Pesta Bikini Pelajar SMA, Ini Kata Psikolog

Sabtu, 25 April 2015 - 22:41 WIB
Pesta Bikini Pelajar SMA, Ini Kata Psikolog
Pesta Bikini Pelajar SMA, Ini Kata Psikolog
A A A
JAKARTA - Beberapa hari terakhir masyarakat Jakarta dihebohkan dengan adanya rencana pesta bikini untuk pelajar SMA di salah satu hotel. Beruntung acara tersebut gagal dilakukan karena terlebih dahulu terbongkar oleh media. Lalu apa kata psikolog soal pesta bikini ini?.

Sindonews berkesempatan mewawancarai psikolog dari Universitas Pancasila (UP) Aully Grashinta, Sabtu (25/4/2015). Menurut Shinta, undangan pesta bikini bukanlah hal asing. Maka tak heran, bila penyelenggaran pesta bikini mencatut nama sekolah tertentu.

"Artinya, event organizer (EO) mencari cara bagaimana agar produk (jualannya) diterima. Caranya dengan memasukkan beberapa nama sekolah yang dianggap sebagai bentuk suport," kata Shinta. Menurut Shinta, semakin beraninya remaja saat ini bersikap di luar norma dipicu dari pengaruh budaya barat.

Misalnya, budaya prom night yang sebenarnya bukanlah budaya ketimuran. Namun, karena dianggap lebih keren daripada adat ketimuran maka budaya prom night mewabah di kalangan remaja saat ini.

"Prom night seolah menjadi gaya hidup yang dianggap lebih keren daripada acara syukuran. Remaja beranggapan, apapun yang berasal dari luar (barat) adalah sesuatu yang lebih baik," ujarnya. Peluang inilah yang kemudian dimanfaatkan oleh segelintir kalangan untuk mendapatkan keuntungan.

Mereka memberikan sajian sesuai dengan keinginan remaja walaupun di luar batas norma. Dengan kata lain, remaja menjadi sasaran bagi penggiat bisnis untuk melakukan sejumlah cara mendapatkan keuntungan.

Shinta menambahkan, perilaku remaja saat ini jauh lebih berani. Hal itu bisa dibuktikan dari beberapa penelitian yang menyebutkan perilaku seks pranikah remaja saat ini lebih permisif.

Hal itu tak lepas dari pengaruh mudahnya mereka mengakses informasi secara cepat dengan gadget dan tayangan visual. Untuk itu diperlukan pemahaman dan pondasi mengenai penanaman nilai moral pada anak sejak dini.

Karena kemampuan anak untuk membedakan hal baik dan buruk itu berkembang sejak kecil. "Sehingga ketika dewasa dan harus memutuskan dia sudah punya pondasi yang kuat. Pola asuh orang tua sangat menentukan kedewasaan anak," katanya.
(whb)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.5375 seconds (0.1#10.140)