Sisa Kepemimpinan, Ahok Diminta Prorakyat Bukan Pengusaha
A
A
A
JAKARTA - Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) diharapkan disisa kepemimpinannya dapat meninggalkan warisan berpihak kepada masyarakat.
Harapan ini disampaikan Direktur Pusat Kajian Kebijakan Publik Universitas Trisakti Trubus Rahardiansyah. Trubus menuturkan, Ahok seharusnya bisa meniru gaya kepemimpinan Joko Widodo (Jokowi) saat masih menjadi Gubernur DKI yang selalu turun menghadapi warganya sebelum mengambil kebijakan.
"Disarankan agar disisa kepemimpinannya Ahok dapat meninggalkan warisan yang berpihak kepada masyarakat, bukan ke para pengusaha," tutur Trubus kepada wartawan, Jumat 15 April 2016 kemarin.
Menurut Trubus, Ahok jangan berpikiran kalau ketemu warga takut dianiaya. Masak pemimpin takut sama yang dipimpinnya. "Kalau ketemu pengusaha bisa sebulan sekali. Belum lagi terungkapnya Sunny dalam suap reklamasi dan tidak konsistennya pernyataan Ahok yang menyebut Sunny anak magang, staf ahli, dan sebagainya. Jadi kebijakan yang dibuat Ahok banyak dipengaruhi oleh pengusaha bukan rakyat kecil," ujarnya.
Anggota DPRD DKI Jakarta Fraksi PDI Perjuangan, Sereida Tambunan pun menyatakan hal yang sama. Menurutnya, Ahok semakin mendekati masa kepemimpinan kian melupakan warga DKI. Seharusnya Ahok sadar diri bila dirinya berasal dari suara warga DKI menengah ke bawah.
Politikus PDI Perjuangan itu mengakui bila Jakarta membutuhkan percepatan pembangunan. Tetapi bukan dengan cara menghalakan segala cara tanpa memikirkan dampak yang terjadi setelahnya.
"Kalau punya perencanaan matang, Ahok pasti memikirkan nasib warga korban gusuran. Mata pencahariannya bagaimana?. Bagaimana nasib warga yang tidak mendapat rumah susun dan sebagainya. Konsep pemerintahan Soekarno itu Jakarta sebagai Ibu Kota Negara terbuka bagi siapa saja," pungkasnya.
Sementara itu, Gubernur DKI Jakarta, Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) menuturkan, setiap kali penggusuran, dirinya selalu berdialog dengan warga. Bahkan, para sopir Metromini pun pernah diundang bertemu dengannya.
"Siapa yang bilang saya tidak mau dialog dengan warga? Kamu lihat dong di youtube. Dialog loh, saya undang. Konsepnya seperti apa Kampung Pulo yang mereka mau. Siapa bilang saya tidak ada dialog. Kalau kamu mau ngundang ke markasmu dialog bukan saya tidak berani, tapi saya tanya niat kamu apa? Kamu pengin tiba-tiba orang lempar batu ke saya, mengajak berantam," tegasnya.
Harapan ini disampaikan Direktur Pusat Kajian Kebijakan Publik Universitas Trisakti Trubus Rahardiansyah. Trubus menuturkan, Ahok seharusnya bisa meniru gaya kepemimpinan Joko Widodo (Jokowi) saat masih menjadi Gubernur DKI yang selalu turun menghadapi warganya sebelum mengambil kebijakan.
"Disarankan agar disisa kepemimpinannya Ahok dapat meninggalkan warisan yang berpihak kepada masyarakat, bukan ke para pengusaha," tutur Trubus kepada wartawan, Jumat 15 April 2016 kemarin.
Menurut Trubus, Ahok jangan berpikiran kalau ketemu warga takut dianiaya. Masak pemimpin takut sama yang dipimpinnya. "Kalau ketemu pengusaha bisa sebulan sekali. Belum lagi terungkapnya Sunny dalam suap reklamasi dan tidak konsistennya pernyataan Ahok yang menyebut Sunny anak magang, staf ahli, dan sebagainya. Jadi kebijakan yang dibuat Ahok banyak dipengaruhi oleh pengusaha bukan rakyat kecil," ujarnya.
Anggota DPRD DKI Jakarta Fraksi PDI Perjuangan, Sereida Tambunan pun menyatakan hal yang sama. Menurutnya, Ahok semakin mendekati masa kepemimpinan kian melupakan warga DKI. Seharusnya Ahok sadar diri bila dirinya berasal dari suara warga DKI menengah ke bawah.
Politikus PDI Perjuangan itu mengakui bila Jakarta membutuhkan percepatan pembangunan. Tetapi bukan dengan cara menghalakan segala cara tanpa memikirkan dampak yang terjadi setelahnya.
"Kalau punya perencanaan matang, Ahok pasti memikirkan nasib warga korban gusuran. Mata pencahariannya bagaimana?. Bagaimana nasib warga yang tidak mendapat rumah susun dan sebagainya. Konsep pemerintahan Soekarno itu Jakarta sebagai Ibu Kota Negara terbuka bagi siapa saja," pungkasnya.
Sementara itu, Gubernur DKI Jakarta, Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) menuturkan, setiap kali penggusuran, dirinya selalu berdialog dengan warga. Bahkan, para sopir Metromini pun pernah diundang bertemu dengannya.
"Siapa yang bilang saya tidak mau dialog dengan warga? Kamu lihat dong di youtube. Dialog loh, saya undang. Konsepnya seperti apa Kampung Pulo yang mereka mau. Siapa bilang saya tidak ada dialog. Kalau kamu mau ngundang ke markasmu dialog bukan saya tidak berani, tapi saya tanya niat kamu apa? Kamu pengin tiba-tiba orang lempar batu ke saya, mengajak berantam," tegasnya.
(whb)