Asal Usul Nama Kebagusan dan Kisah Tragis Wanita Cantik Nyai Tubagus Latak Lanang
loading...
A
A
A
Kebagusan berasal dari kata ‘bagus’. Penggunaan kata ‘bagus’ sudah umum dan banyak digunakan sejak tempo doeloe (bersifat generik). Kata ‘bagus’ berasal dari bahasa Melayu, bahasa yang sudah digunakan dalam perdagangan sejak tempo doeloe (lingua franca).
Penggunaan kata ‘bagus’ juga pada nama gelar, yaitu Ratoe Bagoes (mereduksi menjadi Tubagus). Nama Kampong Kebagoesan tentu saja tidak otomatis berasal dari nama gelar Ratoe Bagoes. Sebab nama Kampong Kebagusan tidak hanya ditemukan di tanah partikelir (land) Tandjong West.
Dalam hal ini, pada tempo dulu Kebagusan diartikan sebagai ‘kebaikan’, seperti misalnya ditemukan dalam surat kabar ‘semoga permainan baroe ini penoeh kebagoesan’ (1880); ‘boeroe-boeroe datang liat ini kebagoesan, sebab ini’ (1881); ‘demi kebagoesan sarekat Islam, kita’ (1932); dan sebagainya. Singkat kata: tempo doeloe ‘bagoes’ adalah ‘baik’ dan ‘kebagoesan’ adalah ‘kebaikan’.
Peta wilayah Kebagusan dan daerah sekitar tahun 1914.
Dengan kata lain, ‘bagoes’ dan ‘kebagoesan’ dihubungkan dengan sifat atau harapan. Akan tetapi makna pada masa kini ‘bagus’ dan ‘kebagusan’ cenderung dihubungkan dengan penilaian terhadap suatu objek, terutama barang/jasa). Dengan demikian, Ratoe Bagoes adalah gelar untuk menunjukkan Raja yang baik, bukan raja yang ganteng.
Dalam versi lain, banyak riwayat menyebutkan bahwa asal-usul Kebagusan berasal dari nama seorang perempuan asal Banten, yakni Nyai Ratih Nursiyah binti Habib Husin bin Abu Bakar alias Nyai Bagus Lantak Lanang, atau biasa disebut Ibu Bagus.
Dikutip dari https://bataviadigital.perpusnas.go.id, berdasarkan cerita beberapa sesepuh di Kebagusan, Ibu Bagus adalah puteri Kesultanan Banten yang cukup kesohor. Konon, Nyai Tubagus Latak Lanang disebut memiliki paras yang sangat cantik, baik akhlak maupun fisiknya. Saking cantiknya, banyak pria yang mati-matian memperebutkan Ibu Bagus.
Kecantikannya pula yang membuat hidup Ibu Bagus berakhir tragis. Banyak cerita turun temurun soal kematian Ibu Bagus. Ibu Bagus disebut meninggal lantaran dibunuh pria pujaannya, karena tak ingin Ibu Bagus jatuh ke pria lain.
Namun beberapa sesepuh Kebagusan meyakini cerita Ibu Bagus meninggal karena bunuh diri. Ibu Bagus memilih bunuh diri karena ingin menyelamatkan para laki-laki agar tidak saling membunuh dan bertikai karena memperebutkannya. Versi lain menyebutkan Nyai Tubagus meninggal akibat kebakaran besar yang menghanguskan hutan jati pada masa itu, yang sekarang daerahnya bernama Jati Padang.
Di tengah kisah kematiannya yang sulit dibuktikan kebenarannya, makam Ibu Bagus tetap memikat hati warga Kebagusan. Karenanya, niat sejumlah pihak menggusur makam Ibu Bagus itu ke tempat pemakaman umum (TPU), selalu ditentang warga sekitar.
Penggunaan kata ‘bagus’ juga pada nama gelar, yaitu Ratoe Bagoes (mereduksi menjadi Tubagus). Nama Kampong Kebagoesan tentu saja tidak otomatis berasal dari nama gelar Ratoe Bagoes. Sebab nama Kampong Kebagusan tidak hanya ditemukan di tanah partikelir (land) Tandjong West.
Dalam hal ini, pada tempo dulu Kebagusan diartikan sebagai ‘kebaikan’, seperti misalnya ditemukan dalam surat kabar ‘semoga permainan baroe ini penoeh kebagoesan’ (1880); ‘boeroe-boeroe datang liat ini kebagoesan, sebab ini’ (1881); ‘demi kebagoesan sarekat Islam, kita’ (1932); dan sebagainya. Singkat kata: tempo doeloe ‘bagoes’ adalah ‘baik’ dan ‘kebagoesan’ adalah ‘kebaikan’.
Peta wilayah Kebagusan dan daerah sekitar tahun 1914.
Dengan kata lain, ‘bagoes’ dan ‘kebagoesan’ dihubungkan dengan sifat atau harapan. Akan tetapi makna pada masa kini ‘bagus’ dan ‘kebagusan’ cenderung dihubungkan dengan penilaian terhadap suatu objek, terutama barang/jasa). Dengan demikian, Ratoe Bagoes adalah gelar untuk menunjukkan Raja yang baik, bukan raja yang ganteng.
Dalam versi lain, banyak riwayat menyebutkan bahwa asal-usul Kebagusan berasal dari nama seorang perempuan asal Banten, yakni Nyai Ratih Nursiyah binti Habib Husin bin Abu Bakar alias Nyai Bagus Lantak Lanang, atau biasa disebut Ibu Bagus.
Dikutip dari https://bataviadigital.perpusnas.go.id, berdasarkan cerita beberapa sesepuh di Kebagusan, Ibu Bagus adalah puteri Kesultanan Banten yang cukup kesohor. Konon, Nyai Tubagus Latak Lanang disebut memiliki paras yang sangat cantik, baik akhlak maupun fisiknya. Saking cantiknya, banyak pria yang mati-matian memperebutkan Ibu Bagus.
Kecantikannya pula yang membuat hidup Ibu Bagus berakhir tragis. Banyak cerita turun temurun soal kematian Ibu Bagus. Ibu Bagus disebut meninggal lantaran dibunuh pria pujaannya, karena tak ingin Ibu Bagus jatuh ke pria lain.
Namun beberapa sesepuh Kebagusan meyakini cerita Ibu Bagus meninggal karena bunuh diri. Ibu Bagus memilih bunuh diri karena ingin menyelamatkan para laki-laki agar tidak saling membunuh dan bertikai karena memperebutkannya. Versi lain menyebutkan Nyai Tubagus meninggal akibat kebakaran besar yang menghanguskan hutan jati pada masa itu, yang sekarang daerahnya bernama Jati Padang.
Di tengah kisah kematiannya yang sulit dibuktikan kebenarannya, makam Ibu Bagus tetap memikat hati warga Kebagusan. Karenanya, niat sejumlah pihak menggusur makam Ibu Bagus itu ke tempat pemakaman umum (TPU), selalu ditentang warga sekitar.