Pandemi COVID-19, Antuasiasme Berkurban Warga Tangsel Tinggi
loading...
A
A
A
TANGERANG SELATAN - Antusiasme warga di Kota Tangerang Selatan (Tangsel) untuk berkurban pada pandemi COVID-19 tetap tinggi. Juragan Kambing Tangsel, Muksin Al-Fachry mengatakan, permintaan hewan kurban dari warga atau perorangan masih cukup tinggi.
Dia mengatakan, penurunan permintaan hewan kurban hanya pada sekolah dan perusahaan karena selama pandemi COVID-19, pihak sekolah dan perusahaan yang tidak beroperasi. "Semangat berkurban masyarakat tidak berkurang, yang biasa berkurban tetap berkurban, walaupun harga kambing ada kenaikan," katanya, Sabtu (18/7/2021).
Menurut dia, yang mengalami penurunan justru sekolahan dan perusahaan, dari yang biasanya memborong hewan kurban, kini tidak lagi. Alhasil, omzet penjualan pun jeblok, karena hanya mengandalkan perorangan. (Baca juga; Gus Baha Jelaskan Hukum Berkurban untuk Orangtua yang Meninggal )
"Sampai hari ini sudah 250 ekor yang terjual. Ya, hampir sama dengan pandemi tahun lalu, sekitar 350 ekor. Biasanya pas H-1 pembeli membeludak. Tapi kalau sebelum pandemi, jumlahnya jauh bisa sampai 450 ekor," jelasnya.
Terkait naiknya harga kambing pada musim kurban ini, menurut Muksin tidak memengaruhi warga yang berkurban tiap tahun secara perorangan. Mereka tetap berkurban dengan nilai yang sama dari tahun sebelumnya. (Baca juga; Berkurban, Perlu Adaptasi Kebiasaan Baru di Tengah Pandemi )
"Jadi ukuran kambingnya menurun, karena nilainya bertambah atau naik. Misalkan, kalau dulu dengan duit Rp3 juta dapet kambing 30 Kg lebih, sekarang turun dikit. Jadi harga naik, kemampuan berkurban sama," paparnya.
Sementara itu, untuk pelaksanaan kurban sendiri di masa pandemi COVID-19 ini, Muksin mengimbau agar dilakukan melalui Rumah Pemotongan Hewan (RPH) agar tidak terjadi kerumunan dan penularan virus.
Dia mengatakan, penurunan permintaan hewan kurban hanya pada sekolah dan perusahaan karena selama pandemi COVID-19, pihak sekolah dan perusahaan yang tidak beroperasi. "Semangat berkurban masyarakat tidak berkurang, yang biasa berkurban tetap berkurban, walaupun harga kambing ada kenaikan," katanya, Sabtu (18/7/2021).
Menurut dia, yang mengalami penurunan justru sekolahan dan perusahaan, dari yang biasanya memborong hewan kurban, kini tidak lagi. Alhasil, omzet penjualan pun jeblok, karena hanya mengandalkan perorangan. (Baca juga; Gus Baha Jelaskan Hukum Berkurban untuk Orangtua yang Meninggal )
"Sampai hari ini sudah 250 ekor yang terjual. Ya, hampir sama dengan pandemi tahun lalu, sekitar 350 ekor. Biasanya pas H-1 pembeli membeludak. Tapi kalau sebelum pandemi, jumlahnya jauh bisa sampai 450 ekor," jelasnya.
Terkait naiknya harga kambing pada musim kurban ini, menurut Muksin tidak memengaruhi warga yang berkurban tiap tahun secara perorangan. Mereka tetap berkurban dengan nilai yang sama dari tahun sebelumnya. (Baca juga; Berkurban, Perlu Adaptasi Kebiasaan Baru di Tengah Pandemi )
"Jadi ukuran kambingnya menurun, karena nilainya bertambah atau naik. Misalkan, kalau dulu dengan duit Rp3 juta dapet kambing 30 Kg lebih, sekarang turun dikit. Jadi harga naik, kemampuan berkurban sama," paparnya.
Sementara itu, untuk pelaksanaan kurban sendiri di masa pandemi COVID-19 ini, Muksin mengimbau agar dilakukan melalui Rumah Pemotongan Hewan (RPH) agar tidak terjadi kerumunan dan penularan virus.
(wib)