Kisah Prajurit Brimob Kena Tembakan Senjata Sendiri saat Sergap Pemberontak
loading...
A
A
A
JAKARTA - Seorang prajurit Resimen Pelopor Brimob terkena tembakan dari senjatanya sendiri ketika menyergap pemberontak DI/TII di Tasikmalaya, Jawa Barat, tahun 1959. Beruntung, Agen Polisi Buari hanya tangannya yang terluka.
Dalam kontak tembak dengan pasukan TII (Tentara Islam Indonesia) terdengar teriakan “Buari kena…!!!” Teriakan itu berasal dari salah satu penembak bren MK 3 yang melihat tangan Agen Polisi Buari berdarah.
Baca juga: Profil Gories Mere, Jenderal Polisi di Balik Pembentukan Densus 88 Antiteror
Momen prajurit Ranger Brimob tertembak senjatanya sendiri digambarkan pada buku Resimen Pelopor (Edisi Revisi), Pasukan Elite Yang Terlupakan, penulis Anton Agus Setyawan dan Andi M Darlis, Januari 2013. Usai Agen Polisi Buari kena tembak senjatanya sendiri, komandan tim memerintahkan evakuasi Buari ke pos Brimob di pinggir hutan. Selanjutnya, dia dirawat di rumah sakit Tasikmalaya.
Anggota Brimob ex Pelopor melakukan defile dalam sebuah upacara menjelang Operasi Seroja. Foto: Koleksi Museum Polri
Pengalaman itu dibagikan Brigadir Daryat, komandan tim dalam Operasi Pagar Betis di Tasikmalaya. Peran komandan regu dan komandan peleton sangat penting dalam setiap kontak senjata dengan musuh. Sang komandan dituntut cermat dan tidak panik membaca situasi pertempuran.
Kontak senjata yang dialami tim Brigadir Daryat terjadi saat mereka bertemu gerombolan pasukan TII yang sedang mencari logistik. Sebenarnya Daryat belum melihat pasukan musuh atau belum ada visual contact, namun berdasarkan perhitungannya musuh berada dalam jarak tembak.
Komandan tim kemudian memerintahkan dua penembak bren MK 3 dan dua penembak Carl Gustav untuk bersiap sambil menunggu aba-aba. Waktunya tiba, empat penembak senjata otomatis itu memuntahkan peluru ke arah yang ditunjukkan komandan tim.
Berondongan MK 3 dan Carl Gustav mendapatkan balasan dari pasukan TII. Anggota pasukan lain yang menggunakan US Carabine tidak menembak dan hanya tiarap sambil mengawasi arah tembakan balasan. Sesaat setelah tembakan balasan dari TII, Brigadir Daryat memerintahkan anggota tim yang bersenjata US Carabine mengikutinya untuk melakukan perembesan mendekati lokasi musuh.
Agen Polisi Kartimin yang bertugas sebagai tamtama komunikasi (radio man) mengikuti komandan tim merembes mendekati sasaran. Empat anggota tim Brigadir Daryat dihujani dengan tembakan dan mereka semua membalas kecuali Kartimin yang diminta komandan tim mengontak bantuan.
Rupanya, pasukan TII membalas tembakan sambil bergerak mundur sehingga pasukan Brigadir Daryat kehilangan buruan. Nah, dalam kontak tembak inilah Agen Polisi Buari terkena tembakan dari senjatanya sendiri.
Baca juga: Mantan Kapolri Menangis, Pasukan Resimen Pelopor Brimob Keheranan
Di Tasikmalaya, pasukan Ranger Brimob ditempatkan selama 3 bulan karena hanya turun sebagai pasukan yang tengah melakukan test mission. Test mission ini memberikan informasi penting bagi petinggi Brimob maupun DKN (Djawatan Kepolisian Negara sekarang Mabes Polri).
Tim Brigadir Daryat merupakan yang pertama kali bisa menghadang pasukan TII yang tengah mencari logistik, dalam hal ini berkat kemampuan sang komandan memilih lokasi tepat untuk melakukan penghadangan musuh.
Namun, Brigadir Daryat dianggap gagal melakukan test mission di Tasikmalaya lantaran dirasa tidak mampu menghadapi pertempuran hutan yang berat. Mental mereka jatuh ketika harus bertempur dengan musuh yang hanya berjarak 6-10 meter, sementara desingan peluru seolah begitu dekat dengan kepala mereka.
Selanjutnya, Brigadir Daryat dikenal sebagai salah satu pengawal Presiden Soekarno yang berhasil menyelamatkan beliau dari tembakan tim pembunuh DI/TII dalam percobaan pembunuhan pada Hari Raya Idul Adha tahun 1962. Sebuah pengganti karier yang sepadan dengan kehilangan status sebagai prajurit tempur dalam pasukan Ranger Brimob.
Dalam kontak tembak dengan pasukan TII (Tentara Islam Indonesia) terdengar teriakan “Buari kena…!!!” Teriakan itu berasal dari salah satu penembak bren MK 3 yang melihat tangan Agen Polisi Buari berdarah.
Baca juga: Profil Gories Mere, Jenderal Polisi di Balik Pembentukan Densus 88 Antiteror
Momen prajurit Ranger Brimob tertembak senjatanya sendiri digambarkan pada buku Resimen Pelopor (Edisi Revisi), Pasukan Elite Yang Terlupakan, penulis Anton Agus Setyawan dan Andi M Darlis, Januari 2013. Usai Agen Polisi Buari kena tembak senjatanya sendiri, komandan tim memerintahkan evakuasi Buari ke pos Brimob di pinggir hutan. Selanjutnya, dia dirawat di rumah sakit Tasikmalaya.
Anggota Brimob ex Pelopor melakukan defile dalam sebuah upacara menjelang Operasi Seroja. Foto: Koleksi Museum Polri
Pengalaman itu dibagikan Brigadir Daryat, komandan tim dalam Operasi Pagar Betis di Tasikmalaya. Peran komandan regu dan komandan peleton sangat penting dalam setiap kontak senjata dengan musuh. Sang komandan dituntut cermat dan tidak panik membaca situasi pertempuran.
Kontak senjata yang dialami tim Brigadir Daryat terjadi saat mereka bertemu gerombolan pasukan TII yang sedang mencari logistik. Sebenarnya Daryat belum melihat pasukan musuh atau belum ada visual contact, namun berdasarkan perhitungannya musuh berada dalam jarak tembak.
Komandan tim kemudian memerintahkan dua penembak bren MK 3 dan dua penembak Carl Gustav untuk bersiap sambil menunggu aba-aba. Waktunya tiba, empat penembak senjata otomatis itu memuntahkan peluru ke arah yang ditunjukkan komandan tim.
Berondongan MK 3 dan Carl Gustav mendapatkan balasan dari pasukan TII. Anggota pasukan lain yang menggunakan US Carabine tidak menembak dan hanya tiarap sambil mengawasi arah tembakan balasan. Sesaat setelah tembakan balasan dari TII, Brigadir Daryat memerintahkan anggota tim yang bersenjata US Carabine mengikutinya untuk melakukan perembesan mendekati lokasi musuh.
Agen Polisi Kartimin yang bertugas sebagai tamtama komunikasi (radio man) mengikuti komandan tim merembes mendekati sasaran. Empat anggota tim Brigadir Daryat dihujani dengan tembakan dan mereka semua membalas kecuali Kartimin yang diminta komandan tim mengontak bantuan.
Rupanya, pasukan TII membalas tembakan sambil bergerak mundur sehingga pasukan Brigadir Daryat kehilangan buruan. Nah, dalam kontak tembak inilah Agen Polisi Buari terkena tembakan dari senjatanya sendiri.
Baca juga: Mantan Kapolri Menangis, Pasukan Resimen Pelopor Brimob Keheranan
Di Tasikmalaya, pasukan Ranger Brimob ditempatkan selama 3 bulan karena hanya turun sebagai pasukan yang tengah melakukan test mission. Test mission ini memberikan informasi penting bagi petinggi Brimob maupun DKN (Djawatan Kepolisian Negara sekarang Mabes Polri).
Tim Brigadir Daryat merupakan yang pertama kali bisa menghadang pasukan TII yang tengah mencari logistik, dalam hal ini berkat kemampuan sang komandan memilih lokasi tepat untuk melakukan penghadangan musuh.
Namun, Brigadir Daryat dianggap gagal melakukan test mission di Tasikmalaya lantaran dirasa tidak mampu menghadapi pertempuran hutan yang berat. Mental mereka jatuh ketika harus bertempur dengan musuh yang hanya berjarak 6-10 meter, sementara desingan peluru seolah begitu dekat dengan kepala mereka.
Selanjutnya, Brigadir Daryat dikenal sebagai salah satu pengawal Presiden Soekarno yang berhasil menyelamatkan beliau dari tembakan tim pembunuh DI/TII dalam percobaan pembunuhan pada Hari Raya Idul Adha tahun 1962. Sebuah pengganti karier yang sepadan dengan kehilangan status sebagai prajurit tempur dalam pasukan Ranger Brimob.
(jon)