Sayyid Quthb Gambarkan Keistimewaan Muslim Generasi Pertama Era Sahabat

Jum'at, 28 Juli 2023 - 05:10 WIB
loading...
Sayyid Quthb Gambarkan Keistimewaan Muslim Generasi Pertama Era Sahabat
Sayyid Qutb. Foto: Ist
A A A
Dakwah Islam pada generasi pertama telah menghasilkan generasi yang istimewa, yaitu generasi sahabat . Kemudian pada generasi setelah itu tidak lagi menghasilkan generasi semacam itu.

Benar ada beberapa gelintir orang dengan karakteristik seperti generasi pertama itu yang dihasilkan oleh dakwah Islam sepanjang sejarah setelah generasi pertama. Namun belum pernah terjadi dalam sejarah Islam, terkumpulnya tokoh-tokoh besar semacam itu, dalam satu tempat, seperti yang terjadi pada masa pertama dari kehidupan dakwah ini.

Sayyid Quthb mengatakan salah satu faktor yang patut kita perhatikan dan camkan adalah bahwa seseorang, pada masa generasi pertama, jika ia masuk Islam, maka ia akan melepaskan seluruh masa lalu kejahiliahannya. "Dan pada saat itu, ia merasakan bahwa ia sedang memulai suatu era baru dalam titian kehidupannya, yang terputus sama sekali dari perjalanan hidupnya yang telah ia lewati di masa jahiliah," ujar Sayyid Quthb dalam bukunya berjudul "Ma'alim fi Thariq"



Mereka yang sudah masuk Islam itu memandang segala sesuatu yang biasa ia temukan pada masa jahiliah dengan pandangan ragu, curiga, hati-hati dan takut. Karena ia merasakan bahwa segala kotoran tersebut tidak dapat diterima oleh Islam!

Dengan sikap seperti itulah, kata Sayyid Quthb, mereka menerima petunjuk Islam. "Jika suatu saat ia terperdaya oleh nafsunya, atau kembali melakukan kebiasaan lamanya, atau kurang sempurna dalam menjalankan kewajiban Islam, maka saat itu ia langsung merasa berdosa dan bersalah," ujar Sayyid Quthb.

"Mereka menyadari dalam dirinya bahwa ia memerlukan penyucian diri dari tindakannya itu. Untuk kemudian kembali berusaha berjalan sesuai dengan petunjuk Al Qur'an ," tambahnya.

Menurutnya, ada pemutusan emosional secara total antara masa lalu kejahiliahan seorang Muslim dengan masa kini keislamannya. Hal itu tercerminkan dalam hubungannya dengan masyarakat jahiliah, dan ikatan-ikatan sosialnya.

"Ia telah terputus secara total dari lingkungan jahiliahnya dan bersatu secara total dengan lingkungan Islam. Meskipun ia masih tetap melakukan kontak dalam hubungan perdagangan dan keseharian. Karena pemutusan emosional adalah satu hal, sementara kontak mu'amalah sehari-hari adalah hal lain," jelasnya.



Mereka melepaskan kaitan mereka dari lingkungan jahiliah , tradisinya, pola pandangnya, kebiasaannya dan ikatan-ikatannya. Hal ini terlahir dari pemutusan ikatan dengan kemusyrikan kepada akidah tauhid, dan dari pola pandang jahiliah kepada pola pandang Islam tentang kehidupan dan wujud. Serta dengan bergabung dengan masyarakat Islam yang baru, dengan kepemimpinan yang baru, dan memberikan seluruh loyalitasnya, keta'atannya dan keterikatannya dengan masyarakat dan kepemimpinan ini.

Menurut Sayyid Quthb, inilah titik perpisahan mereka dengan masa lalu, dan awal perjalanan mereka dalam jalan yang baru, jalan yang terbebaskan dari seluruh tekanan budaya yang dianut oleh masyarakat jahiliah, dan seluruh pola pandang serta nilai-nilai yang berlaku di dalamnya.

Pilihan mereka itu harus mereka tebus dengan aniaya dan fitnah yang menimpa mereka, namun mereka telah bersikap teguh dan memutuskan sama sekali ikatan mereka dengan kejahiliahan. Sehingga tekanan pola pandang jahiliah, dan adat-istiadat masyarakat jahiliah tidak mungkin lagi dapat menggoyahkan mereka.

(mhy)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1931 seconds (0.1#10.140)