Pembangunan Taman Eks Kalijodo Mangkrak
A
A
A
JAKARTA - Pembongkaran sejumlah permukiman pendudukan yang dilakukan Pemprov DKI Jakarta tak dibarengi pembangunan. Akibatnya banyak pembangunan eks permukiman yang mangkrak.
Pantauan Koran SINDO, pada Senin, 1 Agustus 2016 kemarin banyak kawasan menjadi terbengkalai. Seperti di kawasan Kalijodo, Jakarta Barat. Di lahan seluas 5,6 hektare itu, lahan kosong tersebut dibiarkan liar.
Padahal sejak awal rencana, di kawasan eks lokalisasi itu akan dibangun sebuah taman terpadu yang rencana dilengkapi sejumlah fasilitas, seperti taman bermain, olahraga, hingga jogging track, maupun skate park.
Rencananya, pembangunan di kawasan itu akan memakan waktu hingga empat bulan lamanya dari waktu pembongkaran pada Februari 2016, lalu. Artinya bila sesuai jadwal, semestinya pembangunan sudah selesai pada Agustus 2016 ini.
Dari kawasan itu, pembongkaran sendiri hanya terfokus pada pembangunan jalan inspeksi sepanjang 500 meter dengan lebar sepanjang 7 meter. Di pinggiran jalan terdapat sebuah tanggul setinggi satu meter, yang sudah di cat ornamen kuning-hitam.
Seorang warga sekitar, Yadi (57) mengatakan, semestinya Pemprov DKI tidak langsung melakukan pembongkaran di kawasan itu. Ini terlihat dari lahan yang dibiarkan kosong, sementara pembangunan tak kunjung datang.
Molornya pembangunan, membuat pembongkaran menjadi sia-sia. "Padahal dulu ekonomi warga sini bergantung pada aktivitas kalijodo," ucapnya, kemarin.
Wali Kota Jakarta Barat Anas Efendi mengaku akan melaporkan hal ini kepada Gubernur dan Dinas pertamanan dan pemakaman nantinya. Sementara langkah membantu revitalisasi di kawasan Kalijodo, Anas telah memerintahkan Camat Tambora menjaga wilayah.
"Jadi kita minta camat untuk jaga, supaya bangunan liar tak kunjung dibangun lagi," ucapnya.
Pengamat perkotaan Universitas Trisakti, Nirwono Jogo mengatakan revitalisasi terbengkalai tak lepas dari kurangnya konsep pembongkaran yang ada. Keinginan untuk melakukan pembongkaran tanpa adanya pembangunan membuat beberapa revitalisasi menjadi terbengkalai.
"Jadi bisa terlihat ini konsep kurang matang," cetus Nirwono. Sementara akibat terbengkalai, dan kurang tegas membuat masyarakat akhirnya kembali mendatangi kawasan revitalisasi dan membangun kembali bangunan. Langkah ini terlihat dari tenda-tenda semi permanen yang terlihat.
"Ini terjadi karena kurang tegas aparat yang ada, membiarkan kawasan itu terbengkalai," tutup Nirwono.
Pantauan Koran SINDO, pada Senin, 1 Agustus 2016 kemarin banyak kawasan menjadi terbengkalai. Seperti di kawasan Kalijodo, Jakarta Barat. Di lahan seluas 5,6 hektare itu, lahan kosong tersebut dibiarkan liar.
Padahal sejak awal rencana, di kawasan eks lokalisasi itu akan dibangun sebuah taman terpadu yang rencana dilengkapi sejumlah fasilitas, seperti taman bermain, olahraga, hingga jogging track, maupun skate park.
Rencananya, pembangunan di kawasan itu akan memakan waktu hingga empat bulan lamanya dari waktu pembongkaran pada Februari 2016, lalu. Artinya bila sesuai jadwal, semestinya pembangunan sudah selesai pada Agustus 2016 ini.
Dari kawasan itu, pembongkaran sendiri hanya terfokus pada pembangunan jalan inspeksi sepanjang 500 meter dengan lebar sepanjang 7 meter. Di pinggiran jalan terdapat sebuah tanggul setinggi satu meter, yang sudah di cat ornamen kuning-hitam.
Seorang warga sekitar, Yadi (57) mengatakan, semestinya Pemprov DKI tidak langsung melakukan pembongkaran di kawasan itu. Ini terlihat dari lahan yang dibiarkan kosong, sementara pembangunan tak kunjung datang.
Molornya pembangunan, membuat pembongkaran menjadi sia-sia. "Padahal dulu ekonomi warga sini bergantung pada aktivitas kalijodo," ucapnya, kemarin.
Wali Kota Jakarta Barat Anas Efendi mengaku akan melaporkan hal ini kepada Gubernur dan Dinas pertamanan dan pemakaman nantinya. Sementara langkah membantu revitalisasi di kawasan Kalijodo, Anas telah memerintahkan Camat Tambora menjaga wilayah.
"Jadi kita minta camat untuk jaga, supaya bangunan liar tak kunjung dibangun lagi," ucapnya.
Pengamat perkotaan Universitas Trisakti, Nirwono Jogo mengatakan revitalisasi terbengkalai tak lepas dari kurangnya konsep pembongkaran yang ada. Keinginan untuk melakukan pembongkaran tanpa adanya pembangunan membuat beberapa revitalisasi menjadi terbengkalai.
"Jadi bisa terlihat ini konsep kurang matang," cetus Nirwono. Sementara akibat terbengkalai, dan kurang tegas membuat masyarakat akhirnya kembali mendatangi kawasan revitalisasi dan membangun kembali bangunan. Langkah ini terlihat dari tenda-tenda semi permanen yang terlihat.
"Ini terjadi karena kurang tegas aparat yang ada, membiarkan kawasan itu terbengkalai," tutup Nirwono.
(whb)