Puluhan Kilometer Ruas Tol Jakarta Merak Rusak
A
A
A
JAKARTA - Sejumlah pengendara ruas tol Jakarta-Cikampek mengeluhkan banyaknya jalan bergelombang atau retak di sepanjang jalan tersebut. Selain tak nyaman, keberadaan kontur jalan seperti itu juga membahayakan pengguna jalan yang melintasi tol terpadat di Indonesia ini.
”Posisi jalan bergelombang tepat di Kilometer 34 arah Cikampek sebelum gerbang tol Cibatu, Cikarang Pusat dan berada di lajur satu atau lambat,” kata salah satu pengendara mobil Toyota Kijang bernopol B 1866 OY, Fitriyandi Alfajri kepada SINDO, Minggu (14/8).
Menurut dia, jalan tersebut telah bergelombang sejak lama dan belum ada penanganan dari PT Jasa Marga cabang Jakarta-Cikampek. Bahkan, kontur jalan seperti ini sangat membahayakan pengendara truk dan moil lainnya karena lajur yang bergelombang biasa dilalui kendaraan berat.
Dia menilai, jalan bergelombang bisa memicu sumbu roda truk patah atau ban truk pecah, sehingga berdampak insiden kecelakaan. ”Situasi akan semakin parah bila truk yang mengalami ban pecah itu bermuatan banyak. Itu bisa membahayakan pengendara tol yang melaju di tiga lajur,” ungkapnya.
Sementara Deputy General Manager Services Management PT Jasamarga cabang Jakarta-Cikampek, Denny Chandra Irawan mengakui, bahwa beberapa ruas tol yang dikelolanya banyak yang bergelombang dan rusak. ”Kami target akhir tahun jalan itu sudah bagus,” katanya.
Denny mengaku, sampai saat ini pihaknya terus melakukan perbaikan jalan secara berkesinambungan agar pengendara merasa nyaman melintasi tol Jakarta-Cikampek. Sebab, perbaikan jalan diruas tol Jakarta – Cikampek memang rutin setiap tahunya.
Saat ini, kata dia, panjang ruas tol Jakarta-Cikampek mencapai 72 kilometer yang membentang dari daerah Jatiwaringin, Pondok Gede, Kota Bekasi hingga Cikampek. Berdasarkan catatan yang dia punya, setidaknya panjang jalan yang rusak mencapai 20 kilometer.
Misalnya di KM 10-14 dan KM 31-34 yang mengarah ke Cikampek, lalu KM 31-35 dan KM 49-54 yang mengarah ke Jakarta. ”Kalau dihitung rusaknya jalan terbagi-bagi, tidak lurus 20 kilometer jalannya rusak, hanya dibeberapa titik saja,” ungkapnya.
Denny mengungkapkan, pihaknya telah menganggarkan dana sebesar Rp104 miliar untuk perbaikan jalan secara periodik di wilayah setempat. Adapun metode perbaikannya menggungkan teknik rekonstruksi serta scrapping, filling dan overlay (SFO).
Dari dua metode itu, lanjut dia, teknik rekonstruksi membutuhkan waktu yang lebih lama. Sebab bagian jalan yang rusak dikupas dengan kedalaman 20 cm, lalu diganti dengan semen cor baru yang telah disesuaikan dengan spesifikasi jalan.
Setelah itu, kata dia, bagian atasnya akan di-overlay agar fisik ruas jalan seperti semula. ”Teknik rekonstruksi ini yang kita terapkan untuk memperbaiki jalan bergelombang di KM 31-34 arah Cikampek, dan akhir tahun sudah rampung diperbaiki,” jelasnya.
Deny menjelaskan, ruas jalan yang rusak mayoritas berada di lajur satu atau yang biasa dilalui kendaraan berat. Ruas jalan itu kerap rusak karena dilalui oleh kendaraan yang melebihi tonase yang ditentukan. Berdasarkan hasil studi Jasa Marga pada tahun 2012 lalu, tercatat 50 persen lebih truk yang melintas di ruas tol tersebut melebihi beban muatan.
”Spesifikasi jalan kami itu maksimal beban jalan 10 ton, seentara hasil studi kemarin itu menunjukkan muatan truk melebihi berat yang ditentukan. Siasat kami ke depan menghasilkan konstruksi yang handal sehingga dapat mengakomodir beban muatan kendaraan,” tukasnya.
”Posisi jalan bergelombang tepat di Kilometer 34 arah Cikampek sebelum gerbang tol Cibatu, Cikarang Pusat dan berada di lajur satu atau lambat,” kata salah satu pengendara mobil Toyota Kijang bernopol B 1866 OY, Fitriyandi Alfajri kepada SINDO, Minggu (14/8).
Menurut dia, jalan tersebut telah bergelombang sejak lama dan belum ada penanganan dari PT Jasa Marga cabang Jakarta-Cikampek. Bahkan, kontur jalan seperti ini sangat membahayakan pengendara truk dan moil lainnya karena lajur yang bergelombang biasa dilalui kendaraan berat.
Dia menilai, jalan bergelombang bisa memicu sumbu roda truk patah atau ban truk pecah, sehingga berdampak insiden kecelakaan. ”Situasi akan semakin parah bila truk yang mengalami ban pecah itu bermuatan banyak. Itu bisa membahayakan pengendara tol yang melaju di tiga lajur,” ungkapnya.
Sementara Deputy General Manager Services Management PT Jasamarga cabang Jakarta-Cikampek, Denny Chandra Irawan mengakui, bahwa beberapa ruas tol yang dikelolanya banyak yang bergelombang dan rusak. ”Kami target akhir tahun jalan itu sudah bagus,” katanya.
Denny mengaku, sampai saat ini pihaknya terus melakukan perbaikan jalan secara berkesinambungan agar pengendara merasa nyaman melintasi tol Jakarta-Cikampek. Sebab, perbaikan jalan diruas tol Jakarta – Cikampek memang rutin setiap tahunya.
Saat ini, kata dia, panjang ruas tol Jakarta-Cikampek mencapai 72 kilometer yang membentang dari daerah Jatiwaringin, Pondok Gede, Kota Bekasi hingga Cikampek. Berdasarkan catatan yang dia punya, setidaknya panjang jalan yang rusak mencapai 20 kilometer.
Misalnya di KM 10-14 dan KM 31-34 yang mengarah ke Cikampek, lalu KM 31-35 dan KM 49-54 yang mengarah ke Jakarta. ”Kalau dihitung rusaknya jalan terbagi-bagi, tidak lurus 20 kilometer jalannya rusak, hanya dibeberapa titik saja,” ungkapnya.
Denny mengungkapkan, pihaknya telah menganggarkan dana sebesar Rp104 miliar untuk perbaikan jalan secara periodik di wilayah setempat. Adapun metode perbaikannya menggungkan teknik rekonstruksi serta scrapping, filling dan overlay (SFO).
Dari dua metode itu, lanjut dia, teknik rekonstruksi membutuhkan waktu yang lebih lama. Sebab bagian jalan yang rusak dikupas dengan kedalaman 20 cm, lalu diganti dengan semen cor baru yang telah disesuaikan dengan spesifikasi jalan.
Setelah itu, kata dia, bagian atasnya akan di-overlay agar fisik ruas jalan seperti semula. ”Teknik rekonstruksi ini yang kita terapkan untuk memperbaiki jalan bergelombang di KM 31-34 arah Cikampek, dan akhir tahun sudah rampung diperbaiki,” jelasnya.
Deny menjelaskan, ruas jalan yang rusak mayoritas berada di lajur satu atau yang biasa dilalui kendaraan berat. Ruas jalan itu kerap rusak karena dilalui oleh kendaraan yang melebihi tonase yang ditentukan. Berdasarkan hasil studi Jasa Marga pada tahun 2012 lalu, tercatat 50 persen lebih truk yang melintas di ruas tol tersebut melebihi beban muatan.
”Spesifikasi jalan kami itu maksimal beban jalan 10 ton, seentara hasil studi kemarin itu menunjukkan muatan truk melebihi berat yang ditentukan. Siasat kami ke depan menghasilkan konstruksi yang handal sehingga dapat mengakomodir beban muatan kendaraan,” tukasnya.
(ysw)