BPA Kemasan Plastik Ancam Ibu Hamil dan Lingkungan
loading...
A
A
A
JAKARTA - Penggunaan Bisphenol A ( BPA ) pada kemasan plastik dapat menarik hak nutrisi untuk anak. BPA juga mengancam ibu hamil dan lingkungan.
Hal itu disampaikan Ketua Umum Asosiasi Ibu Menyusui Indonesia (AIMI) sekaligus Koordinator Presidium Gerakan Kesehatan Ibu dan Anak (GKIA) Nia Umar saat Dialog Publik Virtual Mendesain Regulasi Bisphenol A (BPA) yang Tepat. Webinar ini juga diikuti Ketua Komnas Perlindungan Anak Arist Merdeka Sirait dengan penanggap Direktur Kesehatan dan Gizi Masyarakat Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN/Bappenas) Pungkas Bahjuri Ali.
Baca juga: BPOM Kaji Risiko Ancaman Bahaya BPA pada Kemasan Minuman
"Bahaya BPA ini berdampak bagi tubuh ibu hamil dan menyusui. Bagi yang menyusui risiko yang ditimbulkan adalah ASI yang diminum bayi akan mengandung BPA sehingga bisa jadi si bayi ini tidak mau lagi menyusui melalui payudara ibu mereka,” ujar Nia Umar, Rabu (20/10/2021).
Menurut dia, penggunaan alat yang mengandung BPA akan lebih berbahaya pada bayi yang menyusui lewat dot botol susu. Bayi yang diberikan asupan secara artifisial ini dapat menelan BPA dosis ganda sehingga akan memengaruhi tumbuh kembang mereka.
Nia menilai BPA telah menjadi masalah karena ada di berbagai aspek kehidupan. "Pada ibu hamil, BPA ini akan mudah masuk ke rantai makanan dan dapat ditemukan dalam urine, darah, tali pusat, dan ASI. Karenanya, janin dan bayi dapat terpapar BPA bahkan pada mereka yang tidak mengonsumsi botol yang terkontaminasi sekalipun,” ungkapnya.
Dia menyebut zat kimia BPA dapat mengganggu kerja endokrin dan meniru esterogen. Laporan Program Toksikologi Nasional AS pada 2008 menyatakan keprihatinannya atas efek BPA terhadap otak, perilaku dan kelenjar prostat pada janin. "Namun, bukan berarti ibu menyusui berhenti memberikan ASI kepada anak. ASI ini sangat penting bagi bayi daripada memberikan susu formula lewat botol yang berpotensi memiliki kandungan BPA secara ganda,” ujar Nia.
Dia mengimbau masyarakat berhati-hati dan memerhatikan kesehatan tubuh mengingat zat BPA ini telah ada di berbagai kemasan, mulai dari plastik, kaleng, dan galon. Dari tiga kemasan tersebut yang perlu diperhatikan adalah galon air minum.
“Galon ini harus kita perhatikan, misal air diambil dari Sukabumi lalu dimasukkan ke galon dan diangkut menggunakan mobil. Di mobil galon ini akan terpapar panas matahari dan belum lagi ketika sampai di supermarket atau minimarket juga akan terjemur panas matahari. Kejadian ini dapat membuat BPA larut dan masuk ke dalam air minum,” jelasnya.
Baca juga: BPOM Pastikan Paparan BPA AMDK Galon Masih Aman untuk Bayi dan Ibu Hamil
Sementara sifat BPA ini akan terjadi migrasi apabila terkena panas secara berulang-ulang dan terjadi gesekan atau goresan. Belum lagi saat pemindahan dari truk ke depo-depo ini sangat mungkin timbulnya gesekan. Nah, BPA yang terdapat dalam galon guna ulang ini kemudian migrasi ke dalam air kemudian berpindah ke botol susu bayi atau piring makanan bayi. Jika larut dan air minum yang mengandung BPA ini masuk ke tubuh, maka sel kanker dapat dipicu untuk hidup dan membuat risiko terjadinya kanker semakin tinggi.
"BPA juga berdampak bagi bumi atau lingkungan. Bisphenol A ini dapat berdampak pada satwa liar, terutama kehidupan akuatik di air tawar maupun air laut sehingga menjadi resevior kontaminan. Bahan kimia BPA tersebar luas di pantai-pantai seluruh dunia. Ketika kita berada di pantai, kita tidak hanya berdiri di hamparan pasir, tetapi juga hamparan plastik. Oleh sebab itu, banyak konsumsi makanan kemasan berkolerasi tinggi dengan meningkatnya risiko terpapar BPA,” kata Nia.
Maka itu, hal yang perlu dilakukan agar tidak mengonsumsi makanan yang mengandung BPA adalah gunakan kemasan bebas BPA. Pemerintah juga harus memuat regulasi yang lebih ketat dalam penggunaan kandungan BPA pada kemasan makanan ataupun minuman.
Dokter Spesialis Anak yang juga anggota Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDA) Irfan Dzakir Nugroho mengungkapkan bahaya BPA bagi kesehatan. Toksisitas BPA ditemukan dalam hampir semua anggota tubuh seperti saliva, serum, urine, cairan ketuban, darah tali pusat dan tali pusat, kuku, rambut, kulit, payudara dan lapisan adipose. “Lebih dari 130 studi melaporkan efek yang membahayakan dari BPA yakni, kanker payudara, pubertas dini, penyakit jantung, infertilitas, katalisator penyakit syaraf dan obesitas,” ujarnya.
Hal itu disampaikan Ketua Umum Asosiasi Ibu Menyusui Indonesia (AIMI) sekaligus Koordinator Presidium Gerakan Kesehatan Ibu dan Anak (GKIA) Nia Umar saat Dialog Publik Virtual Mendesain Regulasi Bisphenol A (BPA) yang Tepat. Webinar ini juga diikuti Ketua Komnas Perlindungan Anak Arist Merdeka Sirait dengan penanggap Direktur Kesehatan dan Gizi Masyarakat Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN/Bappenas) Pungkas Bahjuri Ali.
Baca juga: BPOM Kaji Risiko Ancaman Bahaya BPA pada Kemasan Minuman
"Bahaya BPA ini berdampak bagi tubuh ibu hamil dan menyusui. Bagi yang menyusui risiko yang ditimbulkan adalah ASI yang diminum bayi akan mengandung BPA sehingga bisa jadi si bayi ini tidak mau lagi menyusui melalui payudara ibu mereka,” ujar Nia Umar, Rabu (20/10/2021).
Menurut dia, penggunaan alat yang mengandung BPA akan lebih berbahaya pada bayi yang menyusui lewat dot botol susu. Bayi yang diberikan asupan secara artifisial ini dapat menelan BPA dosis ganda sehingga akan memengaruhi tumbuh kembang mereka.
Nia menilai BPA telah menjadi masalah karena ada di berbagai aspek kehidupan. "Pada ibu hamil, BPA ini akan mudah masuk ke rantai makanan dan dapat ditemukan dalam urine, darah, tali pusat, dan ASI. Karenanya, janin dan bayi dapat terpapar BPA bahkan pada mereka yang tidak mengonsumsi botol yang terkontaminasi sekalipun,” ungkapnya.
Dia menyebut zat kimia BPA dapat mengganggu kerja endokrin dan meniru esterogen. Laporan Program Toksikologi Nasional AS pada 2008 menyatakan keprihatinannya atas efek BPA terhadap otak, perilaku dan kelenjar prostat pada janin. "Namun, bukan berarti ibu menyusui berhenti memberikan ASI kepada anak. ASI ini sangat penting bagi bayi daripada memberikan susu formula lewat botol yang berpotensi memiliki kandungan BPA secara ganda,” ujar Nia.
Dia mengimbau masyarakat berhati-hati dan memerhatikan kesehatan tubuh mengingat zat BPA ini telah ada di berbagai kemasan, mulai dari plastik, kaleng, dan galon. Dari tiga kemasan tersebut yang perlu diperhatikan adalah galon air minum.
“Galon ini harus kita perhatikan, misal air diambil dari Sukabumi lalu dimasukkan ke galon dan diangkut menggunakan mobil. Di mobil galon ini akan terpapar panas matahari dan belum lagi ketika sampai di supermarket atau minimarket juga akan terjemur panas matahari. Kejadian ini dapat membuat BPA larut dan masuk ke dalam air minum,” jelasnya.
Baca juga: BPOM Pastikan Paparan BPA AMDK Galon Masih Aman untuk Bayi dan Ibu Hamil
Sementara sifat BPA ini akan terjadi migrasi apabila terkena panas secara berulang-ulang dan terjadi gesekan atau goresan. Belum lagi saat pemindahan dari truk ke depo-depo ini sangat mungkin timbulnya gesekan. Nah, BPA yang terdapat dalam galon guna ulang ini kemudian migrasi ke dalam air kemudian berpindah ke botol susu bayi atau piring makanan bayi. Jika larut dan air minum yang mengandung BPA ini masuk ke tubuh, maka sel kanker dapat dipicu untuk hidup dan membuat risiko terjadinya kanker semakin tinggi.
"BPA juga berdampak bagi bumi atau lingkungan. Bisphenol A ini dapat berdampak pada satwa liar, terutama kehidupan akuatik di air tawar maupun air laut sehingga menjadi resevior kontaminan. Bahan kimia BPA tersebar luas di pantai-pantai seluruh dunia. Ketika kita berada di pantai, kita tidak hanya berdiri di hamparan pasir, tetapi juga hamparan plastik. Oleh sebab itu, banyak konsumsi makanan kemasan berkolerasi tinggi dengan meningkatnya risiko terpapar BPA,” kata Nia.
Maka itu, hal yang perlu dilakukan agar tidak mengonsumsi makanan yang mengandung BPA adalah gunakan kemasan bebas BPA. Pemerintah juga harus memuat regulasi yang lebih ketat dalam penggunaan kandungan BPA pada kemasan makanan ataupun minuman.
Dokter Spesialis Anak yang juga anggota Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDA) Irfan Dzakir Nugroho mengungkapkan bahaya BPA bagi kesehatan. Toksisitas BPA ditemukan dalam hampir semua anggota tubuh seperti saliva, serum, urine, cairan ketuban, darah tali pusat dan tali pusat, kuku, rambut, kulit, payudara dan lapisan adipose. “Lebih dari 130 studi melaporkan efek yang membahayakan dari BPA yakni, kanker payudara, pubertas dini, penyakit jantung, infertilitas, katalisator penyakit syaraf dan obesitas,” ujarnya.
(jon)