh dan kemungkinan besar tidak terhubung satu sama lainnya.
"Jadi kalau dibilang berkurang itu karena dia cuma pindah. Sifat air itu mengalir. Kalau titik satu diperbaiki, titik lainnya tidak ya air akan berpindah ke titik yang belum diperbaiki," katanya.
Selain menangani saluran air secara bertahap, Nirwono juga meminta agar waduk yang ada difungsikan. Sehingga, aliran air tidak dibuang tetapi disimpan dengan mengalirnya ke waduk atau setu terdekat.
Ke depan, dia berharap Dinas Sumber Daya Air membenahi tata ruang dan lingkunganya serta mewajibkan warga serta pemilik gedung membuat sumur resapan. "Jadi pendekatanya jangan selalu ke proyek. Pendekatan warga harus dilakukan," imbuhnya.
Sebelumnya, Ahok mengaku sedang menyelidiki penyebab banjir yang melanda sejumlah kawasan di Jakarta. Ahok juga mengaku heran, kawasan yang dahulunya tidak banjir kini malah kebanjiran.
"Kita lagi cek enggak tahu sumbatan dimana? Apa perlu besar selokan atau enggak. Karena sudah lama enggak pernah ada genangan kok muncul lagi," kata Ahok di Balai Kota DKI Jakarta, Jakarta Pusat, Kamis (2/3/2017). (Baca Juga: Ahok Kebingungan, Lokasi Banjir Kini Pindah ke Kawasan Lain(mhd)
"Evaluasi ulang dahulu, kenapa prediksi tidak banjir jadi banjir. Jangan cepat menduga-duga atau menyalahkan. Besaranya bukan hanya mengalirkan air saja lewat kali dan saluran, tapi harus banyak menyerap air ke bawah tanah, sehingga tidak semua dialirkan ke laut," tegasnya di Jakarta, Kamis (2/3/2017).
Sementara itu, pengamat perkotaan dari Universitas Trisakti, Nirwono Joga menjelaskan, penanganan banjir saat ini belum secara menyeluruh sehingga banjir akan muncul dititik yang tak terduga. Seharusnya, kata dia, penanganan dilakukan secara bertahap hingga semuanya saling terhubung.
Berdasarkan data yang dimilikinya, kata Nirwono, untuk saluran mikro saja baru 33% yang diperbaiki. Sedangkan sisanya belum tersentuh dan kemungkinan besar tidak terhubung satu sama lainnya.
"Jadi kalau dibilang berkurang itu karena dia cuma pindah. Sifat air itu mengalir. Kalau titik satu diperbaiki, titik lainnya tidak ya air akan berpindah ke titik yang belum diperbaiki," katanya.
Selain menangani saluran air secara bertahap, Nirwono juga meminta agar waduk yang ada difungsikan. Sehingga, aliran air tidak dibuang tetapi disimpan dengan mengalirnya ke waduk atau setu terdekat.
Ke depan, dia berharap Dinas Sumber Daya Air membenahi tata ruang dan lingkunganya serta mewajibkan warga serta pemilik gedung membuat sumur resapan. "Jadi pendekatanya jangan selalu ke proyek. Pendekatan warga harus dilakukan," imbuhnya.
Sebelumnya, Ahok mengaku sedang menyelidiki penyebab banjir yang melanda sejumlah kawasan di Jakarta. Ahok juga mengaku heran, kawasan yang dahulunya tidak banjir kini malah kebanjiran.
"Kita lagi cek enggak tahu sumbatan dimana? Apa perlu besar selokan atau enggak. Karena sudah lama enggak pernah ada genangan kok muncul lagi," kata Ahok di Balai Kota DKI Jakarta, Jakarta Pusat, Kamis (2/3/2017). (Baca Juga: Ahok Kebingungan, Lokasi Banjir Kini Pindah ke Kawasan Lain(mhd)