DKI Serahkan Perubahan Desain Lokomotif MRT Kepada Presiden
A
A
A
JAKARTA - Desain rolling stock atau lokomotif kereta Mass Rapid Transit (MRT) mengalami perubahan dari yang sudah direncanakan. Presiden Joko Widodo diminta untuk memutuskan apakah perlu atau tidaknya perubahan desainn tersebut.
Plt Gubernur DKI Jakarta Sumarsono mengatakan, berdasarkan laporan dari tim Pemprov DKI dengan tim PT MRT yang mengecek rolling stock di Jepang, pihaknya mendapatkan bahwa secara keseluruhan sudah sangat cocok sesuai yang diharapkan. Namun, ada bagian kepala lokomotif yang harus didesain ulang agar lebih artistik, sporty dan aerodinamis.
Menurut Sumarsono, pada desain awal berwarna hijau yang diibaratkannya seperti kepala jangkrik, hal ini diubah menjadi warna biru dengan alasan lebih artisitik, sporty dan aerodinamis tersebut atau dalam bahasa lainnya warna biru itu adalah hasil modifikasi yang hijau.
"Paling lambat besok kami sampaikan laporan ke Presiden Jokowi mau pilih yang mana. Ini kan yang memprakarsai Pak Jokowi. Perubahan ini hanya bagian kepala atau sekitar 5% saja, kalau seluruhnya butuh biaya Rp64 miliar dan waktu satu tahun. Saya ingin tetap Maret 2019 beroperasi," kata Sumarsono di Balai Kota, Rabu, 18 Januari 2017 kemarin.
Sumarsono menjelaskan, desain kepala lokomotif warna hijau itu pada awalnya diputuskan tanpa konsultasi dengan tim. Bahkan, dalam kontrak kerjasama, desain kepala jangkrik tersebut tidak ada.
Untuk itu, ketika tim melihat ada yang kurang, tim yang terdiri dari Kementerian Perhubunga, PT MRT dan Pemprov DKI mencoba menawarkan desain warna biru sebagai pilihan kepada pimpinan, dalam hal ini Presiden Jokowi.
Dirjen Otonomi Daerah (Otda) Kementrian Dalam Negeri itu berharap Presiden segera memutuskan pilihan desain kepala lokomotif tersebut agar waktu operasional MRT sesuai apa yang direncanakan pada Maret 2019.
"Kita butuh percepatan. Masalah 135 lahan yang belum dibebaskan dan membuat target operasional dijadwalkan Juni 2019 itu sudah selesai. 10 di antaranya pakai konsinyasi dan dianggap selesai," jelasnya.
Direktur Utama PT MRT, William P Sabandar menuturkan, perubahan desain minor seperti perubahan warna cat atau pemindahan logo itu bisa saja dilakukan selama tidak melanggar ketentuan dalam kontrak yang telah diteken pihaknya pada Maret 2015 dengan konsorsium kontraktor. Namun, apabila perubahan desain menimbulkan risiko penambahan waktu atau harganya menjadi mahal, perubahan desain tidak mungkin dilakukan.
"Kalau desainn minor itu butuh waktu 1-2 hari, tapi kalau secara signifikan dan menimbulkan risiko, memakan waktu empat bulan lantaran pembuatnya harus benar-benar melakukan perubahan struktur, modeling dan hitungan-hitungan keamanan dan aksebilitas," ungkapnya kepada wartawan.
Berdasarkan pesanan rolling stock PT MRT dan Pemprov DKI, kata William, pada 1 Februari nanti sudah mulai dikerjakan. Artinya, perubahan desain minor tersebut hanya mendapatkan waktu sampai 31 Januari
"Waktu kita sangat sempit. Ada dua hal yang tidak bisa kami tolerasni yaitu aspek teknis dan aspek operasi. Segala kemungkinan terbuka hingga 31 Januari untuk perubahan minor," ucapnyaā€ˇ.
Plt Gubernur DKI Jakarta Sumarsono mengatakan, berdasarkan laporan dari tim Pemprov DKI dengan tim PT MRT yang mengecek rolling stock di Jepang, pihaknya mendapatkan bahwa secara keseluruhan sudah sangat cocok sesuai yang diharapkan. Namun, ada bagian kepala lokomotif yang harus didesain ulang agar lebih artistik, sporty dan aerodinamis.
Menurut Sumarsono, pada desain awal berwarna hijau yang diibaratkannya seperti kepala jangkrik, hal ini diubah menjadi warna biru dengan alasan lebih artisitik, sporty dan aerodinamis tersebut atau dalam bahasa lainnya warna biru itu adalah hasil modifikasi yang hijau.
"Paling lambat besok kami sampaikan laporan ke Presiden Jokowi mau pilih yang mana. Ini kan yang memprakarsai Pak Jokowi. Perubahan ini hanya bagian kepala atau sekitar 5% saja, kalau seluruhnya butuh biaya Rp64 miliar dan waktu satu tahun. Saya ingin tetap Maret 2019 beroperasi," kata Sumarsono di Balai Kota, Rabu, 18 Januari 2017 kemarin.
Sumarsono menjelaskan, desain kepala lokomotif warna hijau itu pada awalnya diputuskan tanpa konsultasi dengan tim. Bahkan, dalam kontrak kerjasama, desain kepala jangkrik tersebut tidak ada.
Untuk itu, ketika tim melihat ada yang kurang, tim yang terdiri dari Kementerian Perhubunga, PT MRT dan Pemprov DKI mencoba menawarkan desain warna biru sebagai pilihan kepada pimpinan, dalam hal ini Presiden Jokowi.
Dirjen Otonomi Daerah (Otda) Kementrian Dalam Negeri itu berharap Presiden segera memutuskan pilihan desain kepala lokomotif tersebut agar waktu operasional MRT sesuai apa yang direncanakan pada Maret 2019.
"Kita butuh percepatan. Masalah 135 lahan yang belum dibebaskan dan membuat target operasional dijadwalkan Juni 2019 itu sudah selesai. 10 di antaranya pakai konsinyasi dan dianggap selesai," jelasnya.
Direktur Utama PT MRT, William P Sabandar menuturkan, perubahan desain minor seperti perubahan warna cat atau pemindahan logo itu bisa saja dilakukan selama tidak melanggar ketentuan dalam kontrak yang telah diteken pihaknya pada Maret 2015 dengan konsorsium kontraktor. Namun, apabila perubahan desain menimbulkan risiko penambahan waktu atau harganya menjadi mahal, perubahan desain tidak mungkin dilakukan.
"Kalau desainn minor itu butuh waktu 1-2 hari, tapi kalau secara signifikan dan menimbulkan risiko, memakan waktu empat bulan lantaran pembuatnya harus benar-benar melakukan perubahan struktur, modeling dan hitungan-hitungan keamanan dan aksebilitas," ungkapnya kepada wartawan.
Berdasarkan pesanan rolling stock PT MRT dan Pemprov DKI, kata William, pada 1 Februari nanti sudah mulai dikerjakan. Artinya, perubahan desain minor tersebut hanya mendapatkan waktu sampai 31 Januari
"Waktu kita sangat sempit. Ada dua hal yang tidak bisa kami tolerasni yaitu aspek teknis dan aspek operasi. Segala kemungkinan terbuka hingga 31 Januari untuk perubahan minor," ucapnyaā€ˇ.
(whb)