Bosan Beraktivitas di Rumah, Bersepeda Jadi Hobi Baru saat Pandemi

Sabtu, 27 Juni 2020 - 11:03 WIB
loading...
Bosan Beraktivitas di...
Sepeda tengah menjadi primadona di masyarakat. Mereka mencari aktivitas aman di luar rumah sambil berolahraga. Foto/SINDOnews
A A A
Sepeda tengah menjadi primadona di masyarakat. Mereka mencari aktivitas aman di luar rumah sambil berolahraga. Pandemi membuat masyarakat memilih olahraga yang dapat dilakukan sendiri tanpa rasa bosan. Dan, bersepeda adalah solusinya.

Salah seorang penggiat sepeda, Iman Chandra, mengaku terkejut dengan fenomena ini. Sejak aktif bersepeda pada 2005 dan bergabung dengan komunitas Bike to Work, baru kali ini dia melihat antrean di beberapa toko sepeda.

"Dulu mengantre sepeda itu hanya karena ada sepeda edisi terbatas. Dilakukan oleh mereka yang sudah hobi sepeda. Kalau sekarang, semua kalangan dan semua jenis sepeda laris," ungkapnya.

Bahkan, Iman yang setiap hari kerja berangkat ke kantor dengan bersepeda ini terheran-heran melihat paling tidak ada 10 pesepeda yang ditemuinya saat pagi hari. Sesuatu yang jarang ditemuinya selama 19 tahun bersepeda dari rumahnya di Bogor ke Kuningan, Jakarta. (Baca: DKI Siapkan Puluhan Titik Ini untuk CFD dan Olahraga)

"Senang sekali rasanya melihat banyak orang yang bersepeda. Sebagai yang aktif di komunitas sepeda, inilah impian kami yang terwujud justru saat pandemi," ucapnya lirih.

Iman melihat para pesepeda baru merasakan hobi ini sebagai sebuah aktivitas yang aman dan murah. Dengan budget yang tidak mahal, mereka bisa beraktivitas tanpa takut tertular virus karena sejatinya bersepada olahraga yang sesuai dengan protokol kesehatan anjuran pemerintah. Bersepeda dapat membuat badan sehat sehingga imunitas meningkat dan dapat dilakukan sendiri.

Tidak ada sepeda tertentu yang menjadi favorit para pemain baru ini. Karena semua butuh, jadi tergantung kemampuan dan ketersediaan barang. Namun, satu jenis sepeda yang menjadi favorit dari masa ke masa yakni sepeda lipat. (Baca juga: Peluang Bisnis Online Paling Legit Tanpa Modal di Tengah Covid-19)

"Saya dapat kabar dari teman, stok sepeda lipat baru kosong. Harga berapa saja semua laku. Kini bermunculan sepeda lipat bekas pakai yang juga laris," ujarnya.

Sepeda lipat itu sangat praktis dan bisa dibawa ke mana saja. Menurut Iman, dulu sepeda lipat booming untuk ke kantor ketika komunitas Bike to Work baru muncul. "Para pekerja berangkat dengan sepeda dan saat pulang jika lelah bisa melipat sepedanya. Kemudian pulang dengan transportasi umum," sambungnya.

Bahkan, beberapa tahun terakhir sedang tren turing sepeda ke beberapa kota. Pesepeda akan pergi dengan berbagai moda transportasi. Sepeda lipat memungkinkan orang membawa sepeda di kereta dan bus.

Para pengelola jasa transportasi harus melihat ini sebagai pasar karena banyak orang yang ingin berwisata dengan bersepeda. Karena itu, layanan untuk para pesepeda ini bisa disediakan.

Sementara untuk sepeda unik yang kini digemari adalah sepeda mini. Bentuknya persis sepeda sewaktu kecil, namun kuat untuk dinaiki orang dewasa. (Baca juga: Pandemi dan Hilangnya Dahaga The Reds)

Iman hanya berpesan kepada para pesepeda baru untuk menaati kelengkapan bersepeda yang sudah diatur oleh UU Lalu Lintas. Pengendara sepeda wajib menggunakan perangkat keamanan untuk bersepeda.

Anggota komunitas sepeda biasanya lebih taat untuk masalah keamanan nomor, sebab mereka diharapkan menjadi contoh bagi yang lain.

"Sepeda sering dianggap aktivitas santai, padahal sama saja dengan kegiatan tranportasi lainnya. Dibutuhkan pengamanan yang sesuai," ungkapnya.

Perlengkapan yang harus ada adalah helm, sarung tangan, dan masker. Sementara untuk pelindung dengkul atau siku hanya sebagai pilihan. Iman menjelaskan, bukan hanya saat pandemi, pesepeda perlu menggunakan masker untuk menyaring udara yang masuk, agar polusi tidak terhirup langsung.

Pesepeda baru yang kini sedang senang-senangnya gowes yakni Inu Triwibowo, 41, warga Bogor. Sejak bekerja di rumah tiga bulan lalu, dia merasa banyak waktu luang dan ingin mencari aktivitas baru.

"Alternatif olahraga selain panahan, saya coba kembali lagi bersepeda. Dulu sempat suka, karena banyak yang mengajak, akhirnya kembali lagi dengan hobi dulu," ujar Inu.

Dia membeli sepeda jenis MTB dengan harga Rp1 jutaan. Tidak cukup hanya sepeda, bapak tiga anak ini merasa harus mengenakan outfit khusus bersepeda agar tetap nyaman selama gowes. "Aksesori jangan lupa, untuk keamanan juga seperti helm. Harganya tidak perlu mahal, yang biasa saja yang penting fungsinya," ucapnya. (Baca juga: Pakai ondosm, Kualitas Bercinta Tidak Akan Berkurang)

Kini, tiga hari sekali saat hari kerja, ditambah akhir pekan, Inu bersepeda hingga 25 km. Keliling Bogor sesekali mencoba ke arah pegunungan di pinggiran Kota Hujan.

"Lebih senang sendiri karena harus jaga jarak juga tidak boleh berkerumun. Tapi jika ada yang ajak untuk turing, ya sering juga ikut," ungkapnya.

Bersepeda sebagai melengkapi gaya hidup juga memang dapat digunakan untuk kebugaran tubuh. Ini dilakukan oleh salah satu atlet kebanggan bangsa. Hening Paradigma, atlet paralayang Indonesia, sering bersepeda sebagai persiapan musim pertandingan.

Namun jauh sebelumnya, sepeda sudah cukup akrab dengannya. Saat masih SMA, Hening bersepeda saat ke sekolah, setiap hari jarak 18 km pulang-pergi dilaluinya.

"Kalau sekarang bersepeda untuk melatih daya tahan jantung, melatih kekuatan lutut. Ajang hiburan, juga cuci mata menikmati pemandangan karena saya suka sepedaan sampai pegunungan," ungkap peraih medali emas cabang paralayang Asian Games 2018 ini.

Sepeda lipat kini menjadi favoritnya sebab memiliki ban kecil, sehingga energi kalori yang keluar lebih tinggi. Hening sepakat jika sepeda kini menjadi olahraga favorit masyarakat. Sebagai seorang atlet saja, dia merasa nyaman jika sedang bersepeda. (Lihat videonya: Resepsi Pernikahan ala Drive Thru, Alternatif di Tengah Pandemi)

Dokter spesialis Kedokteran Olahraga, Andi Kurniawan, mengatakan tren bersepeda ini memang menjadi hal positif selama pandemi. Dengan bersepeda, tubuh bergerak. Namun alangkah baiknya jika pandemi usai, mereka yang sekarang hobi sepeda masih tetap melakukan untuk aktivitas sehari-hari. Menjadikan bersepeda sebagai sebuah rutinitas tentunya sangat menguntungkan untuk kesehatan diri sendiri maupun lingkungan.

Andi juga mengingatkan mereka yang mulai hobi bersepeda untuk tidak masuk dulu komunitas selama pandemi Covid-19 ini. “Belum saatnya untuk bergabung di komunitas berkumpul untuk turing bersama. Jangan dulu, sebab kita masih pandemi. Hobi boleh, tapi lebih penting mencegah penularan Covid-19," ungkapnya.

Selain tidak turing dan tidak mendatangi area yang sudah dipastikan akan banyak orang berkerumun, pesepeda juga tidak boleh terlalu lelah karena akan menurunkan imunitas, sesuatu yang harus dijaga untuk menangkal Covid-19. (Ananda Nararya)
(ysw)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1430 seconds (0.1#10.140)