Cerita 2 Brimob Muda Selamat dari Serangan Tentara Belanda Berkat Lari Cepat
loading...
A
A
A
JAKARTA - Ada kisah menegangkan, namun lucu pada pertempuran Resimen Pelopor Brimob dengan tentara Belanda di Tanjung Fatagar, Irian Barat (Papua) pada tahun 1962. Ketika itu, dua anggota Brimob muda selamat dari serangan Marinir Belanda berkat lari sekencang-kencangnya.
Diceritakan dalam buku Resimen Pelopor (Edisi Revisi), Pasukan Elite Yang Terlupakan, penulis Anton Agus Setyawan dan Andi M Darlis, Januari 2013, sehari setelah pendaratan di Fak-Fak, Papua, pasukan Pelopor Brimob bertempur sengit melawan tentara Belanda.
Baca juga: Kisah Komandan Brimob yang Miliki Jimat Mengendus Gerombolan Pemberontak
Kontak senjata terjadi saat kelompok I dan II pimpinan Aipda Pranoto melakukan pendakian di bukit Tanjung Fatagar. Di tengah pendakian mereka baru menyadari ada perbekalan yang tertinggal.
Aipda Pranoto memerintahkan dua anggota Brimob dari Perhubungan Jawa Tengah yakni Agen Polisi I Yakob Maeloko dan Agen Polisi I Daliman untuk mengambil perbekalan. Gerakan dua anggota Brimob ini diketahui pasukan Marinir Belanda sehingga mereka ditembaki.
Dua anggota Brimob ini membalas tembakan sembari berusaha menghindar. Beruntung, keduanya berhasil meloloskan diri meski terpisah dari kelompok I dan II pimpinan Aipda Pranoto. Sementara, kelompok III dan IV yang dipimpin langsung Aiptu Hudaya Sumarya mengambil posisi di perbukitan Rumbati, Papua.
Agen Polisi I Daliman yang pensiun berpangkat AKP dari Polres Magelang menceritakan kisah menegangkan, tapi lucu yang dialaminya. Saat itu, pasukan Belanda melepaskan tembakan gencar sampai-sampai terasa peluru berdesingan di sekitarnya.
Dia sempat membalas dua atau tiga tembakan dengan senapan US Carabine. Kemudian, dia menyusul Agen Polisi I Yakob Maeloko yang berada di depannya dengan jarak 25 meter lebih.
Di tengah kejadian itu, Agen Polisi Daliman merasa Yakob Maeloko berlari semakin cepat sehingga dia juga ikut mempercepat larinya. Ketika tembakan musuh tak terdengar, Daliman tidak mengingat berapa jauh mereka berlari tiba-tiba Yakob Maeloko terjatuh.
Baca juga: Kisah Komandan Brimob Kepung Mabes Polri Berbuntut Kapolri Soetjipto Mundur
Sambil terengah-engah dan kecapekan, Daliman mendekatinya dan bertanya, “Kok, kowe mlayu banter men to Kob, aku malah mbok ditinggal.” (Kok kamu lari cepat sekali Kob, aku malah ditinggal).
Dengan terengah-engah, Yakob Maeloko menjawab,”Aku ra ngerti je Man, kowe mau tak kiro Londo dadi aku mlayu terus…” (Aku tidak tahu Man, aku kira kamu tentara Belanda jadi aku lari terus).
Ternyata, terjadi salah pengertian antara dua Brimob muda ini. Agen Polisi Daliman merasa ditinggal, padahal Agen Polisi Yakob Maeloko mengira yang mengejarnya adalah tentara Belanda. Namun, berkat kesalahpahaman ini keduanya selamat dari kejaran tentara Belanda.
Lihat Juga: Aturan di Polda Metro Jaya untuk Bripda Ferarri sebagai Polisi dan Pemain Sepak Bola Profesional
Diceritakan dalam buku Resimen Pelopor (Edisi Revisi), Pasukan Elite Yang Terlupakan, penulis Anton Agus Setyawan dan Andi M Darlis, Januari 2013, sehari setelah pendaratan di Fak-Fak, Papua, pasukan Pelopor Brimob bertempur sengit melawan tentara Belanda.
Baca juga: Kisah Komandan Brimob yang Miliki Jimat Mengendus Gerombolan Pemberontak
Kontak senjata terjadi saat kelompok I dan II pimpinan Aipda Pranoto melakukan pendakian di bukit Tanjung Fatagar. Di tengah pendakian mereka baru menyadari ada perbekalan yang tertinggal.
Aipda Pranoto memerintahkan dua anggota Brimob dari Perhubungan Jawa Tengah yakni Agen Polisi I Yakob Maeloko dan Agen Polisi I Daliman untuk mengambil perbekalan. Gerakan dua anggota Brimob ini diketahui pasukan Marinir Belanda sehingga mereka ditembaki.
Dua anggota Brimob ini membalas tembakan sembari berusaha menghindar. Beruntung, keduanya berhasil meloloskan diri meski terpisah dari kelompok I dan II pimpinan Aipda Pranoto. Sementara, kelompok III dan IV yang dipimpin langsung Aiptu Hudaya Sumarya mengambil posisi di perbukitan Rumbati, Papua.
Agen Polisi I Daliman yang pensiun berpangkat AKP dari Polres Magelang menceritakan kisah menegangkan, tapi lucu yang dialaminya. Saat itu, pasukan Belanda melepaskan tembakan gencar sampai-sampai terasa peluru berdesingan di sekitarnya.
Dia sempat membalas dua atau tiga tembakan dengan senapan US Carabine. Kemudian, dia menyusul Agen Polisi I Yakob Maeloko yang berada di depannya dengan jarak 25 meter lebih.
Di tengah kejadian itu, Agen Polisi Daliman merasa Yakob Maeloko berlari semakin cepat sehingga dia juga ikut mempercepat larinya. Ketika tembakan musuh tak terdengar, Daliman tidak mengingat berapa jauh mereka berlari tiba-tiba Yakob Maeloko terjatuh.
Baca juga: Kisah Komandan Brimob Kepung Mabes Polri Berbuntut Kapolri Soetjipto Mundur
Sambil terengah-engah dan kecapekan, Daliman mendekatinya dan bertanya, “Kok, kowe mlayu banter men to Kob, aku malah mbok ditinggal.” (Kok kamu lari cepat sekali Kob, aku malah ditinggal).
Dengan terengah-engah, Yakob Maeloko menjawab,”Aku ra ngerti je Man, kowe mau tak kiro Londo dadi aku mlayu terus…” (Aku tidak tahu Man, aku kira kamu tentara Belanda jadi aku lari terus).
Ternyata, terjadi salah pengertian antara dua Brimob muda ini. Agen Polisi Daliman merasa ditinggal, padahal Agen Polisi Yakob Maeloko mengira yang mengejarnya adalah tentara Belanda. Namun, berkat kesalahpahaman ini keduanya selamat dari kejaran tentara Belanda.
Lihat Juga: Aturan di Polda Metro Jaya untuk Bripda Ferarri sebagai Polisi dan Pemain Sepak Bola Profesional
(jon)