Asal Mula Rusa di Istana Bogor yang Sudah Ada sejak 1814

Kamis, 06 Januari 2022 - 18:24 WIB
loading...
Asal Mula Rusa di Istana Bogor yang Sudah Ada sejak 1814
Bagi Anda yang pernah berkunjung ke kawasan Istana Bogor, pasti bisa melihat sekumpulan rusa totol tengah asyik bercengkrama satu sama lain di halaman rumput. Foto: Dok setneg.go.id
A A A
JAKARTA - Bagi Anda yang pernah berkunjung ke kawasan Istana Bogor, pasti bisa melihat sekumpulan rusa totol tengah asyik bercengkrama satu sama lain di halaman rumput. Ya, rusa-rusa totol itu merupakan bagian unik yang tidak terpisahkan dari Istana Bogor sejak ratusan tahun silam.

Keberadaan rusa-rusa totol di Istana Kepresidenan Bogor memiliki sejarah panjang. Rusa-rusa totol koleksi Istana Bogor pertama kali dibawa oleh Gubernur VOC Sir Thomas Stamford Raffles dari daerah perbatasan India dan Nepal pada tahun 1814.



Sir Raffles dikenal sangat mencintai dunia tumbuh-tumbuhan dan hewan. Sir Raffles sengaja mendatangkan rusa itu karena ingin ada pemandangan lain di depan istananya yang dicat serba putih itu. Awalnya enam rusa ia datangkan dari Nepal.

Asal Mula Rusa di Istana Bogor yang Sudah Ada sejak 1814


Udara Bogor yang dingin ternyata membuat enam rusa itu betah, bahkan berkembang biak alias beranak pinak. Kini, hewan ini sudah lebih dari 200 tahun menghuni dan berkembang biak di area padang rumput halaman Istana Bogor. Hingga kini, koleksi rusa-rusa totol Istana Kepresidenan Bogor sudah berjumlah lebih dari 800 ekor. Rusa ini terbagi dalam beberapa kelompok kawanan yang mendiami area padang rumput halaman Istana Kepresidenan Bogor.

Saat ini kawanan rusa totol yang banyak berkeliaran bebas di halaman rumput Istana Bogor adalah jenis axis-axis. Keberadaan rusa totol itu menjadi hiburan murah meriah bagi masyarakat. Namun rusa-rusa di Istana Bogor dianggap sebagai hewan liar. karena tidak ditangkar dan dirawat secara intensif sejak dilahirkan.

Kawanan rusa totol ini juga memiliki naluri pertahanan yang mampu mendeteksi kehadiran makhluk asing yang bukan kawanannya. Oleh karena itu, hewan ini sulit untuk didekati oleh manusia sehingga pengunjung hanya dapat melihatnya dari pagar luar Istana Bogor.

Oleh karena itu, rusa ini mendapat perhatian dari Presiden Joko Widodo dan ingin ada penangkaran. Ide mengenai penangkaran rusa totol jinak diawali pada tahun 2015 saat Jokowi melihat ada seekor anak rusa yang bagian ekornya terluka.

Asal Mula Rusa di Istana Bogor yang Sudah Ada sejak 1814


Melihat kejadian tersebut, Jokowi melalui ajudan memerintahkan agar anak rusa yang terluka itu segera dirawat secara intensif oleh pihak terkait di Istana Bogor selaku pengelola hewan koleksi Istana.

Sesaat setelah dilahirkan, seekor anak rusa biasanya disembunyikan sejenak di semak-semak dan ditinggalkan oleh sang induk untuk mencari makanan. Setelah itu, barulah sang induk kembali mendatangi persembunyian bayi rusa untuk disusui.

Masalah timbul bila bayi rusa tersebut diganggu oleh hewan pemangsa, seperti biawak, musang, atau binatang pengerat. Induk rusa tidak dapat lagi mengenali bayi rusanya dikarenakan bau tubuhnya telah berubah seperti bau tubuh hewan pemangsa yang berusaha memakannya.



Hingga akhirnya, bayi rusa tersebut ditinggalkan oleh induknya. Hal ini menyebabkan meningkatnya angka mortalitas anak-anak rusa. Kondisi ini terutama terjadi pada saat musim kelahiran pada bulan Juni hingga Agustus.

Asal Mula Rusa di Istana Bogor yang Sudah Ada sejak 1814


Staf pengelola hewan koleksi Istana Bogor, Ali Syarifudin, sebagaimana dikutip dari laman setneg.go.id, Kamis (6/1/2022) menyebutkan, penangkaran rusa totol jinak di Istana Bogor telah berada pada fase mapan. Itu berarti seluruh proses perawatan rusa totol sejak ditangkarkan hingga kembali dilepas di padang rumput Istana Bogor telah berstandar.

Tercatat telah lebih dari 30 ekor bayi rusa yang dapat diselamatkan dan ditangkarkan di lingkungan Istana Bogor. Namun demikian, jumlah bayi rusa yang dapat dirawat dalam setiap periode masih terbatas karena mahalnya biaya perawatan bayi-bayi rusa yang ditangkarkan.
(thm)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1334 seconds (0.1#10.140)