Lintasan Kereta Api Banyak Rawan Longsor
A
A
A
JAKARTA - Hujan deras yang melanda wilayah Jabodetabek, Banten, Sukabumi beberapa hari terakhir membuat sejumlah lintasan kereta api menjadi rawan longsor dan pergeseran tanah.
Hingga hari ini, Daerah Operasional (Daop) 1 PT KAI, selaku penanggung jawab operasional kereta di Jabodetabek menegaskan ada 17 titik daeraha rawan longsor di wilayahnya. Belasan titik itu meliputi jalur padat KRL, seperti Manggarai-Bogor, dan beberapa titik di luar jakarta, seperti Bekasi, Bogor, Sukabumi, dan Bogor.
"Paling banyak emang di luar Jakarta. Permukaan tanahnya tidak stabil dan rawan pergeseran tanah," tutur Manager Senior Coorporate Communication Daop 1, Bambang S Prayitno kepada SINDO, Senin 21 Maret 2016.
Kejadian yang terjadi di Lintas Sukabumi-Bogor pada Minggu 20 Maret 2016 sore lalu, tepatnya antara stasiun Masengt-Bogor di Km 11+1/2 pada pukul 17.45 WIB dan Km 11+8/9 pukul 18.50 WIB adalah buktinya. Di dua lokasi itu, longsor terjadi dan membuat jalur perlintasan kereta Pangrango yang melintas menjadi terputus, kemarin.
"Di km 11+1/2, longsor bisa di evakuasi dan selesai pada pukul 19.00 WIB. Sementara di km 11+8/9 sampai sekarang tidak bisa dilalui setelah tanah longsor dengan kedalaman sekitar 10 meter," tuturnya.
Menurutnya, pihaknya telah menyebarkan informasi kepada sejumlah stasiun yang dilintasi KRL Pangrango untuk beralih ke transportasi lain sembari perbaikan jalur dilakukan olehnya sejak kemarin.
"Perbaikan diperkirakan bisa lebih dari tiga hari kedepan, dan bila cuaca pendukung semoga bisa lebih cepat selesai, petugas PT.KAI Daop 1 akan melakukan perbaikan secara maksimal siang malam," tuturnya.
Dihubungi secara terpisah, Kepala Humas PT KAI Pusat, Agus Komarudin tak menampik masih banyak perlintasan kereta api yang menjadi rawan longsor di Indonesia. Kebanyakan itu terjadi di pulai jawa, yang notabenennya merupakan daerah dengan perjalanan kereta terbanyak. "Mungkin totalnya sekitar 6.000 titik bila dihitung secara nasional," tuturnya.
Khusus di sekitar kawasan Daop 1, Agus menyakini longsor yang terjadi di kawasan itu, khususnya di Jakarta diduga kuat karena kebiasaan masyarakat di sekitar perlintasan yang kerap membuang saluran airnya ke jalur kereta.
Kondisi tanah yang tidak stabil, hingga menjadi pembuangan saluran air, membuat pergerakan tanah terjadi di beberapa kawasan, seperti Bogor, Bekasi, dan Tangerang. (Baca: Longsor, KA Pangrango Stop Beroperasi Selama 3 Hari)
Demi meminimalisirnya, sejak beberapa tahun lalu, dirinya telah melakukan sosialisasi kepada masyarakat sekitar agar tidak membuang sampah maupun air secara sembarang. "Selain itu kami juga berkoordinasi dengan dirjen perkerataapian untuk melakukan peningkatan kualitas rel di kawasan rawan," tutupnya.
Hingga hari ini, Daerah Operasional (Daop) 1 PT KAI, selaku penanggung jawab operasional kereta di Jabodetabek menegaskan ada 17 titik daeraha rawan longsor di wilayahnya. Belasan titik itu meliputi jalur padat KRL, seperti Manggarai-Bogor, dan beberapa titik di luar jakarta, seperti Bekasi, Bogor, Sukabumi, dan Bogor.
"Paling banyak emang di luar Jakarta. Permukaan tanahnya tidak stabil dan rawan pergeseran tanah," tutur Manager Senior Coorporate Communication Daop 1, Bambang S Prayitno kepada SINDO, Senin 21 Maret 2016.
Kejadian yang terjadi di Lintas Sukabumi-Bogor pada Minggu 20 Maret 2016 sore lalu, tepatnya antara stasiun Masengt-Bogor di Km 11+1/2 pada pukul 17.45 WIB dan Km 11+8/9 pukul 18.50 WIB adalah buktinya. Di dua lokasi itu, longsor terjadi dan membuat jalur perlintasan kereta Pangrango yang melintas menjadi terputus, kemarin.
"Di km 11+1/2, longsor bisa di evakuasi dan selesai pada pukul 19.00 WIB. Sementara di km 11+8/9 sampai sekarang tidak bisa dilalui setelah tanah longsor dengan kedalaman sekitar 10 meter," tuturnya.
Menurutnya, pihaknya telah menyebarkan informasi kepada sejumlah stasiun yang dilintasi KRL Pangrango untuk beralih ke transportasi lain sembari perbaikan jalur dilakukan olehnya sejak kemarin.
"Perbaikan diperkirakan bisa lebih dari tiga hari kedepan, dan bila cuaca pendukung semoga bisa lebih cepat selesai, petugas PT.KAI Daop 1 akan melakukan perbaikan secara maksimal siang malam," tuturnya.
Dihubungi secara terpisah, Kepala Humas PT KAI Pusat, Agus Komarudin tak menampik masih banyak perlintasan kereta api yang menjadi rawan longsor di Indonesia. Kebanyakan itu terjadi di pulai jawa, yang notabenennya merupakan daerah dengan perjalanan kereta terbanyak. "Mungkin totalnya sekitar 6.000 titik bila dihitung secara nasional," tuturnya.
Khusus di sekitar kawasan Daop 1, Agus menyakini longsor yang terjadi di kawasan itu, khususnya di Jakarta diduga kuat karena kebiasaan masyarakat di sekitar perlintasan yang kerap membuang saluran airnya ke jalur kereta.
Kondisi tanah yang tidak stabil, hingga menjadi pembuangan saluran air, membuat pergerakan tanah terjadi di beberapa kawasan, seperti Bogor, Bekasi, dan Tangerang. (Baca: Longsor, KA Pangrango Stop Beroperasi Selama 3 Hari)
Demi meminimalisirnya, sejak beberapa tahun lalu, dirinya telah melakukan sosialisasi kepada masyarakat sekitar agar tidak membuang sampah maupun air secara sembarang. "Selain itu kami juga berkoordinasi dengan dirjen perkerataapian untuk melakukan peningkatan kualitas rel di kawasan rawan," tutupnya.
(mhd)