Pegang Senpi, Kejiwaan Polisi Harus Dipantau Secara Berkala

Selasa, 19 Mei 2015 - 08:31 WIB
Pegang Senpi, Kejiwaan Polisi Harus Dipantau Secara Berkala
Pegang Senpi, Kejiwaan Polisi Harus Dipantau Secara Berkala
A A A
DEPOK - Tes psikologi anggota polisi tidak hanya dilakukan pada awal perekrutan, khususnya anggota yang akan memegang senjata api (senpi). Namun, perlu dilakukan secara berkala lantara kondisi kejiwaan seseorang tidak sama dengan masa awal saat menjalani tugas.

"Akan sangat berbeda dan tentunya fluktuatif karena kita tidak tahu dalam perjalanan dia mengalami kondisi apa saja," kata psikolog dari Universitas Pancasila (UP) Aully Grashinta di Depok, Senin 18 Mei 2015.

Aully menambahkan, tes yang dilakukan saat awal terjadi ketika enggota polisi berusia masih muda. Sedangkan ketika menjalani tugas belum tentu dia bisa menguasai kondisi emosionalnya. "Sehingga bisa mengubah pola dalam mengambil keputusan," ujarnya.

Seharusnya, kata dia, dilakukan pemantauan secara berkala terhadap anggota yang memiliki senjata. Sehingga dilakukan verifikasi terhadap kondisi kejiwaan. Yang tidak kalah penting, harus terbangun kedekatan personal antara anak buah dan pimpinan.

"Jangan dilakukan pendekatan militer. Jika terbangun kedekatan personal, maka hal seperti ini bisa diminimalisir," kata dia. (Baca: Perketat Pengawasan Polisi Pemegang Senpi)

Dikatakan dia, beban tugas seorang polisi tidaklah mudah. Karena tiap hari mereka selalu berkelit dengan permasalahan. Di tengah beban kerja itu, polisi juga harus menjadi sosok pengayom. (Baca: Catatan IPW soal Kasus Polisi Bunuh Diri)

"Yang kalau dipahami ya, polisi itu juga manusia. Mereka punya masalah dan sama seperti manusia umumnya. Namun, mereka dituntut untuk menjadi pelindung. Jadi, beban polisi itu tidak ringan," kata Shinta.

Dia menyarankan, mulai dibentuk sistem pendekatan personal di seluruh jajaran kepolisian. Mulai dari tingkat atas hingga tingkat bawah sehingga ketika anak buah dalam kondisi bermasalah dia bisa lebih terbuka.

"Kondisinya seperti burn out yaitu ketika mereka sudah muak tapi tidak bisa meluapkan emosinya. Jadi harus mulai dibentuk kedekatan personal dari tatanan atas hingga terbawah," tutupnya.
(mhd)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.7248 seconds (0.1#10.140)