Rusun di Jakarta Tak Layak Huni, DKI Harus Contoh Singapura
A
A
A
JAKARTA - Pemprov DKI Jakarta diminta untuk terus melakukan evaluasi terhadap sejumlah fasilitas rusun yang baru saja mereka bangun. Ini dilakukan agar ke depan, rusun di Ibu Kota benar-benar layak huni. tidak puas dalam membangun rumah susun (rusun)
Pengamat perkotaan dari Universitas Trisakti Nirwono Joga mengungkapkan, secara umum rusun di Jakarta memang belum layak huni. Masih banyak kekurangan yang ditemukan seperti toilet yang kotor, air bersih, tempat dan pengolahan sampah, ruang bermain anak serta fasilitas lainnya.
“Jangankan Jakarta, Singapura sampai membuat 10 kali versi untuk perbaikan. Jadi Singapura buat rusun versi satu apa kekurangannya diperbaiki di rusun versi kedua dan seterusnya. Sekarang mereka sudah di versi ke 10 agar rusunnya bisa layak huni oleh masyarakat,” ungkap Joga saat dihubungi Sindonews, Kamis (3/9/3015).
Joga menambahkan, mengenai jendela yang belum ada besi teralis, itu memang satu hal yang patut diperhatikan karena menyangkut keselamatan. Pengelolapengelola harus segera melengkapinya.
“Secara fisik saya kira sudah baik ya, karena yang membuat rusun kan Kementerian PU-Pera yang sudah memiliki perhitungan tersendiri soal kekuatan bangunan dan sebagainya. Adapun yang belum lengkap, secepatnya harus dilengkapi seperti besi teralis dan lain sebagainya,” tambahnya.
Joga menuturkan mestinya sebelum mereka (warga Kampung Pulo) dipindahkan, mereka harus diajarkan mengenai rekayasa sosial. Maksudnya adalah mengubah cara hidup mereka dari yang tingal di bantaran sungai menjadi warga yang tingal dihunian vertikal. Apalagi di rusunawa ada fasilitas-fasilitas yang belum mereka temui sebelumnya seperti lift.
“Masalah gaya hidup, ajarkan mereka bagaimana membuang sampah pada tempatnya dan cara menggunakan serta merawat lift. Jangan sampai budaya buang sampah sembarangan dibawa ke rusun. Nanti yang terjadi malah rusunawa kumuh bukan hunian vertikal layak huni,” tutupnya.
Mengenai kehidupan ekonomi, Joga menyarankan kepada warga yang memiliki usaha atau berdagang hendaknya bisa membuat semacam koperasi bersama dan membuka usaha di rusunawa.
“Mereka bisa kolektif membangun koperasi. Jadi yang tadinya jualan bakso tidak perlu menggunakan gerobak, tinggal membuka lapaknya di rusun dengan modal koperasi tadi. Untuk menambah penghasilan juga bisa dibuat pengolahan sampah menjadi barang yang memiliki nilai jual,” ucapnya.
Pengamat perkotaan dari Universitas Trisakti Nirwono Joga mengungkapkan, secara umum rusun di Jakarta memang belum layak huni. Masih banyak kekurangan yang ditemukan seperti toilet yang kotor, air bersih, tempat dan pengolahan sampah, ruang bermain anak serta fasilitas lainnya.
“Jangankan Jakarta, Singapura sampai membuat 10 kali versi untuk perbaikan. Jadi Singapura buat rusun versi satu apa kekurangannya diperbaiki di rusun versi kedua dan seterusnya. Sekarang mereka sudah di versi ke 10 agar rusunnya bisa layak huni oleh masyarakat,” ungkap Joga saat dihubungi Sindonews, Kamis (3/9/3015).
Joga menambahkan, mengenai jendela yang belum ada besi teralis, itu memang satu hal yang patut diperhatikan karena menyangkut keselamatan. Pengelolapengelola harus segera melengkapinya.
“Secara fisik saya kira sudah baik ya, karena yang membuat rusun kan Kementerian PU-Pera yang sudah memiliki perhitungan tersendiri soal kekuatan bangunan dan sebagainya. Adapun yang belum lengkap, secepatnya harus dilengkapi seperti besi teralis dan lain sebagainya,” tambahnya.
Joga menuturkan mestinya sebelum mereka (warga Kampung Pulo) dipindahkan, mereka harus diajarkan mengenai rekayasa sosial. Maksudnya adalah mengubah cara hidup mereka dari yang tingal di bantaran sungai menjadi warga yang tingal dihunian vertikal. Apalagi di rusunawa ada fasilitas-fasilitas yang belum mereka temui sebelumnya seperti lift.
“Masalah gaya hidup, ajarkan mereka bagaimana membuang sampah pada tempatnya dan cara menggunakan serta merawat lift. Jangan sampai budaya buang sampah sembarangan dibawa ke rusun. Nanti yang terjadi malah rusunawa kumuh bukan hunian vertikal layak huni,” tutupnya.
Mengenai kehidupan ekonomi, Joga menyarankan kepada warga yang memiliki usaha atau berdagang hendaknya bisa membuat semacam koperasi bersama dan membuka usaha di rusunawa.
“Mereka bisa kolektif membangun koperasi. Jadi yang tadinya jualan bakso tidak perlu menggunakan gerobak, tinggal membuka lapaknya di rusun dengan modal koperasi tadi. Untuk menambah penghasilan juga bisa dibuat pengolahan sampah menjadi barang yang memiliki nilai jual,” ucapnya.
(whb)