Terminal Pulogebang Masih Harus Dibenahi
A
A
A
JAKARTA - Terminal Pulogebang, Cakung, Jakarta Timur dinilai masih banyak yang harus dibenahi dijadikan terminal percontohan. Sebab, terminal yang diklaim sebagai terbesar se-Asia Tenggara belum memberikan pelayanan terbaik.
"Masih sangat banyak yang harus dibenahi di Terminal Pulo Gebang. Perlu belajar dengan Terminal Pudu Raya dan Tasik Selatan di Kuala Lumpur, terminal serasa bandara," kata Djoko Setidjawarno Pengamat Transportasi Unika Soegijapranata, Jumat (20/2/2017).
Djoko Setijawarno menceritakan, setiba di Terminal Pulogebang pukul 04.00 WIB, banyak penumpang bingung untuk melanjutkan perjalanan. Minim informasi dan tidak ada petugas sama sekali. Dia justru menemukan pemberi inforasi dari informan swasta tidak berseragam, bukan petugas resmi.
Dia juga menemukan toilet yang kotor dsehingga memberi kesan Terminal Pulo Gebang tidak dikelola profesional. Apalagi tidak tersedia tempat duduk yang memadai dan membuat penupang duduk lesehan dan tiduran di lantai menanti angkutan.
Untuk itu, Djoko berharap, agar persitiwa Terminal Kampung Rambutan kedua yang dulu digembar-gemborkan terbesar dan termegah se-Asia Tenggara terulang. Sebab, kenyataannya sekarang menjadi yang terburuk. "Jangan memaksakan," tegasnya.
Sementara itu, Wakil Kepala Dinas Perhubungan DKI Jakarta, Sigit Widjiatmoko mengaku, segera mengevaluasi berbagai keluhan kondisi terminal Pulogebang. Dia menjelaskan, saat ini operasional Terminal Pulogebang baru melayani pemberangkatan ke Jawa Tengah dan Jawa Timur.
Untuk mengoptimalkan operasional tersebut, kata Sigit, pihaknya baru melakukan penutupan terminal bayangan berikut dengan penjualan tiketnya. Termasuk menyediakan feeder direct dari tiga terminal bantuan, yakni Lebak Bulus, Pinang Ranti dan Tanjung Priuk.
"Kami terus berupaya memaksimalkan pelayanan Terminal Pulogebang. Kami berharap Kementerian Perhubungan mebekukan trayek ratusan bus yang ditertibkan di Terminal Pulogebang," pungkasnya.
"Masih sangat banyak yang harus dibenahi di Terminal Pulo Gebang. Perlu belajar dengan Terminal Pudu Raya dan Tasik Selatan di Kuala Lumpur, terminal serasa bandara," kata Djoko Setidjawarno Pengamat Transportasi Unika Soegijapranata, Jumat (20/2/2017).
Djoko Setijawarno menceritakan, setiba di Terminal Pulogebang pukul 04.00 WIB, banyak penumpang bingung untuk melanjutkan perjalanan. Minim informasi dan tidak ada petugas sama sekali. Dia justru menemukan pemberi inforasi dari informan swasta tidak berseragam, bukan petugas resmi.
Dia juga menemukan toilet yang kotor dsehingga memberi kesan Terminal Pulo Gebang tidak dikelola profesional. Apalagi tidak tersedia tempat duduk yang memadai dan membuat penupang duduk lesehan dan tiduran di lantai menanti angkutan.
Untuk itu, Djoko berharap, agar persitiwa Terminal Kampung Rambutan kedua yang dulu digembar-gemborkan terbesar dan termegah se-Asia Tenggara terulang. Sebab, kenyataannya sekarang menjadi yang terburuk. "Jangan memaksakan," tegasnya.
Sementara itu, Wakil Kepala Dinas Perhubungan DKI Jakarta, Sigit Widjiatmoko mengaku, segera mengevaluasi berbagai keluhan kondisi terminal Pulogebang. Dia menjelaskan, saat ini operasional Terminal Pulogebang baru melayani pemberangkatan ke Jawa Tengah dan Jawa Timur.
Untuk mengoptimalkan operasional tersebut, kata Sigit, pihaknya baru melakukan penutupan terminal bayangan berikut dengan penjualan tiketnya. Termasuk menyediakan feeder direct dari tiga terminal bantuan, yakni Lebak Bulus, Pinang Ranti dan Tanjung Priuk.
"Kami terus berupaya memaksimalkan pelayanan Terminal Pulogebang. Kami berharap Kementerian Perhubungan mebekukan trayek ratusan bus yang ditertibkan di Terminal Pulogebang," pungkasnya.
(wib)