Pemerintah Yaman Titipkan Masjid Keramat Luar Batang kepada Indonesia
A
A
A
JAKARTA - Setelah Al Habib Husein bin Abu Bakar Alaydrus atau lebih dikenal dengan sebutan Habib Keramat meninggal dunia. Warga Kampung Luar Batang sepakat membangun surau yang dijadikan sebagai tempat Habib Keramat mengajar agama Islam menjadi masjid.
Kini masjid tersebut diberi nama Masjid Jami Keramat Luar Batang untuk mengenang jasa dan meneruskan misi Habib Keramat dalam mengajarkan agama Islan di kawasan pesisir Pantai Utara Jakarta.
Ketua Pengurus Masjid Jami Keramat Luar Batang Habib Husein bin Hasan bin Abu Bakar bin Husein mengatakan, masyarakat yang sudah dihibahkan tanah pemberian Pemerintah Belanda mulai mengembangkan perekonomian.
Penduduk awal Luar Batang pun awalnya itu Betawi, lalu masuk pendatang, seperti orang Madura, Jawa, Makassar dari Pelabuhan Sunda Kelapa itu yang akhirnya tinggal di Luar Batang. Menurut Habib Husein, masyarakat pun membangun Masjid Keramat itu secara bergotong royong dan melakukan perawatannya hingga sekarang secara bersama-sama.
Masjid yang sudah berusia 200 tahunan lebih itu pun dapat menampung sekitar 5.000 jemaah. Lantaran usianya yang sudah ratusan tahun itu dan memiliki nilai kesejarahan tinggi. Pemerintah Belanda pascameninggal Habib Keramat meminta pada tiap Gubernur Batavia ikut andil dalam merawat masjid tersebut.
Pada saat baru pertama menjadi bangunan masjid permanen, nama Masjid Keramat pun belum begitu dikenal. Apalagi, masjid tersebut masih berupa bangunan kuno dan usang.
Masjid itu juga sejatinya menjadi saksi Kemerdekaan Indonesia. Hingga akhirnya pada masa Gubernur DKI Jakarta dijabat oleh Soerjadi Soedirdja, masjid tersebut kembali dipugar dan diresmikan menjadi cagar budaya yang patut untuk dilestarikan.
"Selain memiliki nilai kesejarahan yang tinggi, Pemerintah Yaman pun memberikan surat pada Pemerintah Indonesia untuk juga menjaga warisan Habib Keramat itu, lalu disepakati kalau Masjid Keramat ini dijadikan situs cagar budaya. Apalagi, tempat ini pun memiliki karomah atau kekeramatan yang tinggi," tuturnya.
Baru usai diresmikan, Masjid Keramat pun mulai dikenal masyarakat secara luas dan tak sedikit masyarakat, baik dari Jakarta maupun dari luar Jakarta yang datang untuk berziarah ke makam Habib Keramat itu.
Umumnya, masyarakat pun ramai berdatangan pada malam Jumat. Tak jarang, para peziarah itu menginap sampai berbulan-bulan lamanya hanya untuk mendoakan Habib Keramat agar segala yang menjadi harapannya itu diberikan kemudahan.
"Saya hanya berpesan, kalau mau ziarah dan mendoakan beliau silakan saja. Itu hak semua orang, tapi jangan sampai meminta-meminta, misalnya selesai mendoakan beliau, lalu peziarah itu meminta dapat jodoh lah. Kalau meminta sama Allah agar diberikan izin, masak sama kuburan," cetusnya sambil terkekeh.
Selain bercerita tentang kekeramatan Habib Keramat, Ketua Pengurus Masjid Keramat Habib Husein pun mejelaskan alasan Gubernur DKI Jakarta Soerjadi Soedirdja mau meresmikan Masjid Keramat menjadi situs cagar budaya. Pasalnya, Gubernur Soerjadi itu pun memiliki pengalamannya tersendiri dengan masjid itu.
"Jadi, di masjid ini itu sedang diadakan Maulid Nabi. Nah oleh Ketua Pengurus Masjadi saat itu, diundanglah Gubernur DKI Jakarta Soerjadi itu untuk datang menghadiri. Tapi, saat hari H yang datang itu malah pembantunya, katanya disuruh Pak Gubernur," paparnya.
Namun, disaat yang hampir bersamaan, Gubernur DKI Jakarta Soerjadi itu justru menghadiri undangan acara yang diselenggarakan di kawasan Kota Tua. Namun, dalam acara tersebut, terjadi insiden yang cukup memalukan yang harus ditanggung sang Gubernur. Pasalnya, Gubernur tersebut justru jatuh di sebuah kali yang hitam dan kotor.
"Saat itu, Gubernur kecebur di Kali Hitam Kota Tua bersamaan dengan robohnya jembatan di kali itu. Dia kan sama istrinya juga, lalu sama ajudan-ajudannya dan orang-orang penting lainnya. Akhirnya beliau pulang dengan menggunakan pakaian basah dan kotor itu. Saya bilang, coba kalau Pak Soerjadi itu ke masjid, enggak bakalan seperti itu kan. Ini salah satu karomah yang juga dimiliki masjid ini," tutupnya.
Kini masjid tersebut diberi nama Masjid Jami Keramat Luar Batang untuk mengenang jasa dan meneruskan misi Habib Keramat dalam mengajarkan agama Islan di kawasan pesisir Pantai Utara Jakarta.
Ketua Pengurus Masjid Jami Keramat Luar Batang Habib Husein bin Hasan bin Abu Bakar bin Husein mengatakan, masyarakat yang sudah dihibahkan tanah pemberian Pemerintah Belanda mulai mengembangkan perekonomian.
Penduduk awal Luar Batang pun awalnya itu Betawi, lalu masuk pendatang, seperti orang Madura, Jawa, Makassar dari Pelabuhan Sunda Kelapa itu yang akhirnya tinggal di Luar Batang. Menurut Habib Husein, masyarakat pun membangun Masjid Keramat itu secara bergotong royong dan melakukan perawatannya hingga sekarang secara bersama-sama.
Masjid yang sudah berusia 200 tahunan lebih itu pun dapat menampung sekitar 5.000 jemaah. Lantaran usianya yang sudah ratusan tahun itu dan memiliki nilai kesejarahan tinggi. Pemerintah Belanda pascameninggal Habib Keramat meminta pada tiap Gubernur Batavia ikut andil dalam merawat masjid tersebut.
Pada saat baru pertama menjadi bangunan masjid permanen, nama Masjid Keramat pun belum begitu dikenal. Apalagi, masjid tersebut masih berupa bangunan kuno dan usang.
Masjid itu juga sejatinya menjadi saksi Kemerdekaan Indonesia. Hingga akhirnya pada masa Gubernur DKI Jakarta dijabat oleh Soerjadi Soedirdja, masjid tersebut kembali dipugar dan diresmikan menjadi cagar budaya yang patut untuk dilestarikan.
"Selain memiliki nilai kesejarahan yang tinggi, Pemerintah Yaman pun memberikan surat pada Pemerintah Indonesia untuk juga menjaga warisan Habib Keramat itu, lalu disepakati kalau Masjid Keramat ini dijadikan situs cagar budaya. Apalagi, tempat ini pun memiliki karomah atau kekeramatan yang tinggi," tuturnya.
Baru usai diresmikan, Masjid Keramat pun mulai dikenal masyarakat secara luas dan tak sedikit masyarakat, baik dari Jakarta maupun dari luar Jakarta yang datang untuk berziarah ke makam Habib Keramat itu.
Umumnya, masyarakat pun ramai berdatangan pada malam Jumat. Tak jarang, para peziarah itu menginap sampai berbulan-bulan lamanya hanya untuk mendoakan Habib Keramat agar segala yang menjadi harapannya itu diberikan kemudahan.
"Saya hanya berpesan, kalau mau ziarah dan mendoakan beliau silakan saja. Itu hak semua orang, tapi jangan sampai meminta-meminta, misalnya selesai mendoakan beliau, lalu peziarah itu meminta dapat jodoh lah. Kalau meminta sama Allah agar diberikan izin, masak sama kuburan," cetusnya sambil terkekeh.
Selain bercerita tentang kekeramatan Habib Keramat, Ketua Pengurus Masjid Keramat Habib Husein pun mejelaskan alasan Gubernur DKI Jakarta Soerjadi Soedirdja mau meresmikan Masjid Keramat menjadi situs cagar budaya. Pasalnya, Gubernur Soerjadi itu pun memiliki pengalamannya tersendiri dengan masjid itu.
"Jadi, di masjid ini itu sedang diadakan Maulid Nabi. Nah oleh Ketua Pengurus Masjadi saat itu, diundanglah Gubernur DKI Jakarta Soerjadi itu untuk datang menghadiri. Tapi, saat hari H yang datang itu malah pembantunya, katanya disuruh Pak Gubernur," paparnya.
Namun, disaat yang hampir bersamaan, Gubernur DKI Jakarta Soerjadi itu justru menghadiri undangan acara yang diselenggarakan di kawasan Kota Tua. Namun, dalam acara tersebut, terjadi insiden yang cukup memalukan yang harus ditanggung sang Gubernur. Pasalnya, Gubernur tersebut justru jatuh di sebuah kali yang hitam dan kotor.
"Saat itu, Gubernur kecebur di Kali Hitam Kota Tua bersamaan dengan robohnya jembatan di kali itu. Dia kan sama istrinya juga, lalu sama ajudan-ajudannya dan orang-orang penting lainnya. Akhirnya beliau pulang dengan menggunakan pakaian basah dan kotor itu. Saya bilang, coba kalau Pak Soerjadi itu ke masjid, enggak bakalan seperti itu kan. Ini salah satu karomah yang juga dimiliki masjid ini," tutupnya.
(whb)