Profil Haji Bokir, Seniman Betawi yang Diabadikan Jadi Nama Jalan di Jakarta Timur
loading...
A
A
A
JAKARTA - Dalam memperingati Hajatan Jakarta 2022 lalu, Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan meresmikan pergantian nama sejumlah jalan di Jakarta. Uniknya, nama beberapa jalan diganti sejumlah nama tokoh dan seniman Betawi legendaris,salah satunya Haji Bokir .
Pemprov DKI Jakarta meresmikan nama Jalan H. Bokir Bin Dji'un menggantikan nama Jalan Raya Pondok Gede di Jakarta Timur. Bagi masyarakat Betawi, Haji Bokir dikenal sebagai seniman, bahkan Haji Bokir juga terkenal dengan aksi lucunya ketika memerankan sejumlah karakter film di negeri ini.
Dilansir dari sejumlah sumber, pria ini memiliki nama lengkap H. Bokir bin Dji'un, dia merupakan seorang aktor, pelawak dan seniman topeng Betawi. Dia melakoni seni topeng Betawi sejak usia 13 tahun.
Topeng Betawi merupakan perpaduan dari tari khas Betawi dengan lakon yang dilakukan para aktor. Baca: Profil Haji Nawi, Tuan Tanah di Gandaria Jaksel yang Diabadikan Jadi Nama Stasiun MRT
Bokir lahir pada 25 Desember tahun 1923 di Ciomas, Kabupaten Bogor. Haji Bokir telah wafat pada 18 Oktober tahun 2002 silam di umurnya yang ke-78. Orang tuanya bernama Mak Kinang dan Dji'un.
Haji Bokir memiliki tiga saudara yakni, H. Na'ih bin Dji'un, H. Dalih bin Dji'un dan H. Kisam bin Dji'un. Bokir juga merupakan paman dari pelawak kondang Mandra, almarhumah Omaswati, dan Mastur.
Dari pernikahannya, Bokir memiliki lima orang anak. Dia membina rumah tangga dengan almarhumah Hj. Ipone, kemudian menikah dengan almarhumah Hj. Anih, dan terakhir mempunyai istri bernama Hj. Namah.
Sebelum menjadi pelawak dan aktor kondang, Bokir sempat hidup dalam kemiskinan. Karier seninya bermula ketika menjadi pemain kendang hingga rebab. Ia lantas mendirikan dan memimpin kelompok topeng Betawi ‘Setia Warga’ sejak 1960-an.
Kendati dibayar seikhlasnya ketika manggung dari kampung ke kampung, Kelompok Setia Warga menjadi makin dikenal orang. Pada awal 1970-an, Setia Warga dikenal publik sebagai kelompok lenong yang kerap tampil di TVRI.
Nama Bokir mulai dikenal dalam dunia perfilman ketika bermain bersama Benyamin Sueb dalam film Betty Bencong Slebor pada 1978. Dalam film itu, ia bermain menjadi tokoh Juragan Bokir. Ia juga sempat beradu akting dengan aktris legendaris Suzanna pada film Sundel Bolong di tahun 1981.
Tidak hanya layar lebar, Bokir juga bermain di sejumlah sinetron layar kaca. Salah satu yang paling terkenal adalah sinetron Pepesan Kosong yang tayang pada 1993 hingga 1995.
Kerja keras dan perilaku jenakanya membuat Bokir menjadi salah satu seniman Betawi yang melegenda. Bahkan dari jerih payahnya, Bokir dapat menunaikan ibadah haji, membeli mobil hingga rumah untuk istrinya.
Kendati sudah tidak bersama di dunia, nama Haji Bokir akan selalu dikenang masyarakat Jakarta Timur yang berlalu-lalang di Jalan Raya Pondok Gede. Kini, papan nama telah terpasang tegak di jalan itu, dengan nama Jalan H. Bokir Bin Dji'un. Sosok seniman Betawi ini akan terus melekat di hati penikmat perfilman dan kebudayaan Betawi.
Pemprov DKI Jakarta meresmikan nama Jalan H. Bokir Bin Dji'un menggantikan nama Jalan Raya Pondok Gede di Jakarta Timur. Bagi masyarakat Betawi, Haji Bokir dikenal sebagai seniman, bahkan Haji Bokir juga terkenal dengan aksi lucunya ketika memerankan sejumlah karakter film di negeri ini.
Dilansir dari sejumlah sumber, pria ini memiliki nama lengkap H. Bokir bin Dji'un, dia merupakan seorang aktor, pelawak dan seniman topeng Betawi. Dia melakoni seni topeng Betawi sejak usia 13 tahun.
Topeng Betawi merupakan perpaduan dari tari khas Betawi dengan lakon yang dilakukan para aktor. Baca: Profil Haji Nawi, Tuan Tanah di Gandaria Jaksel yang Diabadikan Jadi Nama Stasiun MRT
Bokir lahir pada 25 Desember tahun 1923 di Ciomas, Kabupaten Bogor. Haji Bokir telah wafat pada 18 Oktober tahun 2002 silam di umurnya yang ke-78. Orang tuanya bernama Mak Kinang dan Dji'un.
Haji Bokir memiliki tiga saudara yakni, H. Na'ih bin Dji'un, H. Dalih bin Dji'un dan H. Kisam bin Dji'un. Bokir juga merupakan paman dari pelawak kondang Mandra, almarhumah Omaswati, dan Mastur.
Dari pernikahannya, Bokir memiliki lima orang anak. Dia membina rumah tangga dengan almarhumah Hj. Ipone, kemudian menikah dengan almarhumah Hj. Anih, dan terakhir mempunyai istri bernama Hj. Namah.
Sebelum menjadi pelawak dan aktor kondang, Bokir sempat hidup dalam kemiskinan. Karier seninya bermula ketika menjadi pemain kendang hingga rebab. Ia lantas mendirikan dan memimpin kelompok topeng Betawi ‘Setia Warga’ sejak 1960-an.
Kendati dibayar seikhlasnya ketika manggung dari kampung ke kampung, Kelompok Setia Warga menjadi makin dikenal orang. Pada awal 1970-an, Setia Warga dikenal publik sebagai kelompok lenong yang kerap tampil di TVRI.
Nama Bokir mulai dikenal dalam dunia perfilman ketika bermain bersama Benyamin Sueb dalam film Betty Bencong Slebor pada 1978. Dalam film itu, ia bermain menjadi tokoh Juragan Bokir. Ia juga sempat beradu akting dengan aktris legendaris Suzanna pada film Sundel Bolong di tahun 1981.
Tidak hanya layar lebar, Bokir juga bermain di sejumlah sinetron layar kaca. Salah satu yang paling terkenal adalah sinetron Pepesan Kosong yang tayang pada 1993 hingga 1995.
Kerja keras dan perilaku jenakanya membuat Bokir menjadi salah satu seniman Betawi yang melegenda. Bahkan dari jerih payahnya, Bokir dapat menunaikan ibadah haji, membeli mobil hingga rumah untuk istrinya.
Kendati sudah tidak bersama di dunia, nama Haji Bokir akan selalu dikenang masyarakat Jakarta Timur yang berlalu-lalang di Jalan Raya Pondok Gede. Kini, papan nama telah terpasang tegak di jalan itu, dengan nama Jalan H. Bokir Bin Dji'un. Sosok seniman Betawi ini akan terus melekat di hati penikmat perfilman dan kebudayaan Betawi.
(hab)